Pelaku Penyerangan

116K 18.9K 1.9K
                                    


***

Mobil mobil itu berhenti disebuah rumah bernuansa suram yang terletak dipinggiran kota. Lampu lampu mobil yang tadi menyala terang telah mati membuat suasana yang tadinya gelap semakin gelap.

Helena menajamkan telinganya memastikan suara langkah kaki sudah terdengar menjauh. Ia melompat tanpa suara mengintip dari balik mobil memastikan suasana aman untuk menyusup kedalam.

Helena semakin menyipitkan matanya berusaha sekuat mungkin untuk melihat keadaan yang sangat remang. Rumah ini benar benar gelap hanya cahaya dari bulanlah yang menyinari. Helena curiga bahwa mereka pasti menunggak bayar listrik.

Berjalan tanpa suara, Helena mengendap-ngendap memastikan langkahnya tidak menimbulkan suara apapun. Ketika ada beberapa orang berpakaian hitam yang berkeliling, Helena menyembunyikan dirinya dibalik sebuah vas besar. Ia menahan nafasnya ketika orang orang itu semakin mendekat kearah tempat persembunyian nya.

"Bagaimana dengan boss besar?"

"Dia sedang dalam perjalanan,kurasa beberapa saat lagi boss akan sampai,"

Helena tersenyum miring, ini yang ia tunggu ia tau boss dari penyerangan ini tidak mungkin turun langsung untuk melakukan penyerangan. Ia ingin sekali bertemu dengan boss itu untuk memastikan bahwa dugaannya memang benar.

Trek

Trek

Trekk

Suara langkah kaki terdengar dari ujung jalan, kedua orang yang tadi Helena dengar suaranya telah berjalan dengan ringan menghampiri seorang pria yang baru tiba diujung sana.

"Selamat datang bos."sapa salah satu anak buah menunduk hormat.

"Bagaimana? Apa kalian mendapatkannya?"tanya orang yang dipanggil bos itu dengan nada tajam.

"Ma-maaf tuan kami hanya bisa menangkap anak pertama mereka. Entah kemana keluarga Mahendra yang lain." Jawab anak buah yang lain dengan suara gemetar kepalanya tertunduk tidak berani menatap sang tuan yang wajahnya sudah merah padam.

Brughhhhhhh!

Prakkkk

"Dasar tidak becus!!" Bentaknya memukul keras orang berpakaian hitam dengan keras.

Tidak hanya sampai disitu dia bahkan mengambil asal kayu yang berserakan dan memukulinya dengan kejam. Keadaan sang anak buah sudah tidak bisa dibilang baik, darah bercucuran dari kepalanya yang menghantam balok kayu dengan keras.

"Ampun tuan ampun." Mohon anak buah itu sambil meringis kesakitan.

Tapi Tuan besar tidak mau berhenti, dia terus memukulinya dengan keras hingga dua anak buah itu tidak sadarkan diri.

"Dasar menyusahkan." Katanya berdesis kesal.

"Tuan bukankah kita bisa menggunakan anak itu untuk menghancurkan keluarga Mahendra," kata anak buahnya yang lain, yang tadi ikut Datang bersamanya.

Tuan besar terdiam "kau benar, ayo kita lihat anak itu sekarang," balas tuan besar lalu melangkah menuju suatu ruangan

Helena melirik singkat kearah jam tangan yang ia kenakan sebelum keluar dari persembunyiannya, keadaan tempatnya sekarang sepi mungkin orang orang berjaga diluar. Jika dilihat dari saat penyerangan di pesta beberapa saat yang lalu tidak mungkin pelakunya sedikit.

Helena tersenyum miring, seperti dugaannya, tiba-tiba beberapa orang datang dari berbagai sisi ruangan. Helena tidak terkejut ia segera memasang kuda kuda jika nanti mereka menyerang.

"Siapa kau!!"

Helena tersenyum miring "malaikat maut yang cantik," balas Helena sempat sempatnya ia mengibaskan rambutnya kebelakang padahal sekarang ia tengah berada diambang Kematian.

Helena TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang