32. The Truth Untold pt.2

47 11 0
                                    



- Happy Reading -

- Happy Reading -

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.









7 tahun kemudian ... 

Hari terus berganti. Orang - orang bergilir datang dan pergi. Umur semakin menua. Kenangan terus di buat, baik itu kenangan indah dan pahit. Kenangan bersama orang yang tersayang, dan orang yang menjadi kini menjadi kenangan. Seperti sekarang. Sebuah keluarga kecil yang terdiri dari tiga anggota, sedang menghabiskan waktu mereka berkumpul di rumah kecil yang hanya memiliki dua ruangan. Mereka tertawa, melemparkan lelucon, bercerita, kegiatan yang sederhana tapi bisa memberi dampak besar ke depannya. Terlebih lagi, untuk gadis kecil yang sekarang ada di pelukan sang ibu. 

Jian, gadis itu sudah tumbuh besar. Dia sudah bisa berjalan, berlari kesana kemari, berbicara dengan lancar. Bahkan di umurnya yang masih muda dia sudah bisa membantu ayahnya berdagang di pasar. Walau itu hanya memasukkan barang belian orang ke dalam kantong dan memberikannya. Tapi menurut kedua orang tuanya, hal semacam itu sungguh berarti. 

Jin menatap haru kedua permatanya, sang istri Irene Eos, dan sang buah hati Jian Amaris. Mereka adalah hal paling berharga dalam hidupnya, yang tidak tergantikan. Entah itu dengan uang, ataupun dengan nyawa. Sebagai seorang suami, dan ayah dari satu anak. Masih terasa seperti mimpi hingga sekarang. 

Apa yang bisa dia lakukan tanpa mereka? Pikirnya. Karena mereka-lah alasan sosok Jin Ludwig bernafas sampai sekarang. Alasan untuk terus berjalan walau banyak duri - duri yang menjadi tantangannya. 

Lalu Irene. Dia bahagia, sangat bahagia. Karena anaknya bisa tumbuh dengan sehat, dan ceria seperti sekarang. Begitu juga dengan anaknya yang sekarnag ada di perpustakaan. Membantu tetua Jeman menata buku - buku yang baru saja datang dari kota. Bersama mereka menata buku - buku itu ke dalam lemari. 

Sehari sekali, Irene mengunjungi mereka. Entah itu iming - iming ingin membaca buku, bertemu tetua Jeman, atau ... benar - benar ingin bertemu dengan putrinya yang ia sembunyikan dari semua orang. Neoma Minju. Dia tumbuh menjadi gadis yang periang, dan lembut. Wajahnya tidak kalah cantik dengan Irene-ibunya. 

Jujur, setiap kali Irene melihat Minju. Entah itu dari dekat atau dari kejauhan. Hatinya tidak pernah berhenti memanggilnya dengan sebutan 'putriku'. Dorongan dari hatinya untuk mengatakan yang sebenarnya, masih ia tahan hingga detik ini. Meski tetua Jeman menghimbau kepada Irene untuk segera mengatakannya, tetap. Irene menolak. Tapi dengan alasan. 

Karena satu hal, yaitu Jian. Menurut Irene, mental Jian masih belum siap untuk mengetahui yang sebenarnya. Tidak tahu lagi kalau Jin. Mungkin pria itu hanya terkejut. Tapi Jian? 7 tahun dia dianggap menjadi anak bungsu dari keluarga. Yang selalu mendapatkan kasih sayang penuh dari ayah dan ibunya. lalu tiba - tiba, tidak ada angin tidak ada gempa, Irene mengatakan kalau dia sebenarnya memiliki seorang kembaran. Dimana kembaran itu adalah gadis perempuan seusianya yang biasa ia temui di perpustakaan yang setiap kali Irene ajak kesana. 

Blue Moon [✔️]Where stories live. Discover now