Bisma dan Icha

Mulai dari awal
                                    

“Bisa aja lo.”

“Lain kali kalau ada apa-apa bilang ke gue, gue siap bantu kapan pun lo butuh gue,” kata Bisma tulus.

Thanks.”

Bisma mengangguk kemudian tangannya bergerak menyibak rambut yang menutupi wajah Icha. “Ini perih banget, ya?” tanya Bisma seraya menyentuh pipi Icha yang memar.

Akhh….” Ringis Icha.

Sorry gue gak sengaja,” kata Bisma kemudian mengusapnya lembut.

Ceklek…

Icha dan Bisma sontak melihat ke ambang pintu UKS yang menampilkan Sisi dan Naya. Sedangkan Naya yang melihat keduanya sangat dekat merasakan ada yang janggal dari perasaannya tapi gadis itu mengabaikannya begitu saja. Naya dan Sisi bergegas mendekat ke brankar dimana Icha dan Bisma berada.

“Cha kaki lo kayaknya harus dibawa ke rumah sakit deh,” ucap Naya.

Bisma menatap Naya kemudian berdiri disampingnya. “Bisma udah ngajak Icha ke rumah sakit tapi dia gak mau.”

“Gak usah Nay, ginian doang mah gak papa.”

Sisi melipat tangannya di depan dada. “Lo bisa gak sih gak usah sok kuat? Kaki lo itu butuh penanganan dokter!” ucapnya ketus.

“Gak usah lebay lo!”

“Awas aja kalau kesakitan gue gak akan bantuin lo!” kata Sisi setengah mengancam.

“Gue masih punya Naya, lagian siapa juga yang mau dibantuin sama lo? Yang ada gue makin sakit.” cibir Icha.

Sisi mengacungkan jari tengahnya. “F*ck!”

“Nay, bisa bantu obtain lukanya gak?” tanya Bisma.

“Naya kan jago tuh ngobatin orang, jago semua sih. Bikin Bisma nyaman aja jago,” lanjut Bisma mengedipkan matanya genit.

“Huekkk…. Najis!” cebik Sisi berlagak seperti orang muntah.

“Kenapa lo sisik ular?”

“Omongan lo alay bikin gue pengin muntah!”

“Bilang aja lo iri. Iri? Bilang boss!” ujar Bisma sombong.

“Najis iri sama lo!”

“Males banget gue disini ada orang iri. Nay, Bisma ke kelas dulu ya ada tugas yang belum Bisma kerjain.”

“Ke kelas mah ke kelas aja ngapain laporan sama gue?!”

“Bisma kan calon suami yang baik, apapun itu harus izin sama Naya.”

“Sinting!”

“Pergi deh lo, enek gue denger omongan lo!” usir Sisicsambil mendorong bahu Bisma.

“Gak usah pegang-pegang, yang ada gue harus mesucikan diri karena dipegang lo!” gertak Bisma menghempaskan tangan Sisi. Sisi yang diperlakukan seperti itu langsung misuh-misuh tidak jelas.

“Gue ke kelas, kalau ada apa-apa bilang Naya biar dia yang ngabarin gue,” kata Bisma pada Icha yang dibalas dengan anggukan kepala.

“Nay, Bisma tinggal dulu,” ucap Bisma mengusap lembut kepala Naya kemudian keluar dari sana. 

“Ternyata Bisma baik ya Nay, lo gak nyesel mutusin dia?” tanya Icha ketika punggung tegap Bisma sudah tidak terlihat.

“Tumben amat muji tuh cowok gila?” tanya SIsi curiga.

“Kenyataannya gitu, bener ga Nay?” Icha menoleh menghadap Naya.

Naya hanya berdeham. Gadis itu memicingkan matanya melihat pipi Icha yang memar. “Lo ditabrak benaran?”

“I-iya…. Emang kenapa?”

“Pipi lo memar kenapa?”

OMG! Jangan-jangan Bisma nampar lo ya?!” tuduh Sisi heboh.

“Bukan, waktu gue ditabrak pipi gue kena aspal.”

“Ya udah sini gue obtain.”

***

Bisma langsung menenggak habis air mineral yang beberapa saat lalu ia beli. Tenggorokannya terasa sangat kering karena baru saja  menyelesaikan hukumannya. Ya, Bisma dkk ketahuan membolos di jam pelajaran, parahnya lagi mereka merokok di halaman belakang sekolah. Guru kedisiplinan juga memergoki Tio yang asik menonton video dewasa, jadilah hukuman yang mereka dapatkan double.

“Lain kali kalau nonton tuh tahu tempat!” gertak Bimo dengan tatapan sinis. Ia sangat jarang membolos tapi sekalinya membolos ia harus mendapatkan hukuman karena kelakuan sahabatnya yang omes,

“Gue setuju tuh, yang nonton siapa yang kena hukuman siapa!” ujar Adit tidak kalah kesal.

Tio terkekeh sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Ya sorry, habisnya gak tahan.”

“Dasar otak mesum!” cibir Cecep.

Tio cengar-cengir tidak jelas, ia sama sekali tidak berniat membela diri, toh ini memang karena ia tidak dapat menahan dirinya untuk menonton video vulgar itu. “Gue dengar lo tadi pagi berangkat bareng Icha?” tanya Bimo pada Bisma.

Bisma mengangguk cepat. “Iya, gak sengaja ketemu di jalan.”

“Widih, kok bisa ketemu?” tanya Tio penasaran.

Bisma menggedikkan bahunya pertanda tidak tahu. “Mana gue tahu, orang gue lihat dia ya udah gue ajak bareng.”

“Bukannya lo paling anti sama dia?” tanya Bimo lagi. Setahunya baik Bisma maupun Icha sama sekali tidak pernah akur.

“Iya sih, tapi gak ada salahnya sekali-kali gue baik sama orang. Kenapa? Lo cemburu?”

“Gak, gue tanya doang.”          

“Bisma!”

Bukan hanya sang empunya nama yang menoleh, seluruh orang dilapangan menatap pada gadis yang memanggil Bisma beberapa detik lalu. Gadis itu berjalan dengan tertatih-tatih ke arah Bisma dan kawan-kawannya.

“Kenapa?” tanya Bisma mengangkat sebelah alisnya.

“Nih, buat lap keringet lo.” Gadis itu menyodorkan sapu tangan yang ia ambil didalam saku seragamnya.

Thanks,” ucap Bisma seraya menerima sapu tangan itu.

Icha, gadis itu tersenyum lebar. “No problem, gue balik ke kelas dulu.”

“Tunggu, kaki lo udah gak papa?” tanya Bisma memperhatikan kaki Icha yang terbalut perban.

“Gak papa kok, ini udah mendingan tadi udah di obtain Naya.”

Bisma tersenyum tipis mendengar nama Naya. “Pilihan gue bukan main,” batinnya.

“Gue anterin ke kelas,” kata Bisma membuat Icha dan keempat sahabatnya tidak percaya.

“Gue bisa sendiri, jangan khawatir.”

“Santai, sekalian gue nemuin Naya.”

“O-oh gitu…. Oke,” ujar Icha tersenyum tipis.

“Gue cabut duluan, mau ketemu Naya,” kata Bisma pada ke empat sahabatnya yang langsung dibalas anggukan kepala oleh mereka.

“Kayanya Icha suka deh sama Bisma,” celetuk Adit tiba-tiba.

“Hah? Lo yakin?” tanya Cecep ragu.

“Kelihatannya sih gitu,” sahut Adit.

“Elah gak usah kaya paranormal lo, segala nebak isi hati orang!” cibir Tio melirik sinis Adit sedangkan Bimo sudah tersenyum penuh arti.

---TBC❤---

Hallo Mantan! [END]// TAHAP REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang