BUKAN PROJEN LAGI (1)

64 12 1
                                    

Satu minggu setelah kejadian baku hantam antara Elang dan Julio, tidak ada tanda-tanda Julio mengganggu Lia, baik itu melalui whatsapp maupun menemui Lia di GOR. Tampaknya ancaman yang Lia lemparkan untuk Julio bisa dikatakan berhasil. Lia dengan lantangnya mengatakan bahwa ia akan mengadu ke orang tua Julio atas apa yang sudah ia lakukan terhadap Lia selama ini. Sontak membuat kedua netra Julio tampak panik dan tidak berani untuk melayangkan pukulan lagi terhadap Elang sewaktu di kampus pendor.

***

Malam ini malam minggu, Elang berniat ingin mengajak Lia jalan-jalan sekaligus makan malam, kalau beberapa minggu yang lalu Elang mengajak Lia ke warung bakso, malam ini Elang ingin mengajak Lia makan di warung pecel lele yang letaknya di pinggir jalan berseberangan dengan Taman Olahraga dan Rekreasi, taman yang biasanya menjadi tempat Elang untuk melakukan jogging jika tidak ada jadwal latihan voli.

"Lia, maaf ya kalo aku cuma bisa bawa kamu ke sini."

Elang memang bukan laki-laki kaya yang bisa membawa Lia ke restoran mewah seperti Julio. Elang juga bukan laki-laki yang punya mobil mewah, yang Elang punya hanya motor Scoopy berwarna biru kesayangannya dan hati yang setia.

"Nggak pa-pa Lang. Aku nggak masalah kok," jawab Lia seraya tersenyum.

"Di sini terlalu rame ya? Kamu nyaman nggak di tempat kayak gini?" tanya Elang untuk memastikan.

Lagi-lagi Lia dibuat luluh dengan perlakukan Elang yang mementingkan kenyamanan dirinya. Sebenarnya Lia benar-benar tidak mempermasalahkan diajak ke tempat makan manapun. Bagi Lia, yang terpenting bersama Elang, itu saja. Karena dengan hadirnya Elang di hidup Lia, membuat dunia Lia terasa nyaman dan tenang.

"Santai aja, Lang. Aku biasa kok makan di tempat pecel lele kayak gini."

"Alhamdulillah." Elang mengelus dada tanda lega.

Tidak ada percakapan ketika mereka menyantap menu pecel lele yang sudah disediakan oleh pelayan warung.

"Lia, mau nambah lagi nggak nasinya?"

"Nggak, Lang. Udah kenyang."

"Serius? Jangan malu-malu loh, kalo malu nanti perutnya demo." Elang melempar senyum manisnya pada Lia.

"Beneran kenyang, Lang," jawab Lia dengan tegas.

"Sip deh kalo gitu."

"Malam ini Una nggak jalan, Lang?"

"Enggak, dia lebih seneng pidio kolan sama Cakra, lebih romantis katanya, lagian Una pengen hubungan dia nggak terendus sama orang kampus, jadi dia lebih milih buat diem di rumah aja."

Lia mengangguk tanda mengerti.

"Eh, kamu kan udah tau riwayat keluargaku kayak gimana, kayaknya aku yang sama sekali belum tau tentang keluarga kamu, Lang. Ceritain dong, kayaknya seru deh, apalagi kamu punya adik kayak Una."

"Seru apanya, yang ada aku jadi korban terus."

"Loh, kok bisa?"

"Kamu tahu Una itu adek paling nyebelin se-jagat raya, ada aja bahan untuk bikin aku emosi."

"Udah ku duga sih, apalagi Una anaknya tomboi banget."

"Nih, asal kamu tau ya, Lia. Una itu kalo lagi ngamuk punya kebiasaan nyoret-nyoret dinding kamar aku, tulisan dia itu isinya sumpah serapah mulu, gimana aku nggak naik darah? Terus aku jadi punya kerjaan baru, kamu tau apa?"

Lia menggeleng karena tidak tahu.

"Jadi tukang nge-cat."

"Tukang nge-cat?"

"Iya, kalo coretannya Una udah full, aku bakal nge-cat ulang pintu kamarku biar mulus lagi. Tapi, itu nggak bertahan lama, palingan cuma mulus dua hari, abis itu di isi lagi sama tulisan yang baru."

"Respon Mama kamu gimana ngeliat Una kayak gitu?"

"Mama sih nggak pernah marah, kata Mama, itulah bentuk kasih sayang Una sama aku, kadang aku sampe mikir kasih sayang darimananya, lha wong isinya itu kalimat amarah yang nggak ada habisnya, aku pernah didoain biar sembelit, didoain kesandung aspal, pokoknya Una itu nguras emosi banget, Lia."

"Hahahaha," Lia tergelak mendengar penjelasan dari Elang yang begitu menggebu-gebu menceritakan adik semata wayangnya itu.

"Una yang keliatan tomboi punya kebiasaan unik kayak gitu, aku jadi makin kagum sama dia."

"Itu nggak seberapa, Lia. Jadi, tiap kali aku berantem kecil sama Una, Mama biasanya ngasi hukuman nulis surat permintaan maaf satu sama lain, jadi aku terpaksa nuruti perintah Mama, kata Mama, nulis surat bisa bikin unek-unek tersalurkan. Mama nggak mau anak-anaknya punya dendam. Surat yang Una tulis itu isinya aneh-aneh banget, sejauh ini yang paling berkesan di kepalaku ada satu."

"Isinya apa, Lang?" Lia terlihat antusias mendengarkan cerita dari Elang.

"Isinya apa, Lang?" Lia terlihat antusias mendengarkan cerita dari Elang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Elang ||  Lucas NCT - SUDAH TERBIT✅Where stories live. Discover now