33. The Truth Untold 3

44 10 0
                                    



- Happy Reading - 


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Apakah ini mimpi? Jeffrey terbangun, dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah seorang bidadari cantik yang tampak pulas tertidur sambil tersenyum kecil. Rambut hitamnya tergerai, sedikit berantakan, menutupi pundaknya yang polos tak tertutupi sehelai benang. Bukan, tapi mereka memang tidak mengenakan pakaian saat ini. Hanya tertutupi selimut putih tebal sampai ke pinggul untuk si laki, dan dada untuk si perempuan. 

Situasi yang langka untuk Jeffrey. Dia biasanya bangun dengan keadaan kasur sebelah kosong, dan pagi yang suram. Tapi sekarang, semburat cahaya matahari masuk menerangi kamarnya, dan seorang bidadari turun dari kahyangan untuk menempati tempat kosong di sampingnya. 

Kulit putih bersih nan mulus Irene, bersinar. Rasanya seperti menyentuh kain sutra saat Jeffrey mengelus pundaknya, sangat lembut. Hati si empu pun berdebar kencang. Setiap bagian, setiap titik di tubuh Irene sangatlah sempurna. Sekilas bayangan kegiatan panas mereka kemarin malam muncul di kepala Jeffrey. Dia ingin melakukannya lagi tapi ... 

" Jeffrey? " Irene terbangun saat merasakan tangan Jeffrey mencengkram kecil pundaknya. 

Dia mengerjapkan matanya, membiasakan diri dengan terangnya kamar Jeffrey, " Apa yang_ AAAKKHHH!!! " 

Sontak Irene teriak kencang saat menemukan dirinya telanjang bulat, begitu juga dengan pria yang tidur di sampingnya. 

" T-Tidak mungkin, kemarin k-kita_ " 

" Irene tenanglah, jangan takut. " Jeffrey mengelus kedua pundak Irene. 

Si pemilik pundak langsung membelalakkan mata saat meraskan sentuhan Jeffrey. Ia bergegas beranjak dari ranjang Jeffrey, memakai bajunya yang tergeletak sembarangan di kamar pria itu. Dan tanpa berpamitan, Irene langsung lari pergi, meninggalkan kediaman clan Lucine Vangs. 

Pikiran Irene kosong, suara - suara di sekitarnya kabur begitu juga penglihatannya. Kepalanya pusing, perutnya terasa mual jijik melihat makanan - makanan mentah yang di jual di pasar. Semua penduduk desa yang melihatnya memberi tatahan heran dan bingung, tidak ada yang mau membantu Irene yang malang. Kecuali satu orang ... 

" Irene! " kejut pria itu, menangkap tubuh Irene yang hampir jatuh, " Akhirnya aku menemukanmu. " 

Itu suaminya, Jin Ludwig. Dari kemarin malam, setelah dia pulang dari pertemuan di balai desa. Pria jakung ini panik saat tak melihat keluarga kecilnya di rumah. Rumah yang hanya memiliki beberapa petak saja itu sepi, dan gelap. Dengan langkah dan raut muka panik, Jin bertanya kepada semua penduduk desa. Apakah mereka melihat keluarganya, kebanyakan mereka tidak tahu, tapi beberapa ada yang menunjuk ke arah perpustakaan desa. Tempat tetua Jeman tinggal. Jin menghembuskan nafasnya lega saat melihat putrinya Jian sedang duduk di pangkuan tetua Jeman, mendengarkan dongeng dari kakek tua itu. 

Blue Moon [✔️]Where stories live. Discover now