25. Boy from the Pendant

50 13 2
                                    



- Happy Reading



" I

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

" I... will give up my soul when it is necessary to take care of master Jian, master. "






Malam terasa panjang, berbeda dengan malam - malam sebelumnya. Jian terbangun dengan kondisi wajah pucat dan sekujur badan remuk. Dia setengah sadar setengah tidak. Berjalan mengendap - endap, melewati orang - orang yang sedang tertidur. 

Pusing menyerang kala si empu mendongakkan kepalanya, menatap sang rembulan yang bersinar terang malam ini. 

" Sebentar lagi musim dingin. " gumam gadis itu. Merasakan angin malam yang dingin menusuk pori kulitnya. 

Tidak biasanya Jian sedih seperti ini. Gadis itu sangat menyukai musim dingin, bermain salju, meminum cokelat hangat, berkumpul di perapian, memanggang kue. Itu semua kegiatan kesukaannya di musim itu. Akan tetapi, tahun ini berbeda. Mungkin tahun - tahun setelahnya juga. Karena setelah musim dingin berakhir, bakal ada gerhana bulan dan setelahnya diikuti dengan fenomena Blue Moon. Yang artinya peperangan kedua antara kedua clan Lucine Vangs dan Rolf Laycan berlangsung. 

Setelah ratusan tahun lamanya. Pertumpahan darah dari peperangan Devusa bakal mewarnai padang rumput-tempat berlangsungnya peperangan mereka kelak. 

Untuk informasi apa akan ada senjata di peperangan ini, Jian tidak tahu. Tapi menurut asumsi Sehun, mereka tidak akan menggunakan senjata-tangan kosong. Melainkan bergantung dalam kekuatan dan keahlian masing - masing. Yang pastinya manusia biasa seperti Jian bakal langsung mati di tempat bila terseret ke dalam peperangan itu.

30 menit berlalu, Jian masih setia duduk di bawah pohon beringin-tepat dimana dirinya tadi tumbang karena hantaman keras yang mengenai kepalanya. Melamun, membayangkan nasibnya ke depan. 

Di gubuk, Sehun terbangun karena tidak merasakan adanya Jian di sampingnya. Tangannya meraba - raba bagian kosong di sebelahnya, seperti orang buta yang mencari kacamatanya. Pria itu pun sontak bangun, memposisikan tubuhnya duduk sambil menoleh ke sekitar mencari sosok kekasihnya itu. 

Mencoba tenang, Sehun meraih jubahnya. Mengendap - endap keluar, dan tepat saat ia menutup pintu. Kedua matanya langsung menemukan gadis yang ia cari. Disana, di bawah pohon. 

" Jian. " panggil Sehun. Suaranya yang pelan-nyaris terdengar berbisik, bisa Jian dengan dengan jelas. Karena memang hanya ada mereka berdua disana, dan karena kesunyian malam ini. 

Si pemilik nama tersenyum, menepuk sampingnya, menyuruh Sehun untuk duduk di sebelahnya. 

" Kenapa kamu tidak tidur? Bagaimana lukamu? Sudah membaikkan? "

Blue Moon [✔️]Where stories live. Discover now