“Papa!”

Rayden bodo amat, justru mengeratkan rengkuhannya sembari menghirup aroma rambut Pelangi dalam-dalam.

“Papa!”

“…”

Lentera beralih memanggil Pelangi. “Mama!”

“Apa?”

Lalu berganti menatap Rayden lagi. “PAPA!!”

“PAPAAA!!!

Pelangi berusaha melepaskan diri dari rengkuhan Rayden, namun tentu saja tenaganya tidak ada apa-apanya dibandingkan cowok itu. “Den, kasian itu bocahnya.”

“Biarin aja. Suruh siapa ganggu orang pacaran.” Rayden cuek saja.

Lentera yang semula dahinya sudah mengerut— menandakan anak itu akan segera menangis— sekarang justru melongo heran sebelum melontarkan pertanyaan dengan wajah penuh penasaran. “Pacaran itu apa, Papa?”

“Yayang-yayangan.”

“Yayang-yayangan itu apa?”

“Gini nih.” Rayden menjauhkan badannya sebelum menangkup wajah Pelangi dengan tangan besarnya. Pelangi jelas heran, belum sempat menunjukan protes kala Rayden dengan cepat mengecupi seluruh wajahnya.

“DEN!” Tentu saja dia kaget, matanya melotot dengan kedua tangan berusaha menjauhkan wajah Rayden, melirik Lentera penuh waspada.

“Ohh… gitu…” Sementara anak itu mengangguk paham. “Aku juga suka yayang-yayangan sama Jio tau Papa.”

Rayden terperangah, lantas memekik, “SALAH PERGAULAN BUSEETTT!!”

Lentera memang sering bermain bersama anak tetangga sebelah yang bernama Jio, usia mereka juga hanya terpaut empat bulan.

Rayden kira mereka hanya bermain bonceng-boncengan vespa mini atau lari-larian sana-sini seperti yang biasa ia lihat, namun kedua anak itu justru melakukan tindakan tak senonoh yang tidak patut dipuji.

“Jio suka cium-cium aku, aku juga suka cium-cium Jio.” Meski sempat kaget karena teriakan Rayden, Lentera tetap melanjutkan ceritanya. “Aku sama Jio yayang-yayangan.”

Pelangi buru-buru menyambar, mengontrol situasi, “Potongin mangga mau nggak?” Karena anak itu hanya akan anteng kalau sudah disuguhi buah apapun itu, juga kalau ditontonin cocomelon— itupun hanya berlangsung sebentar karena Lentera mudah bosan.

“Mauuu!!!”

“Oke.” Gadis itu beranjak bersamaan dengan Lentera yang ikut berdiri, berpindah gelendotan ke badan Rayden. Kedua kaki kecilnya berpijak pada pangkuan Rayden. Tangan dia memainkan rambut pendeknya, dan Rayden membiarkan saja.

“Heuummm… wanginyaaaa.” Si bocah bergumam, menghirup rambut Rayden dalam-dalam. Setelah puas, ia berganti menjelajah wajah Rayden. Memasukkan jarinya ke lubang hidung.

“Tangannya, tangannya.” Cowok itu memperingati, membuat Lentera menarik tangannya keluar.

Pandangan keduanya sama-sama berada di obyek yang sama, tepat di jari mungil Lentera.

“Buset hoki amat lu dapet upil.”

Mulanya Rayden memang ketawa-ketawa saja sambil memandang harta harun di jari kecil Lentera, tapi hanya berlangsung sebentar karena setelahnya ia melotot begitu melihat bocah itu memasukkan jarinya ke dalam mulut. Menelan upil Rayden tanpa ragu.

“HEH!”

“Heuummm… enaknyaaaa.”

Rayden menoleh ke belakang penuh waspada, lantas menghembuskan nafas lega saat tidak melihat batang hidung Pelangi. Menandakan gadis itu masih sibuk di dapur. Kalau sampai Pelangi melihatnya, dia sudah pasti mengomel dan menyalahkannya.

CERAUNOPHILE [Completed]Where stories live. Discover now