Chapter 5 : Godfather

Mulai dari awal
                                    

"Tapi aku ingin tahu bagaimana Daddy menghukum orang-orang yang berdosa," ucap Letizia bersikeras. Letizia sedikit panik karena Gabrielle kian menjauh darinya. "Daddy, kumohon!"

Gabrielle berhenti melangkah, tertawa singkat yang lebih mirip helaan napas sang iblis, meremehkan, kesombongan, dan mengancam. Namun, hanya sesaat saja, sebelum ekspresi itu kembali dingin seperti biasa. Gabrielle berbalik, tersenyum miring dengan bengisnya. "Siapa pun yang masuk ke sana harus menerima jika aku menghendaki mereka dihukum, Lily. Siapa pun," desisnya memberikan penekanan. "Merciless," ancam Gabrielle dengan nada sensual nan berbahaya.

Letizia meneguk saliva, bulu kuduknya merinding mendengar ucapan dan merasakan aura Gabrielle yang seolah mengancam akan membuatnya menderita di dalam ruangan itu. Jantung Letizia berdetak keras, takut akan segala perbuatan Gabrielle di dalam sana. Namun, Gabrielle adalah Daddy-nya jadi Letizia tidak boleh takut. Ia menghela napas berat.

"Aku akan tetap masuk."

Gabrielle melebarkan seringainya, melirik Ace penuh arti sebelum berbalik untuk melanjutkan langkah. Tepat di sebuah bagian ruangan bawah tanah, terdapat pintu berukir samar, Stanza Della Penitenza.

Letizia memerhatikan enam pria botak berbadan kekar dua kali lebih besar dari Gabrielle menjaga pintu luar. Pintu itu digembok dengan rantai besar. Napas Letizia tertahan begitu pintu terbuka, bau darah menyeruak indra penciumannya. Ia nyaris muntah jika tidak bisa menahan rasa mual di perut, hanya Letizia yang tidak tahan dengan bau busuk itu, pria di sekelilingnya terlihat biasa saja, sama seperti Gabrielle. Sial, jika begini saja ia sudah mual, bagaimana ia bisa bertahan hingga selesai?

Letizia mengedarkan pandangan berusaha mencari sumber bau itu berasal, darah menggenang di sudut ruangan. Di tengah-tengah terdapat sebuah sofa besar, di mana Gabrielle duduk dan Letizia juga Ace berdiri tepat di belakang Gabrielle. Letizia dapat melihat ada beberapa lorong lain menuju penjara-penjara. Kebanyakan sel terlihat kosong, mengingat Gabrielle tidak suka membuang-buang waktu dengan menahan pendosa, tentu ia akan menyelesaikannya secepat mungkin.

Gabrielle menyandarkan punggung ke sofa single-nya, lalu menopang dagu. "Aku mulai dari Vanessa," ucapnya melirik Letizia yang terkejut.

Letizia shock, ia pikir wanita sialan itu telah menghipnotis Daddy-nya, nyatanya Gabrielle pun akan menghukumnya karena mengacaukan hari besar pria itu. Tunggu dulu, apa itu berarti Letizia juga akan dihukum di sana? Wanita itu adalah mantan kekasih Gabrielle, bagaimana bisa dihukum di tempat seperti ini? Terlebih kalimat Gabrielle yang memperingatinya untuk tidak masuk ke dalam ruangan itu.

Letizia meneguk saliva. Ia melirik Gabrielle takut-takut. "D-Daddy—"

"Aaaargh!" jeritan kembali terdengar, semakin menakuti Letizia. Entah apa yang dialami wanita itu hingga berteriak sekeras itu.

Pada saat itu pula, Vanessa ditarik paksa ke ruangan. Letizia semakin merinding ketakutan lantaran Vanessa terlihat amat kacau, terlebih wanita itu tidak mengenakan atasan, hanya rok dan heels sebelah di kaki kanannya. Apa yang terjadi pada wanita itu? Lebam di wajah, bagian dada, paha, dan tangan, membuat Letizia ingin lari dari sana sekarang juga.

"L, kumohon jangan lakukan ini padaku!" jerit Vanessa begitu dirinya dihempas ke bawah kaki Gabrielle dan langsung menutupi tubuh bagian atasnya. "Lily, kumohon maafkan aku!" Vanessa terus memohon di sela tangisnya.

Namun, Gabrielle tidak mengindahkan, ia menatap datar Vanessa yang kini merangkak mencoba meraih tangan mantan kekasihnya itu.

Bugh!

Ace justru menendang bahu Vanessa yang menjijikan agar tetap menjaga jarak dari bosnya hingga wanita itu terbaring di lantai, menangis pilu.

Kejam...

Gabrielle's [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang