Bercinta

24.6K 476 16
                                    

Ceklek

Pintu ruang rawat Maura terbuka, membuat Imah dan Asep menoleh ke arah pintu, mereka dapat melihat sosok pria dewasa yang terlihat kacau muncul dari balik pintu

Menundukan kepala sebagai rasa hormat pada sang maijkan, kedua asisiten rumah tangga Alex itu pamit undur diri karna merasa tuannya butuh berdua dengan sang istri.

Selepas kepergian Imah dan Asep, kaki panjang Alex melangkah menuju ranjang pasien, matanya sekilas melihat wajah pucat Maura yang masih setia menutup mata sebelum akhirnya pandangannya ia alihkan ke arah perut rata wanita itu. Hingga beberapa menit berlalu Alex hanya mamaku di tempatnya tanpa pergerakan atau ucapan.

Lidahnya tiba-tiba kelu, untuk berucap sepatah kata-pun Alex tak mampu. Karna bagaimanapun ia sudah menjadi seorang pembunuh, dan tragisnya calon anaknya-lah yang telah lama ia nanti kehadirannya tapi malah ia musnahkan hari ini, atau mungkin calon anaknya yang katanya akan memasuki usia minggu ke 8 itu memilih pergi karna tak sanggup bertahan di tubuh sang ibu yang setiap hari mendapat siksaan fisik dan batin dari ayahnya sendiri. Pikir Alex

Tangannya perlahan terangkat hendak menyentuh perut istri sirinya, tempat calon anaknya pernah bersemayam, tapi kesadaran langsung mengahantamnya membuat ia mengepalkan tangan kuat hingga urat--uratnya tercetak jelas dan ia langsung menarik kembali tangannya ke sisi tubuhnya sebelum ia mendaratkam tinjunya ke perut kecil itu. Tak ada gunanya sekarang! Anaknya sudah pergi!

Merasa tak ada gunanya ia berada dalam ruang rawat wanita lemah ini, Alex memilih keluar ruangan untuk mengurangi rasa sesak yang kian menyerang dadanya karna rasa kehilangan dan penyesalan

"aku pria jahat" gumamya memukul-mukul dadanya, langkahnya makin lebar seiring matanya yang kini memburam karna cairan membendung di kelopak matanya

Langkah kakinya membawanya ke parkiran, ia segera memasuki sebuah Pajero hitam setelah menemukan mobilnya itu diantara jejeran beberapa kendaraan lainnya

Namun bukannya langsung pergi, ia malah meraih ponsel dalam saku celana bahannya, ia mendial nomor seseorang yang bisa mengurangi kesedihannya atau mungkin bisa membuatnya melupakan segala kekacauan yang di alaminya saat ini

Istriku Elana
Memanggil....

Tapi sepertinya sang penawar tak kunjung memberi respon, bahkan hingga yang ke 5 kalinya panggilan yang dilakukan Alex tak kunjung dapat jawaban dari seberang

Kemana istri sahnya itu saat ia butuh dukungan?

"Argh!!" Alex membanting ponselnya di kursi samping hingga membuat benda mini canggih itu terpelanting dan terjatuh ke bawah kursi dan Alex tak peduli

Ia sedih, kalut, hancur, takut, menyesal sekaligus hilang arah, membuat Alex rasanya ingin terjun bebas dari langit agar himpitan dalam dadanya tak lagi ia rasakan.

"apa kamu membenci ayah, nak?" gumam Alex bertanya pada dirinya sendiri

"kenapa kamu memilih pergi dari pada bertahan dan bertemu ayah?" Alex terus saja meracau, kepalanya ia bentur-benturkan ke setir mobil sebagai pelampiasannya

dengan dada yang masih terasa terimpit batu besar, Alex menyalakan mobilnya dan mengendarainya keluar rumah sakit, ia benci rumah sakit. sekali lagi ia  kembali bersedih karna berada di rumah sakit. namun kali ini rasanya dunianya beneran hancur karna kehilangan yang bahkan belum ia lihat bagaimana rupanya.

Rasa kalut sejak ia memilih meninggalkan rumah sakit membuatnya putus asa, ia tak punya tujuan untuk berbagi dukanya, pulang ke rumah pun hanya akan membuatnya merasa sepi, tak ada yang bisa menghilangkan laranya, istrinya masih betah liburan bahkan cenderung mengabaikannya, alhasil ia menuju perusahaan padahal jam sudah menunjukan waktu bagi karyawan kantornya untuk pulang. Alex tak peduli, ia akan di temani dengan setumpuk berkas di mejanya. Ia memilih mengalihkan rasa sesalnya pada beberapa berkas berniali milyaran itu.

Derita Istri SiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang