02. What the Hell Is Wrong With Me?

26.4K 2.9K 745
                                    

Warning!
Mengandung banyak kata-kata yang sedikit vulgar.

OoOoOoOo

Apakah ini hanya perasaan Harry semata atau benar-benar nyata? Harry merasa pinggangnya meramping, bahunya juga menyempit, dan bokongnya juga bertambah err 'besar'. Harry terlihat lebih feminim sekarang.

Tak apa, setidaknya perkakasmu tak hilang Harry. Milikmu masih menempel erat diantara kedua kakimu.

Pemuda ber rambut sarang burung itu mengusak kasar rambutnya. Dia melihat pantulan wajahnya sendiri di cermin, ada yang berbeda dari wajahnya, rahang tegas khas bangsawannya menghilang, kulitnya memutih, rambutnya bertambah halus. Cukup, terserah dengan apapun perubahan yang terjadi pada tubuhnya asalkan dia masih bisa bernafas dengan bebas, peduli setan dengan cap aneh dari semua orang.

Saat kecil Harry sudah sering mendengar kata 'aneh' yang meluncur tak tahu malu dari mulut busuk keluarga bibinya, saat tahun keempat pun dia dituduh berbuat curang memasukkan namanya kedalam Goblet of Fire, dan juga saat tahun kelima dia dituduh sebagai pembohong oleh seluruh dunia sihir. Gunjingan tentang perubahan fisiknya tak akan terlalu mempengaruhi dirinya maupun pendiriannya, peduli setan, Harry yang menjalani hidupnya bukan mereka yang melihat dan hanya bisa berkomentar pedas tanpa berpikir.

Harry mengaitkan handuk dipinggangnya, menutupi manhood kesayangannya, dan satu-satunya. Sambil bersenandung kecil Harry melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi, tak lupa kedua tangannya yang bebas menyisir acak rambut yang tak pernah serapih Malfoy.

Pemuda yang kian hari kian manis bermanik hijau itu sangat heran. Apakah semua orang berdarah Malfoy selalu dikarunia rambut indah layaknya iklan shampoo? Harry tertawa nista memikirkannya.

Pagi yang sama seperti biasanya, Harry akan berpakaian cukup rapih menurutnya sendiri, lalu bergegas menuju Great Hall untuk sarapan. Saat tahun-tahun pertama Harry hingga sekarang yang merupakan tahun ke-8 Harry berada di Hogwarts dia selalu merasa Great Hall adalah surga dunia, banyak makanan lezat yang bebas untuk dikecap lidah. Harry akan merindukan Hogwarts nantinya, rumah pertama, sekaligus cikal bakal kehidupannya.

"Harry ayo turun ke Great Hall." Dean berseru kencang. Dean adalah salah satu teman sekamar Harry yang cukup dekat dengannya walau tak sedekat hubungan pertemanan Harry dengan Hermione dan Ron.

Harry tersenyum kecil lalu mengangguk kecil. Kelima penghuni kamar tersebut, Harry, Ron, Neville, Seamus, dan Dean pergi beriringan menuruni tangga.

"Harry apakah ini hanya perasaanku atau bokongmu terlihat lebih besar." Mata Harry membulat sempurna mendengar kalimat frontal Dean. Terlanjur kesal, Harry memukul kencang kepala Dean hingga sang empunya mengaduh sakit.

"Sakit Harry!" Dean protes yang dihadiahi tawa keras ketiga anak laki-laki lain dan pukulan tambahan dari Harry.

"Jaga mulutmu Dean." Harry berkata kesal. Hell mana ada laki-laki yang mau disinggungasalah ukuran bokong kecuali laki-laki itu adalah seorang Queer, dan Harry bukan bagian dari komunitas tersebut. Demi apapun Harry masih menyukai gadis cantik dengan pegunungan tinggi juga lembah yang lembab dan bukannya dataran padang pasir yang gersang.

"Dean berkata jujur Harry." Neville menimpali. Harry mendelik sinis ke arah Neville. Bisa-bisanya pewaris keluarga Longbotom itu mengatakan kalimat laknat itu pada Harry.

"Tutup mulut kalian!"

Ron tertawa kencang begitupun tiga lainnya.

***

"Harry! Sudah satu minggu berlalu sejak peristiwa Felix Felicis, apakah kau tak merasakan keanehan pada tubuhmu?" Hermione langsung memberinya pertanyaan ketika Harry baru saja mendudukan bokong gemuknya di atas kursi.

By AccidentWhere stories live. Discover now