32. Kekhawatiran Rey

312 33 2
                                    

32. Kekhawatiran Rey

tapi Bintanya Pren jangan kelupaan, okay ^-^

Ansel terus mengejar Vanessa. Langkah Vanessa begitu cepat sehingga Ansel cukup kewalahan harus berlari lebih cepat untuk menggapainya.

"Eca, tunggu!" Akhirnya Ansel berhasil meraih lengan Vanessa ketika Vanessa berhenti didepan gedung Perusahaan tersebut.

Vanessa membalikkan badan. Vanessa menatap Ansel dengan wajah yang mengisyaratkan bertanya 'apa?'

"Lo mau kemana?" tanyanya.

"Ck! Bukan urusan lo! Lagian ngapain sih lo ngejar gue? hah?"

Ansel menghelas nafas. Ia memejamkan mata, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk ia ikut marah dan terbawa emosi, yang ada nanti malah menambah masalah.

"Gue sahabat lo! Dan gue berhak tau lo mau kemana, gue ngga mau lo kenapa-kenapa, Ca," ucapnya.

"Lagi pula, lo kenapa sih harus kaya gini? bukannya Rey tadi udah jelasin ke lo dan kita semua tentang kejadian yang sebenarnya, kenapa lo malah kaya gini, Ca?"

Vanessa menyilangkan kedua tangannya didepan dada. "Oh ya? terus lo percaya gitu aja?"

Ansel menaikan sebelah alis. "Percaya aja kok. Karena gue yakin Rey itu bukan tipikal cowok yang kaya gitu, Ca!"

Vanessa membuang muka. Ia berdecak. "Lo ga bakal ngerti, Sel ... lo ga bakalan ngerti apa yang gue rasain, Ansel!" gertaknya.

Tepat taksi datang, Vanessa 'pun langsung membuka pintu mobil namun pergerakannya terhenti kala Ansel mencegah-nya.

"Lo mau kemana? jawab gue dulu,"

Vanessa membuang nafas kasar. "Gue mau nenangin diri gue sendiri dulu!"

Ada kerutan tipis didahi Ansel.

"Kemana?"

"Lo ga perlu tau."

"Gue perlu tau Ecaa!"

Vanessa tak bergeming ia kembali hendak masuk kedalam taksi namun lagi-lagi Ansel mencegah nya.

"Apa lagi sih?!"

"Please!  Kasih tau gue lo mau kemana? setidaknya gue bisa tau lo pergi kemana dan lo akan baik-baik aja nantinya. Gue takut lo bakal pergi ke tempat yang ngga-ngga Ca, gue ngga mau lo sampe kenapa-kenapa," ucapnya jujur.

"Izinin gua buat ikut sama lo ya, boleh?" tanya Ansel.

Vanessa menatap sendu sahabatnya. Hatinya merasa bahagia ketika Ansel mengatakan bahwa dia takut dirinya celaka.

Vanessa tersenyum. Dan Ansel melihatnya, ia membalas-nya dengan senyuman kembali.

"Lo tersenyum, itu artinya gue boleh ikut," Ansel lalu mendorong pelan tubuh Vanessa untuk masuk ke mobil.

"Masuk, Ca! Geseran gue yang disini." katanya.

Kini keduanya sudah duduk di kursi belakang. Vanessa melirik Ansel yang tak berhenti tersenyum.

"Jalan, Pak." titah Ansel pada Pak Supir Taksi tersebut.

Supir Taksi itu mengangguk dan segera melajukan mobil-nya.

Tak lama Taksi yang di tumpangi Vanessa dan Ansel sudah sampai di depan halaman rumah Vanessa.

Sebelah alis Ansel terangkat kala ia mengetahui bahwa Vanessa pergi untuk pulang kerumahnya.

"Kenapa ke sini? lo ngga pulang ke rumah kalian?" tanya Ansel.

Vanessa menengok. Lalu menggeleng pelan "Gue ngga mau balik ke rumah itu, gue mau nenangin diri di rumah ini." kata Vanessa.

𝐕𝐀𝐍𝐄𝐒𝐒𝐀 [𝐎𝐧-𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠]Where stories live. Discover now