Bagian 32|

3.4K 425 113
                                    

Happy Reading 🌻❤️

32. Menenangkan
.
.
.

Dengan menggunakan sepeda motor yang tadi di sewa, Silpa berkeliling guna mencari keberadaan Agam. Gadis itu bahkan belum mengganti seragamnya. Sudah dua jam ia mencari-cari Agam tapi tak juga menemukan batang hidung pria itu.

"Dia kemana sih," gerutu Agam dalam hati.

Gadis itu berbelok ke arah kiri. Sesekali tangannya menahan helm yang kebesaran dikepala Silpa. Sambil matanya tak pernah lepas memindai sekeliling.

Saat ini ia mengendarai motornya sampai, ke jalan angkasa putih. Jalan itu adalah jalan menuju sekolahnya. "Apa dia ada di sekolah?" Gumannya menebak keberadaan Agam. Ragu. Silpa menuntun motornya ke arah utara tepat sma angkasa berada. Mendongak. Silpa melihat Gerbang SMA angkasa yang sudah terlihat di ujung jalan.

Gadis itu memelankan laju kendaraannya saat sampai di area gerbang Sma Angkasa. Gerbang sekolahnya sudah tutup. Wajar sih, ini sudah sangat sore. Anak-anak Angkasa pasti sudah pada pulang. Ia mendengus malas, "Gak mungkin dia ada di dalam. Kan gerbangnya tutup."

Gadis itu bersiap memutar balik motornya, tapi urung karena melihat sesuatu yang familiar. Dengan cepat ia mematikan motornya, turun tergesa dan kakinya menghampiri benda itu.

"Ini kan sepatu gue!" Agam mengangkat kedua sepatu yang di yakini miliknya.

"Kok bisa ada disini?" Gumamnya, ia menatap gerbang yang tergembok. Lalu tiba-tiba matanya membulat, "Jangan bilang dia manjat dari gerbang ini?" Tanya nya pada angin yang berhembus.

Silpa berlari pelan, ia memindahkan motornya ke tempat yang lebih aman. Meletakkan helm di atas tempat duduk sepeda motornya, lalu ia melangkah cepat ke arah gerbang. Tanpa aba-aba gadis itu melompat ke atas, bersiap menaiki gerbang agar bisa masuk ke dalam.  Tangannya menahan atas ujung gerbang agar menahan bobotnya. Gadis itu mengangkat satu kakinya ke pembatas yang ada di gerbang bersiap naik ke atas. Sedikit kesusahan karena gadis itu pakai rok.

Krek.

"Anjim gue lupa...., Gue kan pake rok!"

Silpa merutuki kebodohannya dan dengan cepat lompat turun kebawah. Ia menoleh ke arah roknya yang sudah sobek, karena terkena besi tajam.

"Aish sial!"

"Gimana dong?!"

Silpa meletakkan tangannya di dahi. Lalu ia menatap motor yang terparkir di bawah pohon. "Aha! Gue naik dari pohon aja," ucapnya. Ia berlari ke arah pohon besar dengan dahan yang banyak itu.

Hapt.

Berhasil. Silpa berhasil naik ke atas pohon. Ia melompat ke arah dinding pembatas dan berjalan di sisinya. Lalu mencari tanah yang agak rendah dari tempatnya sekarang.

Setelah mendapatkan spot yang baik, ia melompat turun dengan tangan yang menahan bobotnya tubuhnya. Gadis itu menepuk-nepuk tangannya yang terkena tanah dan berlalu dari sana dengan senyum puas. Silpa melirik rok yang ia kenakan, robekan di rok itu semakin panjang. Sehingga hot pants hitam milik Silpa terekspos. Silpa mengangkat kedua bahunya bodoh amat.

***

Agam menatap pantulan wajahnya yang bergelombang di dalam air. Lalu setelah gelombang itu berhenti pria itu melempar batu, sehingga air yang tadi tenang kembali bergoyang. Begitu saja seterusnya. Dua jam ini pria itu berada di tempat random.

Setelah dari rumah Silpa, ia pergi ke taman melampiaskan emosinya dengan berteriak. Setelah bosan ia berpindah ke banyak tempat. Dan akhirnya ia datang ke sekolah nya dulu. walaupun gerbang tergembok, Pria itu tak menyerah. Dengan tubuh tinggi Agam, ia dengan mudah melompati gerbang yang tergembok itu.

Jiwa yang Tertukar [SELESAI]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora