10. I'll Cut Your Cock, Malfoy!

22.5K 2.3K 466
                                    

Draco tersenyum cerah pagi ini, dunia sepertinya telah setuju mengenai hubungannya dengan Harry, oh angin pun kerap membisikkan nama Harry di telinganya, awan yang kerap kali menggambar wajah Harry di angkasa, juga air yang selalu memantulkan wajah Harry. Draco sudah terlalu puitis hingga memakai dua macam majas yang berbeda di saat yang bersamaan, Harry mengubah hidupnya terlalu signifikan.

Dia yang selalu mengawali hari dengan umpatan kini berganti dengan dia yang selalu mengawali Harry dengan senyum penuh harapan, harapan dirinya dan Harry akan selalu bersama. Blaise sering mengatainya gila karena kerap kali tersenyum sendiri, terserah asalkan Draco selalu tersenyum bahagia karena memikirkan Harry.

Dia tak pernah menyangka akan jatuh pada seseorang seperti The-Boy-Who-Wan't-Die, Harry Bloody Potter, Saint Potter, Scare Head, Potty, dan masih banyak panggilan lainnya. Tak pernah terbayang sekalipun dalam angannya dia akan jatuh hati pada Harry, dia terlalu menyadari perbedaan diantara mereka berdua. Demi Salazar Slytherin dia itu seorang mantan Death Eater, walaupun terpaksa, dan Harry adalah The-Chose-Fucking-One, dia sedikit mendapatkan goncangan dahsyat karena fakta tersebut.

Namun nyatanya Harry sekarang memanggilnya dengan nama awalnya, betapa luas hati Harry-nya. Peristiwa itu membuat harapannya melambung tinggi, bukannya Draco terlalu percaya diri namun dia yakin pada akhirnya nanti Harry akan memilihnya. Wajah menggemaskan Harry lebih cocok bersanding dengan wajah tampannya dibandingkan para wanita ber make up tebal itu. Hell! Mereka lebih cocok menjadi bibi Harry dibandingkan menjadi kekasih Harry.

Untuk kesekian kalinya Draco bersyukur dia dilahirkan ke dunia ini, untuk kesekian kalinya dia bersyukur dia tak mati saat perang berlangsung dulu, untuk kesekian kalinya dia bersyukur peristiwa di malam Yule Ball itu terjadi, untuk kesekian kalinya dia bersyukur bisa jatuh hati pada seseorang se murni Harry.

Draco tak tahu kata apa yang mampu menjabarkan betapa sempurna Harry, Harry nya. Tak apa bila sekarang hanya sebatas angan, lain hari angannya akan berubah menjadi kenyataan.

"Berhenti berkhayal, Draco!" Blaise di buat muak bukan main oleh tingkah aneh Draco, dia tahu temannya sedang dilanda sesuatu yang menakjubkan disebut cinta, tapi sungguh haruskah Draco terlihat sebodoh itu saat jatuh cinta? Senyum yang tak pernah luntur dari wajahnya yang menurut Blaise sangat aneh, mengkhayal setiap saat, dan masih banyak tingkah aneh lainnya.

Seperti kali ini, untuk 10 kalinya Draco tak menanggapi protesannya. Pewaris Malfoy itu masih sibuk mengkhayal, entah apa yang Draco khayal kan namun dia yakin khayalan Draco berisi sebuah kilasan peristiwa yang tak senonoh, lihat saja rona merah dan raut menjijikkan yang Draco tampilkan.

Dengan segenap cinta dan kasih sayang Blaise memukul kepala Draco menggunakan buku yang cukup tebal sebagai usaha terakhir menyadarkan Draco, bila usahanya tetap tak berhasil dengan terpaksa dia harus merujuk Draco ke St. Mungo.

Duk! Suara hantaman buku dan kepala Draco berbunyi kencang.

"Sakit sialan!" Teriak Draco tak kalah kencang, dia mengusap-ngusap kepalanya yang berdenyut sakit, dia perlu untuk bertemu dengan Harry agar sakitnya cepat hilang sepertinya.

"Akhirnya kau sadar Drake." Ucap Blaise penuh drama.

Draco mengerutkan keningnya. 'Sungguh kah Blaise itu seorang Pure blood atau kah dia itu hanya anak angkat keluarga Zabini?' Pikirnya tak tahu diri. Dia tak berkaca bahwa sikapnya lebih tidak Pure Blood dari pada Blaise.

"Kau mengganggu kesenanganku Zabini." Ucap Draco ketus, suasana hati yang pada awalnya terang benderang disinari sang mentari kini hitam tertutup awan Kumolo nimbus, terimakasih untuk Blaise.

By AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang