CLASSMEETING

67 11 4
                                    

Suasana pagi ini nampak begitu cerah. Saat pertama kali Elang membuka jendela, angin pagi yang segar langsung berhembus perlahan memasuki ruang kamar, membuat hati laki-laki itu terasa sejuk dan nyaman. Cahaya matahari mulai masuk melalui celah-celah dinding rumah. Terlihat butiran bening kecil membasahi bunga dan dedaunan hijau. Kicauan burung terdengar merdu bersahutan dengan kokok ayam jantan. Elang menghirup udara segar untuk menyerap energi di pagi hari, secuil senyum indah terukir di wajah Elang sembari hatinya berbisik, "Hari ini Lia main futsal, gue bakal dukung habis-habisan."

Ya, kampus pendor sedang mengadakan classmeeting untuk mempererat persahabatan antar angkatan. Bagi Elang, ini bukan hal yang baru, tapi, bagi junior yang baru masuk pendor, ini akan menjadi ajang untuk uji mental, karena harus beradaptasi dengan para senior dan lapangan.

Ada tiga cabang olahraga yang akan dipertandingkan dalam classmeeting kali ini, yakni futsal, bola voli dan sepak takraw, tentu saja masing-masing cabang ada kategori untuk putra dan putri secara terpisah. Dikarenakan tiga cabang olahraga ini yang paling merakyat dan lebih seru untuk dipertandingkan, maka dari itu, kampus pendor menjadikan classmeeting ini seperti sebuah tradisi wajib setiap semester.

Elang tahu jika hari ini Lia akan menjadi kiper untuk mewakili kelasnya, informasi sepenting ini sudah pasti didapatkan dari Una. Jadwal clasmeeting pagi ini adalah tim futsal putri kelas Kepel 1A akan berhadapan dengan kelas Kepel 3A.

Elang memberikan wejangan kepada adiknya sebelum berangkat ke kampus, "Dek, lu nanti main futsal jangan kayak anak ayam ya? Biasanya anak cewek kalo main futsal seneng banget ngumpul jadi satu ngerebutin bola, kalo bisa pencar, terus jangan lupa kalo mau ngoper bola liat kawan dulu, jangan asal tending aja. Jangan malu-maluin Abang."

"Yeee, yang ada malah Abang yang malu-maluin Una. Krokodail krokodail!"

"Abang serius ini, yang nonton nanti rame loh, ada para senior sama dosen juga. Terus, nanti kalo Una mainnya bagus, bisa dapet duit dari Pak Slamet."

"Duit?" Una menaikkan bahunya.

"Iya, bukan Pak Slamet aja, kadang Pak Rahmad, Bu Wija juga ngasi duit buat ngapresiasi mahasiswa yang punya skill bagus, tahun lalu kelas Abang dapet tiga ratus rebu dari Pak Slamet karena menang main voli lawan kelas senior."

"Widih, keren, Bang. Kalo gitu, ntar Una keluarin semua skill yang Una punya, biar dapet duit, hahaha."

"Huuuu, dasar! Kalo soal duit aja gercep."

"Iya dong, nggak ada duit nggak makan, Bang. Kita mah realistis aja."

Una masih disibukkan dengan ikatan tali sepatu futsal miliknya, sementara Elang memasang jam digital di pergelangan tangan kirinya.

"Berangkat sama Abang aja, kalo jogging ntar sampe sana tenaganya udah terkuras abis, bisa-bisa Lia kesusahan jaga gawang kalo lu nggak ada tenaga lagi."

"Halah! Masih Lia juga yang ada dipikiran Abang, tunangan orang itu, Bang, sadar dong!"

"Belum naik ke pelaminan mah nggak usah sok keras, Dek. Orang yang udah nikah aja bisa ditikung kok, apa sih yang nggak mungkin di dunia ini? Yang penting Abang kudu merawat kegantengan diri dan berusaha sampai jadi. Hahaha."

"Ish! Nyebelin banget sih! Ntar kalo kecewa, jangan nangis lu, Bang!"

"Ngapain nangis? Nggak main ah nangis-nangis gituan."

"Iya, liat aja entar, jangan sombong jadi manusia, Bang." Una menyilangkan kedua tangannya seraya memberi tatapan tajam pada Elang.

Elang mengeluarkan motor Scoopy dari garasi rumah. Sebelum berangkat ke kampus, dua bersaudara itu bersalaman dulu dengan Mama.

Elang ||  Lucas NCT - SUDAH TERBIT✅Where stories live. Discover now