Alendra mendorong motornya menuju garasi rumah tanpa ingin menimbulkan suara. Bisa bahaya nanti urusannya jika Jack tahu ia pulang dalam keadaan babak belur ditambah lagi kartu kredit yang sudah Alendra ambil tanpa sepengetahuan Jack.

Alendra hanya berharap jika Jack malam ini masih dikantor. Tapi, melihat mobil kesayangan milik Jack sudah terparkir rapi di dalam garasi seketika membuat nyali Alendra menjadi ciut. Belum ada 24 jam ia berbaikan dengan Jack. Jangan sampai hari ini Kembali tercipta perang dunia ke sepuluh.

Alendra melepas sepatunya, matanya bergerak liar memastikan keadaan rumah dan syukurlah ternyata memang sedang sepi. Sayup-sayup Alendra mendengar suara tawa Scorpio disusul dengan suara lain tengah bercerita dari arah ruang tamu.

“Frenzo?” cicit Alendra memperhatikan cowok berkaos hitam itu tak yakin.

“Yoi Al!” teriak Frenzo nyaring seketika membuat Alendra terkejut bercampur panik. “My brother gue apa kabar nih?”

“Sssst!” desis Alendra meletakkan jari telunjuknya dibibir meminta Frenzo untuk sedikit saja menurunkan nada suaranya sudah persis seperti toa tukang tahu bulat.

“Kenapa sih?” tanya nya.

Alendra melambaikan satu tangannya meminta Frenzo untuk mendekat.

“Apa sih, Al? lo kenapa? Gue datang bukannya disambut, malah disuruh diem.” Oceh Frenzo.

“Bang Fren, itu tuh tandanya Kak Lend lagi sembunyi-sembunyi biar nggak ketauan sama Papah. Maklum aja, kan Kak Lend pengecut. Mana berani dia sama Papah,” ujar Scorpio songong.

“Diem lo!” gertak Alendra emosi.

Wait, muka lo kenapa kok bisa pada biru gitu?” tanya Frenzo.

“Gapapa, lo tau kan ya gue kalau udah jadi jagoan gimana.” Balas Alendra sekena nya. “Lo ngapain dirumah gue? Mending balik sana.” Usir Alendra.

Frenzo mendengus jengkel, putra sulung dari Frezi itu sontak melayangkan satu jitakan ke kepala Alendra. Bukannya disambut dengan suka cita, Alendra justru mengusirnya.

“Gue lagi libur sekolah dong. Jadi kan gue kesini aja, mau nginep dirumah lo. Gimana? Lo seneng kan?”

“Apa?! Lo mau nginep dirumah gue selama liburan?”

“Ya iyalah.”

“Nggak, nggak boleh. Gue nggak bisa tidur nyenyak kaalau ada lo. Sana, mending lo ke rumah nenek aja lah. Jangan disini.”

“Dih, lo sama sepupu sendiri jahat bener.”

“Bodo amat Fren, gue udah kapok tidur sama lo yang suka teleponan nggak tau waktu dan suara dengkuran lo yang cukup membuat gue emosi.”

Frenzo cengengesan “Sekarang kan gue udah nggak gitu, Al. cewek gue yang sekarang nggak suka di ganggu, jadi mana mungkin gue telponan lagi tanpa batas waktu.”

“Gue aduin lo ke om Frezi baru tau rasa! Kalau om Frezi tau lo pacarana terus bukannya focus kuliah, gue pastiin lo dicoret dari KK dan jadi gembel lo.”

“Jahat bener lo, Al. coba sopan kek sama gue. Gini-gini juga kan gue abang lo heh!”

“Apa? Lo minta gue sopan sama lo? Nih ya, gue aja punya adek kagak ada sopan-sopannya sama gue. Terus lo minta gue sopan sama lo? Males bet.”

“Setuju Kak!” seru Scorpio memberi Gerakan hormat.

“Anak curut!” maki Alendra kesal melihat tingkah Scorpio seolah tengah mengejeknya. “Sini lo.”

“Apa sih kakak ku sayang. Kalau nggak ada duitnya males ah, nggak usah manggil-manggil,” ujar Scorpio.

“Gue kepret lo pake kaos kaki Frenzo modar lo!” geram Alendra.

Scorpio sontak melompat dari tempat duduknya. Ia takut jika Alendra benar-benar melakukan hal itu. Scorpio tidak mau jika kaos kaki Frenzo yang super bau mendarat di wajahnya.

“Mau anak kelinci nggak?” tawar Alendra menaik turunkan kedua alisnya jenaka.

“Mau!” seru Scorpio semangat.

“Gue bakalan kasih lo duit buat beli anak kelinci sama ayam, asal lo harus mau bantuin gue,” ujar Alendra tersenyum misterius.

“Oke, aku mau kak.”

Alendra memberikan kartu kreditnya pada Scorpio “Papah di kamar nggak?”

“Enggak, tadi Papah ke ruang kerja.”

Alendra menjentikkan jarinya sekali “Lo taruh ini kartu diatas meja samping tempat tidur ya. Tapi, jangan sampai Papah tau. Ok.”

“Siap, Kak Lend.” Scorpio bergegas menuju kamar Jack dengan riang sembari membayangkan anak kelinci dan juga ayam yang akan dibelinya untuk menggantikan Siti yang sudah mati.

Begitu Scorpio masuk ke dalam kamar, Alendra menghela napas lega. Selamat, setidaknya untuk saat ini ia akan aman. Jack berada diruang kerja tentu saja Alendra bisa sedikit terselamatkan.

Namun, sialnya rasa lega yang dirasakan Alendra harus sirna begitu saja Ketika Scorpio datang dengan wajah polosnya menggenggam tiga lembar uang berwarna merah. Kemudian berkata ….

“Maaf, Kak. Sebenarnya dari tadi Papah ada dikamar, dan aku sengaja bohong. Nah, Papah nyuruh Kakak buat kekamar. Katanya mau di kasih hadiah, nih liat aku juga dikasih tiga ratus ribu sama Papah,” ujar Scorpio dengan lugunya.

Alendra memejamkan matanya pelan dengan kedua tangan terkepal kuat “SCORRPIOOO!” teriak Alendra nyaring.

Frenzo yang melihatnya tertawa terpingkal-pingkal. Selalu saja penghuni rumah ini akan diisi dengan banyak drama.
















Frenzo

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Frenzo

AlendraDove le storie prendono vita. Scoprilo ora