Chapter 8 : Insane

Mulai dari awal
                                    

Gabrielle yang seolah tahu sejak tadi Letizia berusaha menempatkan diri sebagai pembatas wanita-wanita pencuri pandang ke arahnya, menaikkan dagu. "Know your place," ucapnya tajam sebelum pergi. Ya, Gabrielle tidak keberatan jika Letizia meminta sesuatu, tapi jika gadis itu menuntut, Gabrielle tidak akan suka.

Letizia pun berjalan malas ke mobil mewah berwarna biru pekat. Ia menopang dagu, menatap bangunan-bangunan indah di Turin, mobil-mobil berlalu-lalang.

***

COSMOPOLITAN®, Parrucchiere, Estetica, Solarium | Turin, Italy
02.00 PM.

Setelah sampai di sebuah salon, Ace langsung membukakan pintu. Namun, saat itu juga dering ponselnya berbunyi.

"Saya akan mengangkat telepon dulu, Nona," pamitnya seraya mengodekan anak buah untuk menjaga ketat nona mereka.

Letizia tidak menjawab. Moodnya turun drastis karena sikap dingin Gabrielle, bukankah sudah ia katakan bahwa Gabrielle adalah sumber dunianya? Di saat Letizia terus-menerus melangkah tanpa peduli jalannya, salah satu bodyguard-nya tiba-tiba maju lebih dulu, menyingkirkan seorang wanita agar tidak menabrak Letizia. Wanita tersebut terlihat marah lantaran seharusnya Letizia yang memerhatikan jalan bukan dirinya menghindari jalan nan akan dilalui gadis itu.

Letizia tahu bahwa wanita tersebut tidak salah, mendatangi bodyguard-nya. "Hentikan, Gaetano," lerai Letizia. "Maafkan aku, Nona." Bukannya sikap ramah balik yang ia dapatkan, Letizia justru ditatap sinis dan ditinggalkan.

Letizia sedang malas melakukan apa pun, tidak peduli dengan wanita itu, kembali melangkah pergi ke resepsionis, menjelaskan ia ingin merapikan rambut, dan menghias kukunya. Betapa naasnya, Letizia ditempatkan tepat di sebelah wanita sinis tadi.

Letizia membiarkan karyawan di belakang menyingkap rambut di balik mantelnya, lalu ia bersandar pada sandaran kursi.

"Apa yang terjadi dengan rambutmu?" tanya wanita yang di sampingnya, terlihat kaget lantaran potongan tidak berarturan rambut Letizia. "Apa seseorang melakukannya? Ini kejahatan!"

Letizia tertawa kikuk. "Aku memotongnya sendiri."

Wanita itu mendekat, memerhatikan surai indah Letizia. "Aku tidak bodoh. Ini pasti potongan pria, potongannya kasar. Lagi pula, kau terlihat glamour untuk apa memotong rambutmu sendiri?" ucapnya heran. Melihat Letizia hanya tersenyum tidak ingin bercerita, wanita itu mengalihkan topik, "Aku Camilla."

"Lily Gabriels." Letizia sengaja menambahkan nama belakangnya. Entahlah, ia merasa bangga karena nama itu merupakan sebuah penegasan bahwa ia milik Gabrielle.

"Apa kau sering ke sini sebelumnya?" tanya wanita itu basa-basi.

Letizia menggeleng. "Tidak, hanya tiga kali, aku lebih suka ke HC," jujur Letizia tanpa peduli pekerja salon melirik dan menguping.

Camilla tertawa karena ucapan frontal gadis itu. "Apa kau sudah makan siang? Jika kau mau kita bisa makan siang bersama, teman-temanku mengajakku."

"Aku sudah, terima kasih. Ngomong-ngomong, aku suka motif kukumu," puji Letizia memerhatikan motif kuku beruang milik Camilla.

"Grazie."

Bertepatan saat itu pula Ace datang yang langsung ditatap dengan pandangan memuja dari Camilla. "Demi Tuhan, apa itu Dewa Apollo? Sangat menyilaukan! Astaga dia kemari!" pekiknya langsung bercermin, memerhatikan dandanan.

Namun, Ace berhenti melangkah, kembali mendapatkan telepon. Ia pun memberikan isyarat pada Letizia untuk mengangkat panggilan tersebut. Camilla yang shock bahwa Letizia mengenal pria tampan itu memekik tidak percaya. "Apa dia pacarmu?! Astaga! Tampan sekali!"

Gabrielle's [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang