09. PACARNYA BOO

147K 13.3K 831
                                    

HAPPY READING :)

Saffiyah menghela napas menatap kepergian Jeff yang mulai masuk ke dalam mobil. Malam ini laki-laki itu mempunyai jadwal meeting mendadak bersama kliennya untuk membahas perusahaannya yang sedang ia rintis di Jogja.

"Dadah, kak." Saffiyah melambaikan tangan, Jeff membalasnya dengan bunyi klakson mobil.

Setelah mobil Jeff menghilang dari pandangannya barulah Saffiyah masuk. Mengunci pintu rumah dengan rapat-rapat karena Ardi juga tidak di rumah. Laki-laki tua itu belum pulang dari pagi.

Selesai dengan mengunci pintu. Saffiyah kembali ke kamar, membaringkan tubuhnya di ranjang, menarik selimut untuk menutupi tubuhnya sebatas dada. Pandangannya menatap langit-langit kamar. Kedua tangannya bertumpu di perut.

"Boo lagi apa, ya?" gumam Saffiyah, perlahan senyumnya mengembang.

Tak lama itu Saffiyah mengangkat tangannya di depan wajahnya. Menatap bintik-bintik merah yang muncul secara tiba-tiba. Tadi, Jeff bilang ia terkena alergi. Tapi, Saffiyah tidak tahu alergi apa.

Sampai pada akhirnya, Saffiyah menangkap bunyi ketukan pintu utama rumah. Wajahnya yang semula tersenyum mendadak berubah ketakutan. Jika itu Ardi yang pulang maka Ardi akan membuka pintu sendiri, pria itu mempunyai kunci cadangan.

Tok tok tok!

Lagi, suara ketukan pintu terdengar sedikit keras. Rumahnya yang sepi dan hening mambuat ketukan pintu itu terdengar di seluruh sudut rumah termasuk kamarnya.

Dengan segenap keberanian yang Saffiyah punya, gadis itu menarik tubuhnya untuk duduk di pinggir ranjang, mengambil ponsel yang berada di atas nakas untuk menelepon Boo.

"Halo, Bo?" sapa Saffiyah begitu sambungan terhubung.

"Hm?"

"Boo, bisa ke rumah? Aku takut. Ada yang ngetuk pintu rumah." Saffiyah menggigit kuku jarinya ketika ketukan pintu itu semakin keras.

"Nggak ada orang di rumah?"

"Nggak ada, Boo. Papa sama Kak Jeff belum pulang."

"Gue nggak bisa kesana."

Bahu Saffiyah melemas mendengar kalimat tidak bisa dari Boo. "Nggak bisa kenapa, Boo?"

"Gue lagi jaga hara di rumah. Dia sendiri."

Hati Saffiyah mencolos begitu saja. ada nyeri yang terasa di hatinya. "Yaudah nggak apa-apa, Boo. Kalau gitu temenin telepon boleh?" pinta Saffiyah, berharap dengan mengobrol di telepon bersama Boo membuat ketakutannya sedikit menghilang.

"Nggak bisa."

"Kenapa?"

"Gue lagi ajarin Hara belajar."

"Oh oke, Boo."

Cepat-cepat Saffiyah mematikan sambungan teleponnya. Ada jarum tak kasat mata yang menusuk hatinya. Saat tahu bahwa cowok itu sedang menjaga dan mengajari Hara. Sebegitu pentingkah Hara bagi Boo?

Saffiyah terdiam di tempat sambil meletak ponselnya di atas nakas. Suara ketukan pintu itu sudah tidak terdengar lagi. Karena setelahnya Saffiyah mendengar suara deru mesin mobil yang Saffiyah kenali masuk ke pekarangan rumah. Itu mobil Ardi.

Secepat kilat Saffiyah keluar dari kamar, berlari menuju lantai bawah. Membuka pintu dengan cepat. Dan saat Saffiyah ingin melangkah keluar saat itulah dia merasakan menginjak sesuatu.

Saffiyah merunduk, mengambil sebuah amplop berwarna coklat yang ada di kakinya. Ardi yang sudah turun dari mobil menatap sekilas pada Saffiyah kemudian mendorong bahu Saffiyah untuk menggeser ke tepi karena menghalangi pintu.

PACARNYA BOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang