36. Stomachache

68.9K 7.3K 33
                                    

Setelah menyiapkan kaus dan celana training seadanya yang masih tersisa di almari untuk Dito, Lera berjalan keluar kamar untuk menuju dapur.

"Pagi bi Murni" sapa Lera.

BI Murni tersenyum lebar. "Pagi juga atuh non"

Lera tersenyum kecil, lalu duduk dimeja makan. Perutnya kembali nyeri dan terasa sakit.

"Non Lera sakit? Mukanya pucet banget, mau bibi bikinin teh anget non?" tanya bi Murni sembari menghampiri Lera yang terlihat pucat.

Lera menggeleng. "Lera lagi datang bulan bi, jadi perutnya sakit" ucap Lera pelan.

"Oalah... Bibi bikinin jamu kunyit ya non"

Lera kembali menggeleng. "Eh nggak usah bi, bibi ambilin aja kunyitnya. Nanti biar Lera yang bikin sendiri"

"Bibi bikinin aja ya non, non Lera diem disini" ujar bi Murni.

"Eng-"

Belum sempat Lera menyelesaikan ucapannya, Dewi datang dari ruang tengah lalu menghampiri Lera.

"Kenapa bi? Lera kenapa?"

"Itu Bu, non Lera perutnya sakit tapi maksa bikin jamu sendiri" ujar bi Murni.

Tangan Dewi terulur untuk menyentuh perut Lera. "Kamu datang bulan Ra?"

Lera mengangguk dan sesekali juga meringis karna perutnya semakin lama semakin nyeri.

"Yaudah biar bunda aja yang bikinin kamu diem, jangan kebanyakan ngoceh" ucap Dewi lalu mulai mengambil beberapa kunyit untuk dijadikan jamu.

Lera hanya bisa pasrah, sepertinya ia akan kena omel ayahnya lagi karna ketahuan jamu untuk dirinya dibuatkan oleh Dewi. Gino tak akan peduli seberapa parah rasa sakit Lera, anak itu harus tetap mandiri dan melakukan apa yang dibutuhkan anak itu tanpa bantuan orang lain. Apalagi sampai merepotkan orang tuanya, siap-siap saja Lera akan menerima hukuman atau omelan ayahnya.

"Pagi bunda, bibi" sapa Dito, pria itu langsung duduk disamping Lera lalu memperhatikan anak itu yang tengah menundukkan kepalanya dengan tangan yang memegangi perutnya sendiri.

"Loh kamu nggak kerja Dit?" tanya Dewi ketika melihat Dito mengenakan kaus dan celana training milik Lera.

Untung tubuhnya dan tubuh Lera sama-sama tinggi, jadi pas-pas saja baju anak itu dipakai suaminya. Meskipun celana trainingnya sedikit kurang panjang, tapi tak apalah hanya dipakai sementara.

"Kerja bunda cuman kurang lebih masih ada waktu tiga puluh menit sebelum berangkat. Nanti Dito ambil seragam dulu dirumah terus baru berangkat" jelas Dito.

Dewi mengangguk-anggukan kepalanya.

"Ayah udah berangkat Bun?" tanya Dito.

Dewi mengangguk. "Udah, baru aja berangkat tadi. Disuruh sarapan juga ngga mau, yaudah mungkin sarapan dikantor" jelas Dewi.

Dito manggut-manggut.

"Masih sakit perutnya?" tanya Dito lembut, tangannya terulur untuk mengusap kepala Lera.

Lera mendongak menatap Dito lempeng.

"Nambah pucet lho, ke rumah sakit mau?" tangan Dito kini beralih mengusap pipi Lera pelan.

Lera menggeleng lemah.

Dewi duduk didepan Lera sembari meletakkan jamu kunyit yang ia buat didepan Lera. "Ini jamu nya udah jadi, diabisin Ra biar sakitnya cepet ilang"

Lera mengangguk lalu mulai meminumnya.

"Itu apa Bun?" tanya Dito.

Dewi tersenyum kecil. "Itu jamu kunyit, biasanya setiap Lera datang bulan dia selalu bikin kaya gitu. Biar cepet reda sakitnya"

Jodohku Polgan [TAMAT]Where stories live. Discover now