Elana? Wanita cacat itu mengepalkan tangannya kuat. Harga dirinya ternoda. Alex mengacuhkannya dan malah asik berduaan dengan madunya di depan matanya langsung. Yang berhak atas Alex sepenuhnya adalah dirinya. Ia kan yang istri sah. Tapi kenapa Alex malah melihatnya hanya sekilas dan tak menyambutnya hangat seperti biasanya? Sudah bosankah Alex padanya karna kehadiran Maura? Tidak! Ia tidak terima di perlakukan demikian!

"mas!" teriak Elana tapi Alex masih menulikan telinganya hingga tubuhnya tenggelam di balik pintu kamar

"kurang ajar kalian!" pekik Elana

Kenapa rasanya sakit sekali berada di posisinya saat ini? Suaminya keasikan bercinta dengan istri mudanya dan mengabaikan dirinya

"dasar jalang!" umpat Elana ditujukan pada Maura

"aku juga bisa melayani suamiku, bukan hanya wanita murahan itu" monolog Elana terus meracau

"aku akan buktikan kalau aku juga bisa membuatmu kenikmatan akan pelayananku mas, lihat saja nanti" tekad Elana

Sedang di dalam kamar

"tuan, nyonya sedang..."

"tidurlah, jika tidak aku dengan senang hati akan menemanimu begadang" potong Alex membaringkan pelan tubuh Maura di ranjang kemudian ia juga menyusul berbaring

"baik tuan, saya sudah sangat mengantuk" balas Maura cepat. Tubuhnya capek, apalagi seharian ia bekerja. Bekerja dalam artian sesungguhnya, yah walau diselingi dengan adengan mantap-mantap jika Alex memiliki waktu luang

"hm, selamat malam" Alex mendaratkan kecupan hangat di dahi Maura yang berhasil membuat Maura menegang

*jangan memperlakukanku seperti ini tuan! Jangan memancingku berfikiran jika tuan mencintai diriku* teriak batin Maura

"kenapa kaku, hm?" tanya Alex melihat reaksi Maura

"tidurlah, besok kita harus bangun pagi dan berangkat keluar kota" lanjut Alex memperingatkan jadwal mereka yang akan ke Jakarta untuk bertemu dengan kolega bisnisnya.

===

Rencana tinggal rencana, nyatanya Alex sama sekali tak memiliki waktu untuknya, bahkan sekedar berpamitan padanya saat pria itu berangkat kantor atau pamit keluar kota, lelaki itu tak ingin repot-repot memberitahukannya.

Seperti halnya seminggu lalu dimana Elana pulang ke rumah dan mendapati  Alex dan Maura bercinta di meja makan, paginya, Elana harus terbangun dengan kesendirian sebab Alex dan Maura tiba-tiba menghilang, dan 3 hari kemudian, 2 orang yang pergi tanpa memberitahukan padanya kemana tujuan menampakan diri, dan Elana baru tahu jika Alex membawa Maura ke Bali dengan alasan kerja.

Elana merasa dianggap bagaikan seonggok sampah saat ini. Alex bahkan tak segan-segan bercinta di ruang terbuka dengan Maura di rumah mereka tanpa peduli kehadirannya.

Padahal Elana sudah mengutarakan kebaikan hatinya untuk memberi hak suaminya yang hanya di tanggapi datar oleh lelaki itu. Elana malu, Alex menolaknya. dan ia kalah saing oleh madunya

Elana sadar ada yang tak beres sehingga Alex berperilaku demikian, saat ia dengan berani bertanya kenapa Alex seolah menjauhinya, dengan ringannya Alex menjawab tak ada apa-apa dan hanya banyak kerjaan kantor, bukannya lega, Elana malah semakin sakit hati dan kecewa, sebab, selain Alex dengan terang-terangan menomor duakannya dengan perusahaan, jawaban Alex seolah menekankan pada dirinya untuk tahu posisinya jika Alex lebih mementingkan urusan kantor dari pada meluangkan waktu untuknya, apalagi Alex lebih sering menghabiskan waktu malamnya bersama Maura, bahkan sejak seminggu kepulangannya ke rumah, Alex belum pernah menemaninya tidur di kamar utama, selalu saja dengan Maura.

Pagi siang malam selalu dengan Maura. Dia yang sebagai istri sah kapan? Ia juga butuh perhatian suaminya, ia merindukan kebersamaan mereka

Apa sebenarnya yang memicu Alex mengabaikannya? Ia tahu suaminya itu sangat mencintainya. Tapi ada apa dengan sikap dingin Alex padanya? Apa Alex sudah tahu perselingkuhannya? Tidak! Tidak mungkin. Ia dan Roni bermain sangat aman, bahkan nyaris tanpa celah

Dan otak bodoh Elana malah melupakan pepatah yang mengatakan "sepintar-pintarnya orang menyembunyikan bangkai akan tercium juga akhirnya"

Selagi itu adalah kejahatan selalu mendapat karmanya.

Elana memandang pedih mobil Alex dari atas kamarnya

Bahkan, pagi ini Alex tak lagi repot-repot menunggunya untuk sarapan bareng, dan setelah selesai sarapan Alex langsung membopong Maura menuju kantor tanpa peduli padanya yang menangis diam-diam di dalam kamar menahan sakit hati dan lapar

"ada apa? Kenapa kamu berubah mas? Aku salah apa, hiks" racaunya histeris

Wanita cacat itu kesepian, suaminya sudah menemukan perhatian penuh dari seorang wanita muda yang tak lain adalah madunya, semua sudah didapat dari wanita muda itu, jadi kemungkinan besar Alex tak lagi membutuhkannya. Sedang kekasih gelapnya yang tak lain adalah suami ibu kandungnya kini seminggu ini juga hilang kabar.

"Argh!" Elana mengamuk melampiaskan dahaga amarahnya, tak bisa meraih benda, rambutnyalah yang ia jambaki

=======

"kata dokternya ada apa?" tanya Alex memecah keheningan yang terjadi di dalam mobil

"hah?" Maura menoleh dan mengerutkan keningnya bingung

"kemarin, saat kamu periksa, apa kata dokternya?" ulang Alex memperjelas, ia baru mengingat jika kemarin wanita di sampingnya ini sempat mengunjungi rumah sakit

Karna kemarin sibuk, ia tak bisa menemani Maura sampai tahap pemeriksaan, pasalnya saat sampai di depan ruang pemeriksaan tiba-tiba Alex mendapat telpon penting yang urgen sehingga ia harus meninggalkan Maura periksa sendiri dengan menyuruh supirnya untuk menjemput Maura karna Alex harus mengurus masalah saat itu juga

"nggak ada apa-apa, lagian saya memang tidak apa-apa, tuan aja yang ngeyel pengen saya sakit" jawab Maura enteng sedikit nyolot

"kamu kelihatan pucat kemarin, makanya saya menyarankan kamu periksa"

"menyarankan? Huh itu pemaksaan" gumam Maura mengingat bagaimana Alex langsung membawanya ke rumah sakit saat Maura menolak karna tak merasa mengalami apa-apa, memang hanya kecapean saja. Tapi suami arogannya itu malah membawanya ke rumah sakit tanpa memberitahukannya. Dan setelah sampai bukannya menemani malah meninggalkannya.

Tapi tindakan Alex itu membuat Maura punya kesempatan untuk mengecek kandungannya, dan ia bersyukur calon manusia yang bersemayam dalam rahimnya tumbuh dengan sehat

"syukurlah kalau kamu tidak kenapa-napa" sahut Alex membuat Maura menoleh ke arahnya

"tuan kenapa terdengar begitu peduli padaku? Jangan bilang tuan sudah mulai jatuh cin.."

"mimpi kamu" potong Alex menoyor pelan dahi Maura

"bedakan perhatian sama rasa kasihan. Saya hanya kasihan sesama bawahan saya, kalau kamu sakit, pekerjaanmu akan menyusahkanku" alibi Alex memancing dengusan Maura

*syukurlah, jangan sampai ada hati yang terlibat* batin Maura lega

*sial! Kenapa aku terlalu gengsi sih mengatakan kebenaran" rutuk Alex dalam hati

Bersambunggg....

Derita Istri Siriजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें