ELANG BERANTEM

66 12 7
                                    

Laki-laki berkulit putih seputih susu itu perlahan melangkahkan kaki menghampiri Lia yang sedang menenggak air mineral. Lia tampak sedang duduk melepas penat dengan menyenderkan punggungnya pada tembok yang biasanya digunakan untuk latihan memukul bola voli.

Tidak ada tanda-tanda kemarahan pada raut wajah Julio. Lia dibuat bingung, laki-laki itu malah melempari Lia dengan senyuman, "Sandiwara apa lagi yang bakal dia mainkan hari ini?"

Julio sungguh tidak seperti biasanya, jika ada hal-hal aneh seperti ini, Lia tahu ada yang tidak beres. Sudut bibir Julio terlihat ditempeli plester akibat tendangan berputar yang Lia berikan kemarin.

Laki-laki itu berjongkok tepat di hadapan Lia agar bisa melihat wajah tunangannya, namun sayang, Lia malah menyilangkan tangan seraya membuang muka.

Julio hanya tersenyum dan mengeluarkan sapu tangan dari dalam saku jaketnya, ia mencoba mengelap keringat yang mengucur di pelipis Lia. Belum sampai sapu tangan itu mendarat di tempat yang seharusnya, Lia sudah menepis tangan Julio dengan segera.

"Nggak usah!" Lia menolak niat baik Julio.

"Galak amat sih."

"Ngapain pake ke sini segala? Aku malu diliatin anak-anak kampus."

Memang, kedatangan Julio membuat warga kampus pendor menatap Lia dengan penuh tanda tanya, maklum saja, ketampanan Julio memang bisa dikatakan setara dengan trio bening yang populer di kampus.

"Aku mau kamu bertanggung jawab sama perbuatan kamu kemaren. Bibir aku luka, Ya."

"Bukannya kamu duluan yang bikin gara-gara? Jangan jadi orang paling teraniaya deh."

"Kamu nggak ada niatan buat minta maaf sama aku? Setelah semua yang kamu lakuin kemaren?"

"Kamu pantes dapetin itu, Yo. KENAPA? SEKARANG KAMU MAU SOK BAIK SAMA AKU? KAMU MAU NGANCEM AKU? ATAU KAMU MAU BIKIN HIDUPKU SENGSARA LAGI? MAU KAMU APA?"

Lia tak bisa membendung air matanya, dadanya seperti dihantam bongkahan batu besar yang meninggalkan sesak yang amat dalam.

"Dasar perempuan! Senjatanya cuma air mata. Aku nggak bakal luluh cuma gara-gara air mata doang." Julio mencemooh Lia. Dalam keadaan seperti ini, perkataan Julio masih menyakitkan hati.

Lia memejamkan matanya sejenak sembari menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan perasaannya yang bercampur aduk.

"Kamu mendingan pergi dari sini, Yo. Tiap ketemu kamu, aku bukan cuma capek pikiran, tapi capek hati." Lia mengelap air matanya dengan kasar.

"Kenapa aku selalu kamu usir?" sergah Julio.

"Karena kehadiran kamu di hidupku memang bukan sesuatu yang aku inginkan. Kenapa kamu nggak pernah paham?"

BUG!!!

Julio memukul tembok tepat di samping telinga Lia. Sontak saja membuat Lia kaget setengah mati.

"KAMU GILA YA!" bentak Lia.

"IYA, AKU GILA GARA-GARA KAMU!" Julio tak ingin kalah meninggikan nada bicaranya karena kesal dengan perkataan Lia.

***

Dari kejauhan Elang terlihat cemas.

"Dek, ngapain lu malah ke sini sih?"

"Ya nggak mungkin Una ada di sana, Bang. Biarin aja Lia bicara sama Julio."

"Kayaknya baik-baik aja deh, laki-laki itu senyum kok sama Lia," tutur Cakra.

"Iya kan, Mas? Bang Elang aja yang terlalu khawatir." Una menyenggol siku Elang dengan pelan.

"Kompak bener dah kalian berdua, mentang-mentang baru -" Cakra menutup mulut Dhana dengan cepat supaya tidak ada kalimat lanjutan yang dikeluarkan Dhana.

Elang ||  Lucas NCT - SUDAH TERBIT✅Where stories live. Discover now