29. Penentuan

613 55 2
                                    

"Udah, tentuin aja tanggal pernikahan mereka."

Fatih manggut-manggut mendengar usulan Danu.

"Tunggu dulu ... masih banyak yang belum terselesaikan ... kuliah mereka juga masih berjalan," balas Hanum.

"Tunggu apa lagi?" tanya Fatih. "Enggak baik menunda-nunda hal baik ... lagi pula masalah lain itu bisa diselesaikan nanti ... nikah dulu dipercepat."

"Kamu pikir ngurus pernikahan itu gampang, Mas," sergah Hanum.

Fatih dan Danu lantas terdiam.

"Ya, seenggaknya kita harus tanya  dulu pendapat Azam sama Naura," lanjut Hanum lagi.

"Pasti setujulah mereka," yakin Danu.

Fatih lagi-lagi hanya mengangguk.

"Kalian berdua aja yang nikah kalau begitu," geram Safna pula.

Fatih dan Danu saling tatap. Bergidik ngeri membayangkan usulan Safna yang sama sekali tidak masuk akal.

"Ya udah, tanya mereka dulu aja." Fatih mengalah akhirnya.

"Bentar, aku aku panggil mereka dulu."

Safna lantas bangkit dari duduknya berjalan menuju kamar Azam. Sebelum Fathan berpamitan pulang. Safna sempat bertanya kemana Azam dan Naura pergi. Dan Fathan mengatakan jika ia baru bertemu Azam dan Naura di kamar.

Hampir tiba di kamar Azam. Safna berkerut kening. Pintu kamar Azam terbuka lebar dan begitu tiba di ambang pintu ia langsung dapat melihat keberadaan Azam dan Naura. Meski pun tengah bersama, keduanya tampak termenung seperti tengah memikirkan sesuatu.

Safna lantas menghela nafas. Saat mendengar kata 'kamar' dari Fathan, ia mulai berpikir yang bukan-bukan. Takut jika Azam dan Naura diliputi nafsu karena sudah lama menahan rindu. Syukurlah yang ia takutkan itu tidak terjadi. Namun Safna tak juga bisa untuk tidak berpikir setelah melihat pasangan kekasih itu terus saja termenung. Bahkan kehadirannya saja mereka tidak merasakan.

Safna lantas mengetuk pintu untuk mengejutkan keduanya. Dan benar saja, Azam dan Naura tersentak dan langsung menoleh ke arah pintu.

Apa yang sedang mereka pikirkan sebenarnya?

"Mah,"

"Tante,"

Serempak mereka berucap.

Safna berjalan masuk ke kamar sembari menyunggingkan senyum. Azam dan Naura tampak canggung. Ini kali pertama Naura memasuki kamar Azam setelah mereka dewasa. Dan rasa canggung itu membuat keduanya khawatir jika Mama Safna mungkin berpikir yang tidak-tidak tentang mereka.

"Kalian ngapain?"

Azam dan Naura saling pandang mendengar pertanyaan Mama Safna. Bisa jadi wanita itu benar-benar sudah berpikir yang bukan-bukan.

Memikirkan hal itu Azam mencoba untuk menjelaskan.

"Begini, Mah ... kita nggak...

"Iya, Mama paham," Safna tersenyum lebar melihat kegugupan keduanya.

"Beneran, Mah ... ini nggak seperti yang Mama pikirkan," jelas Azam.

"Memangnya kamu tau Mama mikirin apa?

Azam terdiam. Ia berpikir. Tentu sang Mama salah paham melihat mereka berduaan di dalam satu ruangan. Tapi bisa jadi jika itu hanya pikirannya saja.

"Mama mikirin apa?" tanya Azam akhirnya.

"Nggak mikirin apa-apa," Safna mengedikkan bahu cuek.

Azam menghela nafas. Ia merasa jika sang Mama hanya menutupi perasaannya. Bersikap acuh hanya untuk mengabaikan kegundahannya.

PENDAMPING PILIHAN (SELESAI)Where stories live. Discover now