MAS CAKRA, SARANGHAE

67 14 10
                                    

Setelah berdebat panjang dengan Yolanda dan gengnya, Cakra mengajak Una untuk duduk santai di bangku panjang yang tersedia di bawah pohon jambu sebelah parkir kampus.

"Mas Cakra kok tau Una ada di sana?" tanya Una.

"Mas tadi ngeliat kamu di tarik ke belakang musholla, jadi Mas ikutin deh."

"Una kira Mas Cakra berguru sama Harry Potter loh tadi, tiba-tiba nongol aja, kayak punya ilmu sihir."

"Kaget ya?" Cakra melempar senyum pada Una.

Melihat bagaimana bentuk senyuman di wajah seorang Cakrajiya Garjita Hanenda, membuat hati Una meleleh dalam sekejap.

"Mas, hati Una udah nggak kuat." Una memegang dadanya seraya memasang wajah memelas.

"Una kenapa, Dek?" Raut wajah Cakra terlihat khawatir karena takut terjadi apa-apa dengan Una.

Di kampus pendor, senior angkatan atas sudah biasa memanggil juniornya dengan sebutan Adek.

"Mas Cakra senyum kayak gitu, Una beneran nggak kuat. Jangan salahin Una kalo beberapa menit ke depan Una bakal nyatain perasaan. Hehehe."

Sebenarnya detak jantung Cakra juga sudah tidak teratur, tapi, demi terlihat biasa saja, Cakra harus tetap menjaga sikap.

"Kamu emang selalu terang-terangan kalo soal perasaan ya, Dek?"

"Iya dong, kalo nggak gitu, mana orang bisa tau gimana perasaan Una."

"Kalo ditolak gimana?"

"Ya usaha lagi, lebih gigih dari biasanya."

"Kalo hati Una jadi nggak aman karena Mas, Mas minta maaf ya."

Batin Una, "Sebelum masuk pendor, hatiku emang udah nggak aman, Mas."

Una menghela napas panjang, "Mas Cakra nggak perlu minta maaf. Una seneng kok. Lagi-lagi Mas Cakra ngingetin aku sama Haechan. Aku yang harusnya minta maaf. Nggak seharusnya bawa-bawa perasaan."

Di satu sisi, Una bahagia karena bisa sedekat ini dengan Cakra, tapi di sisi lain Una merasa bersalah, karena selalu dibayang-bayangi sosok Lee Haechan. Cakra memang semirip itu dengan artis Korea kesukaan Una. Una jadi sulit membedakan, entah perasaannya memang benar-benar rasa cinta yang tulus untuk Cakra, atau hanya sekedar suka karena kemiripan raganya.

"Mas ngerti kok, karena Mas memang bisa dikatakan mirip banget sama Haechan. Apalagi dia artis kesukaan kamu, kan, Dek? Jadi, its okay. Kesenangan orang kan beda-beda yah. Una nggak perlu sedih."

"Una mau mastiin dulu perasaan Una gimana, Mas jangan ngelirik perempuan lain dulu ya, tungguin Una. Mas Cakra kan nggak mau pacaran, jadi Una bakal jadi orang pertama yang bakal nerobos pertahanan hatinya Mas Cakra. Hehehe." Lagi-lagi Una melempar senyum pada Cakra.

Perkataan Una membawa angin segar untuk Cakra. Di saat seperti ini, seboleh akal Cakra menenangkan hatinya. Bahkan perutnya sudah dipenuhi kupu-kupu yang berterbangan saking bahagianya. Ini pertama kalinya Cakra dibuat salah tingkah karena seorang perempuan. Biasanya ia tak ambil pusing, bahkan ia sudah terlatih mengeluarkan kalimat penolakan untuk kaum hawa yang menyatakan perasaannya pada dia.

Hati Cakra seolah berbisik, "Apa ini yang dinamakan cinta? Kalau ini bener-bener nyata, gue nggak bisa mengabaikan perasaan ini gitu aja. Gue emang belum kenal apa itu cinta, tapi dengan keadaan jantung yang berdegup kencang, hati yang begitu menggebu-gebu pengen ketemu, pandangan mata yang nggak bisa lepas dari dia, gue udah bisa divonis lagi jatuh cinta kan?"

"Una mau tau perasaan Una itu cinta atau sekedar suka? Nggak butuh waktu lama kok, palingan delapan detik doang."

"Hah? Gimana caranya, Mas? Kok bisa cepet gitu?"

Elang ||  Lucas NCT - SUDAH TERBIT✅Where stories live. Discover now