20. Wedding

379 43 3
                                    

20. Wedding

H - the Wedding

Kini di kediaman rumah mempelai wanita yaitu Vanessa seluruh keluarga besar dari kedua belah pihak semua nya sudah berkumpul dalam satu tempat.

Hari ini, hari dimana acara yang paling di tunggu-tunggu oleh kedua keluarga sudah tiba, pernikahan kedua putra-putri nya akan segera di mulai. Acara ini memang sengaja hanya di hadirkan oleh keluarga dekat kedua mempelai saja beserta keluarga Dewangga Group.

Di dalam satu tempat kini semua nya sudah terduduk manis dan rapi, mereka sudah siap menanti dan menyaksikan menjadi saksi sah kedua mempelai.

Rey sudah duduk menghadap penghulu dan orang tua dari pihak perempuan. Rey sudah duduk menghadap Pak Varro orang tua dari Vanessa.

Sedangkan Vanessa? ia menunggu di ruangan sampai acara ijab kabulnya selesai.

"Bagaimana Pak Varro? Pak Rey? apa sudah siap?" tanya Pak penghulu.

Rey menghela nafas lalu mengangguk. "Siap!" ucapnya sungguh.

"Baiklah, Pak Varro silahkan"

Varro mulai mengulurkan tangan nya kepada Rey, kini Rey dan Varro sudah berjabat tangan akan memulai acara ijab kabul nya.

"Siap Rey?" tanya Varro.

"InsyaAllah, Rey siap Pah"

Varro mengangguk dan langsung memulai.

"Bismillahirrahmanirrahim. Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri saya Vanessa Asya Maudi binti Alvaro Adhiwirama kepadamu dengan mas kawin sebuah cincin 3 gram, satu buah Apartement dan seperangkat alat sholat di bayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Vanessa Asya Maudi binti Alvaro Adhiwirama dengan mas kawin tersebut di bayar tunai."

"Bagaimana saksi, sah?"

"SAH!"

**

Malam 'pun tiba. Jam kini sudah menunjukan pukul sebelas malam, acara pernikahan-nya sudah selesai dari satu jam yang lalu.

Vanessa kini tengah sibuk membersihkan sisa make-upnya di depan meja rias. Ia baru sempat membersihkan-nya sekarang karena tadi masih ada saja tamu yang datang dari keluarga yang katanya baru sempat ke sini.

"Tebel banget nih make-up kek sinden aja" gumamnya seraya masih meng-usap make up nya dengan kapas basah.

Rey yang samar-samar mendengar gumaman Vanessa ia 'pun mendekat ke arahnya.

"Kamu mau jadi sinden, Nes?" tanya nya tiba-tiba.

Vanessa menoleh. Ia mengerutkan dahinya. "Ha? siapa yang mau jadi sinden?" tanyanya balik.

"Itu tadi saya denger kamu ngomong sinden-sinden gitu, kamu mau jadi sinden?"

Mata Vanessa terbelalak. Ia memukul bahu Rey. "Enak aja lo! Siapa juga yang mau jadi sinden. Budek ya lo?"

"Ngga. Ya mungkin tadi saya emang cuma salah denger aja kali ya, orang kamu ngomongnya pelan" kata Rey.

Vanessa mendelik sinis lalu melanjutkan kegiatannya. Rey masih berdiri di sampingnya.

Di rasa Rey masih ada disamping nya Vanessa kembali melirik Rey yang kini sudah ber-status menjadi suaminya itu.

"Kenapa masih di sini?" tanyanya.

"Itu kamu butuh bantuan ga buat ngehapusin make-up nya?"

Vanessa menggeleng pelan. "Ngga. Gue bisa sendiri. Lagian ini bentar lagi juga selesai kok, udah mending lo duduk aja di sana, ngapain kek."

𝐕𝐀𝐍𝐄𝐒𝐒𝐀 [𝐎𝐧-𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora