🏵 27. Bisa Sakit Juga! 🏵

107 10 0
                                    

🏵🏵🏵

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🏵🏵🏵

~ Happy Reading ~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~ Happy Reading ~

🏵🏵🏵

Langkah kaki Fina mulai terdengar pada tiap-tiap anak tangga menuju lantai dua. Di belakang Fina, seorang pelayan wanita di Kediaman Bumiwangkasa mengekori sembari memegang nampan berisi semangkuk bubur, segelas air dan juga obat penurun panas.

Fina memang kesal, jengkel dan tidak suka dengan sifat Argaf yang seenaknya. Tapi, mendengar kabar kalau cowok itu kini terbaring lemah di ranjangnya tetap saja membuat Fina khawatir. Bukan hanya Fina, pelayan-pelayan di Kediaman Bumiwangkasa pun ikut khawatir.

Dan kini Fina sudah berdiri tepat di depan pintu kamar Argaf.

“Sini bi, makanan sama obatnya biar Fina aja yang bawa masuk ke dalam.”

“Ini nona,” ucap pelayan itu. Nampan yang ada di tangannya tadi ia serahkan pada Fina.

Fina meraih nampan, “Yaudah bibi kembali aja ke dapur, nanti biar Fina yang tanganin Argaf.”

“Baik nona!”

Pelayan itu lalu menduduk kemudian melangkah mundur tiga langkah lalu berbalik dan menuju dapur. Bersamaan dengan itu, Fina kini masuk di kamar Argaf.

Matanya mulai menerawang ruang kamar Argaf. Luas kamar Argaf sama seperti kamar Fina. Dindingnya berwarna coklat muda. Terdapat sebuah lemari kaca besar pada dinding bagian kiri. Ranjang Argaf terletak di tengah-tengah. Sementara itu, jendela kaca besar sedinding yang ditutupi horden putih terpampang jelas di hadapan Fina. Di samping kanan ranjang Argaf terdapat nakas, meja belajar serta kursi dan lampu sudut. Terdapat pula rak buku pada dinding bagian kanan, serta pintu kamar mandi.

Fina tidak menyangka, kalau kamar seorang Argaf bisa serapi ini. Sedetik yang lalu Fina sempat mengira jika keadaan kamar Argaf akan seperti kapal pecah, nyatanya...tidak. Semua benda yang ada di kamar itu tertata rapi.

Setelah puas mengamati kamar Argaf, mata Fina kini beralih pada sosok cowok yang terbaring lemah di atas ranjang, dengan seprey berwarna putih. Selimut berwarna coklat menutup cowok itu hanya sampai di bawah lutut.

PROSTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang