13. PACARNYA BOO

Mulai dari awal
                                    

"Saffi cuma pengen di sayang Papa kok, itu aja, nggak banyak yang Saffi mau dari Papa," sambung Saffiyah lirih.

"Tidak ada kasih sayang untuk anak seperti kamu!" sergah Ardi, dia memalingkan tatapannya dari Saffiyah yang sudah menangis. Kemudian mengambil piring di meja yang berisi makanan Saffiyah.

"Jangan harap kamu bisa makan malam sampai besok!"

"Tapi, Saffi lapar, Pa!"

Bukannya memberi kembali makanan itu, Ardi justru menjatuhkan piring tersebut ke lantai hingga nasi dan lauknya berceceran di lantai. Tanpa sengaja pecahan piring kaca itu mengenai kakinya. Namun, Saffiyah mengabaikannya. Ia tetap setia memandang Ardi yang murka. Airmata Saffiyah benar-benar luruh saat itu juga.

Sosok Papa yang Saffiyah banggakan kini berhasil menoreh luka terlalu dalam di hatinya.

"Papa lebih suka kamu mati kelaparan! Kalau kamu mau tetap makan, ambil makanannya yang di lantai itu!" tunjuk Ardi pada nasi di laintai. Setelah berkata seperti itu Ardi langsung berbalik badan, berjalan menuju pintu utama rumah meninggalkan Saffiyah yang masih mematung di tempat.

Beberapa saat kemudian Saffiyah mendengar suara mobil yang berjalan menjauh. Artinya Ardi pergi.

"Boo, kamu dimana?" lirih Saffiyah, perlahan tubuhnya berjongkok. Memungut sisa nasi dan lauk sambil menyeka airmatanya.

Saffiyah menyuap beberapa nasi yang ia pungut lalu memakannya dalam keadaan menangis. Perutnya sangat lapar dan itu membuat Saffiyah memakan makanan yang sudah jatuh ke lantai.

"Capek, Tuhan."

***

Langkah kaki Saffiyah terasa berat saat harus melintasi koridor kelas IPA. Ia hanya ingin melihat Boo yang tadi malam tidak datang ke rumahnya. Padahal Saffiyah sudah menunggu sampai larut bahkan ponsel cowok itu tidak aktif saat Saffiyah mencoba menghubungi.

Pandangan Saffiyah terus menatap ke kelas, dia tidak menemukan Boo di sana. Kemana cowok itu? Setelah memastikan bahwa Boo tidak ada di kelas, Saffiyah kembali menuju koridor kelasnya. Namun, seorang gadis langsung menghadang Saffiyah dari depan.

"Lo pasti nyari Boo kan?" Hara bersedekap dada dengan senyum miringnya.

Saffiyah mengangguk.

"Tadi malam Al mau ke rumah lo, ya? Tapi, sayangnya dia nggak datang karena lebih milih jalan-jalan sama gue dan keluarganya," ujar Hara bangga.

Hal itu membuat Saffiyah menatap lekat pada Hara. Apa ini yang membuat Boo tidak datang ke rumah?

"Ini foto kita berdua tadi malam." Hara menunjukkan layar ponselnya yang memperlihatkan fotonya dan Boo tadi malam.

"Dia juga nggak sengaja cium pipi gue loh," kata Hara lagi seperti ingin memanasi hati Saffiyah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dia juga nggak sengaja cium pipi gue loh," kata Hara lagi seperti ingin memanasi hati Saffiyah.

Saffiyah mematung mendengarnya. Foto itu dan apa yang dikatakan Hara cukup membuat rongga dadanya terasa sempit. Dia kehilangan bernapas untuk beberapa saat.

PACARNYA BOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang