"Theodore datang?! Pria itu datang?! Hari ini?!" teriak Lilly dengan wajah panik. Pelayan wanita dengan nametag bertuliskan 'Olivia' itu menganggukkan kepala dengan kaku. Keterkejutan Lilly membuatnya semakin panik.

Tidakkah Lilly mengetahui jika Theodore akan datang malam ini?

"Iya Nona. Tuan Theodore memang akan datang malam ini. Dia baru saja mendarat di Los Angeles tadi sore. Dan akan—"

"Baiklah. Aku akan segera bersiap dan jangan lupa, bereskan semua ini."  Lilly memotong ucapan Olivia dan langsung berdiri tegak—mengambil sebuah kimono yang tergantung di sampingnya. Olivia mengangguk mengerti.

"Kalau begitu saya—"

"Oh satu lagi! Tolong beritahu aunty Shane untuk segera membawakan salah satu koleksi wine Thodore ke dalam sini." Wanita yang kian dilanda kepanikkan itu lagi-lagi menyela ucapan Olivia dengan cepat. Beruntung Oliva dapat langsung mengerti dengan apa yang diperintahkan oleh Lillyanne.

"Baik Nona," jawabnya dan langsung keluar meninggalkan Lilly—memanggil beberapa pelayan untuk membereskan kamar mandi dan memberitahu seseorang yang dipanggil dengan sebutan 'aunty Shane' agar segera membawakan anggur ke dalam kamar seperti yang Lilly perintahkan. Segera setelah Oliv keluar, Lilly juga ikut keluar dari dalam bath up, mengambil handuk di dalam lemari dan melilitkannya ke kepala.

"Ish! Kenapa dia senang sekali datang tiba-tiba?!" gerutunya dengan kesal, tentu saja! Ini bukan kali pertama Theodore datang tiba-tiba seperti sekarang. Pria berusia 30 tahun itu terlalu sering melakukan hal-hal absurd yang tidak terduga hingga tak jarang membuat Lilly merasa heran.

Pernah saja Thodore datang ke White Mansion saat tengah malam hanya untuk memberitahunya jika ia sedang kelaparan dan menginginkan sup asparagus buatannya.

Aneh? Tentu saja!

Gila? Ya, mungkin pria es itu sudah mulai gila karena terlalu sering berhadapan dengan laptop kesayangannya!

Mengingat Theodore, Lilly lagi-lagi dilanda kepanikan yang luar biasa. Ia segera keluar dari dalam kamar mandi, masuk ke dalam ruang wardorbe dan segera mengeringkan tubuhnya secepat yang ia bisa. Lilly menggosok seluruh bagian tubuhnya untuk meninggalkan jejak-jejak kelembapan air mandinya. Sial! Ini akan menjadi masalah besar jika pria kutub itu tahu kalau ia mandi malam, untuk yang kesekian kalinya.

Mengingat Theodore yang selalu bersikap dingin namun sedikit romantis, Lilly pun hanya bisa menghembuskan napas pelan. Bagaimana bisa Tuhan menciptakan seorang pria tanpa empati seperti Theodore Alford?

"Hah! Mungkin dia juga tidak menangis saat dilahirkan dulu," gumam Lilly tanpa menghentikan kegiatannya mengeringkan badan. Ya meskipun kerap kali merasa heran dengan sikap dingin Theodore, Lilly sebenarnya tidak pernah mau ambil pusing dengan hal itu. Selagi black card ada di tangannya, maka semua akan baik-baik saja.

Setidaknya itu yang ada di pikiran Lilly tiga tahun belakangan ini.

Ada dan tidak adanya Theodore hanyalah sebuah bonus bagi Lilly. Toh, kehadiran pria itu juga tidak berpengaruh apa-apa padanya. Selain sex, teman tidur dan pesta, mereka hanyalah orang asing yang terikat hubungan tanpa status.

Lebih dari teman, namun kurang dari sebuah hubungan.

Tidak ada emosi yang terjalin di antara mereka meski sudah tiga tahun menjalani hubungan seperti ini. Semua hanya tentang timbal-balik yang saling menguntungkan.

Theodore dengan semua uangnya dan Lilly dengan segenap tubuhnya.

"Kau adalah seorang wanita simpananku, Lillyanne. Jadi kau harus selalu mengingat posisimu. Bertingkahlah sebagaimana aku membayarmu dan jangan pernah mengharapkan apapun selain uang dari hubungan ini."

The Escapes of MistressМесто, где живут истории. Откройте их для себя