🏵 28. Penasaran 🏵

Start from the beginning
                                    

“Pakai baju lo Planet!” Fina menutup matanya rapat bahkan tangan kirinya pun ikut menutup matanya. Sementara tangan kanannya ditaruh di belakang sambil memegang salah satu foto tadi.

“Kaos gue di lemari. Tapi, ngapain lo di sini?”

“Gue bawain lo sarapan. Tuh di nakas!” jawab Fina masih dengan mata terpejam.

Argaf memasang ekspresi tak percaya setelah mendengar perkataan Fina. Namun, dia bisa dengan jelas melihat sepiring roti dan segelas susu di atas nakasnya.

Kebaikan Fina padanya bagi Argaf begitu tiba-tiba. Padahal, sebelum-sebelumnya sifat yang Fina tunjukkan selama ini selalu judes. Tapi pagi ini, Fina malah membawanya sarapan.

“Tumben lo baik.”

Argaf mulai melangkah menuju lemari yang ada di sisi kiri dinding. Fina sedikit mengintip dari sela-sela jarinya, pandangan Argaf fokus ke depan, tak mau buang waktu Fina langsung menggeser 2 lembar foto yang tersisah ke kolong ranjang, sementara foto yang satunya dia masukkan cepat-cepat ke dalam saku seragamnya.

Bisa bahaya kalau Argaf sampai tahu jika Fina melihat foto-foto itu. Pikir Fina seperti itu.

Argaf membuka salah satu pintu lemari lalu mulai mencari kaos hitam oblong. “Ada angin apa lo baik ke gue tiba-tiba?” tanya Argaf lagi yang masih tidak percaya dengan sikap Fina pagi ini.

“Lo semalam sakit, Jadi gue baik ke lo. Untung ada gue kalau gak lo gak sembuh!”

Tangan Argaf langsung berhenti bergerak mencari kaos oblongnya ketika mendengar perkataan Fina. Dia lalu menoleh ke arah Fina dengan kening berlipat.

“Lo semalam masuk ke sini?”

“Iya, kan...gue yang rawat lo semalam.” jawab Fina sambil berdiri perlahan masih dengan mata terpejam. “Udah belom pakai kaosnya?”

Argaf terdiam. Pandangan lalu menuju ke kasur.

“Agaf harus makan yang banyak, trus minum obat biar cepat sembuh.”

“Nah, gitu dong. Minum obat yah”

“Ya udah Agaf tidur, mama mau bawa ini ke dapur”

Dia kembali mengingat mimpinya semalam bertemu mamahnya. Argaf ingat betul mimpi itu. Mamahnya datang membawa makanan, menyuapinya, memberinya obat bahkan memeluknya. Argaf ingat betul mimpi itu.

Sesaat kemudian, Argaf beralih memandang Fina.

“Gue...gak ngomong yang aneh-aneh kan?”

“Aneh-aneh gimana?” tanya Fina balik, sedetik kemudian Fina paham maksud pertanyaan Argaf barusan. “Ooooo...lo ngomong kayak anak SD. Manjaaa bener.” ucap Fina.

“Gue ngomong apa?” tanya Argaf, namun kali ini nada suara Argaf berubah begitu dingin. Datar namun penuh tekanan.

Fina seketika tersentak. Dia marah?

GUE NGOMONG APA??” tanya Argaf lagi kali ini dengan suara yang keras.

“Ssa–santai aja kali. Gak usah ngegas. Lo gak ngomong apa-apa. Lagi pula gue cuman liat lo bentar trus keluar.” tanggap Fina dengan beberapa kalimat yang tidak sesuai dengan fakta semalam. Fina lakukan ini agar suasananya tidak semakin panas.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 08, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PROSTHERWhere stories live. Discover now