26. Second Honeymoon

12.8K 1K 59
                                    

Bila Harry senang maka Draco bahagia, memang terdengar hiperbola namun nyatanya pria pemilik manik kelabu itu benar jatuh sedalam itu. Dalam sekali pandang pun semua orang pasti tahu bila pewaris Malfoy itu kini bertekuk lutut pada seseorang yang dulu dia klaim sebagai musuhnya sendiri, memang terdengar sedikit lucu, namun kejadian tak terduga yang diguratkan untuk keduanya tersebut adalah yang manusia sebut dengan permainan takdir.

Draco itu posesif dan egois, sekali dia berkata A maka A, seperti sekarang ini, momen bulan madu yang harusnya diisi dengan jalan-jalan romantis kini berubah 180°. Bajingan posesif itu mengunci Harry, menjebak remaja kelahiran 31 Juli 1980 itu untuk tetap berada di ruangan yang sama bersamanya, menyimpan cintanya itu untuk dirinya sendiri agar tak ada orang lain yang bisa menikmati keindahan Harry-nya.

Sudah menjadi rahasia umum bila Harry memiliki banyak penggemar, bahkan sampai titik fanatik, sudah tak aneh lagi bila Draco mendapati banyak kotak hadiah yang ditujukan untuk suami manisnya itu, dan semua hadiah sialan itu membuatnya dibakar cemburu. Sampai saat ini masih jarang masyarakat yang mendukung hubungannya dengan Harry, singkat cerita hubungannya dengan Harry banyak menimbulkan kontra, terlebih bila mengingat latar belakang keluarga Draco.

Draco khawatir, dia cemas, dia takut bila suatu hari nanti suami manisnya akan meninggalkannya sendiri. Dia hanya lah Draco Malfoy si mantan pelahap maut, sedangkan Harry si penyelamat Dunia Sihir, bagai langit dan bumi. Draco tak suka bila ada mata kurang ajar yang memandang dengan lancang cintanya, itu sebabnya dia mengunci Harry untuk dirinya sendiri.

Sekali lagi Draco memang egois, namun percayalah Draco tak akan melakukan sesuatu yang berpotensi  melukai Harry-nya.

"Dray, kau tak ingin berjalan-jalan di luar?" Tanya Harry yang kini sedang duduk sembari menyandarkan punggungnya di kepala ranjang dengan kepala Draco yang berbaring nyaman di pangkuannya.

Harry suka mimik wajah yang Draco tampilkan, mimik wajah kesal dengan bibir yang maju beberapa mili meter, ah nampaknya Draco masih dalam suasana hati buruk paca mendapati sebuah kotak hadiah yang ditunjukkan untuknya. Possessive bastard!
Kenapa dia bisa jatuh hati pada si pirang bermulut kotor ini? Harry tak tahu apa jawabannya, dia jatuh tanpa alasan. Sekali lagi ditelisik wajan tampan suaminya itu, hidung mancung, bibir yang terbentuk apik, mata kelabu khas Malfoy, dan rahang yang tegas khas aristokrat. Tanpa celah, kecuali untuk sikapnya.

"Tidak." Jawab Draco tegas. Bulan madu keduanya kacau oleh sebuah hadiah sialan yang diperuntukan untuk Harry, dari detik ini Draco bersumpah akan menjaga lebih ketat teritorinya. Harry adalah mutlak miliknya!

Harry hanya mampu menghela nafas antara gemas dan kesal, di satu sisi Harry tak bisa menampik bahwa dia menyukai tingkah Draco, sementara di sisi lainnya dia merasa sedikit terkekang. Seharusnya Harry lebih mampu dalam hal menenangkan badai yang sedang berlangsung di dalam benak Draco, memang seharusnya begitu, saat ini Draco sedang mengalami baby blues tak heran bila akhir-akhir ini dia bertingkah gila. Suaminya yang malang.

Mencoba untuk sedikit meredakan badai, Harry mengelus lembut surai pirang Draco, memberikan suntikan semangat dan kenyamanan bagi yang bersangkutan. "Ya Dray, apapun untuk mu. Jadi, apa yang akan kita lakukan di kamar yang sengaja kau kunci ini?" Harry merundukkan kepalanya, mensejajarkan bibirnya pada daun telinga Draco, lalu berbisik seduktif.

Bukannya Harry bermaksud menggoda Draco, tidak bukan itu maksudnya, Harry hanya pernah membaca salah satu cara untuk mengatasi baby blues dalam sebuah artikel Muggle adalah dengan cara bonding dengan pasangan.

"Kau serius?" Mimik wajah berubah 180°, dengan terburu-buru dia mendudukkan dirinya di sebelah Harry, matanya kelabunya berbinar penuh harap menanti jawaban pasti remaja manis yang nyatanya sudah memiliki seorang putra itu.

By AccidentWhere stories live. Discover now