33. Rumah Bunda

66.7K 7.4K 127
                                    

~Sore pukul 15.20

Karna Lera sudah lama tak mengunjungi rumah bundanya ia memutuskan pulang kuliah hari ini langsung menuju rumah Dewi.

Untuk hari ini Lera pergi menggunakan mobil sport Dito, karna motornya sedang di servis mau tak mau ia berangkat menggunakan mobil. Jika ditanya dimana mobil yang pernah Lera pakai dulu?

Mobil itu ayahnya yang membelikan jadi Lera menyerahkan semua fasilitas kartu kredit, mobil kepada ayahnya. Kecuali motor, karna setengah dari dari motor yang ia beli itu adalah uangnya yang ia tabung dari hasil kerja di cafe dulu.

"Assalamualaikum" salam Lera ketika masuk kedalam rumah.

"Waalaikumsalam" Dewi keluar dari arah dapur. "Ehhh ya Allah anak bunda akhirnya kesini" ujarnya lalu menciumi seluruh wajah Lera.

Lera tersenyum kecil. "Maafin Lera ya bunda karna baru kesini, soalnya Lera ngejar materi terus tugasnya juga banyak"

Dewi mengangguk sembari tersenyum hangat. "Iya nggapapa, yang penting jangan pernah berlebihan waktu belajar. Bunda ngga mau kamu down cuman gara-gara tugas"

"Down atau tidak itu tergantung dia pintar-pintar dalam mengatur waktu." ucap Gino yang baru saja keluar dari ruang kerjanya.

Pria itu duduk disofa single sembari menatap Lera datar. "Nggak mau ada tugas nggak usah sekolah, kamu disekolahin itu biar pinter. Biar bisa mikir, jangan cuma bisanya nyusahin orang"

Inikah sambutan ayahnya ketika ia pulang?. Lera tak pernah berfikir sebelumnya, atau ia lupa jika sedari dulu lebih tepatnya saat Hera sudah tiada ayahnya akan selalu menganggapnya sebagai anak tak berguna.

"Kamu udah makan nak? Makan dulu yuk, tadi bunda ada bikin soto" ucap Dewi mengalihkan pembicaraan.

Lera mengangguk sembari tersenyum kecil. "Ayah nggak makan? Udah lama kita nggak makan bareng yah" ucap Lera.

Tanpa membalas pertanyaan Lera, Gino beranjak dari duduknya lalu kembali masuk dalam ruang kerja.

Dewi mengusap bahu Lera. "Ada bunda disini" ucap Dewi.

Lera mengangguk, ia berjalan menunduk agar Dewi tak melihat matanya yang memanas.

Se-muak itu kah ayahnya jika ia dirumah ini? Apa kehadirannya membuat ayahnya merasa risih?. Jika dulu ia pulang sekolah langsung disambut oleh Gino dan berlari ke pelukan ayahnya. Kini berbeda, seolah pria itu tak pernah mengharapkan ia datang dirumah ini lagi.

Oke, baiklah. Lera tak boleh lemah, gadis itu harus kuat demi bundanya. Juga demi Dito, karna sekarang ia sudah punya tembok bukan? Jadi masalah yang ia pikul tak seberat dulu.

"Kamu udah ada cek ke dokter belum Ra?" tanya Dewi, ia duduk didepan Lera yang sedang menuangkan soto di mangkuknya.

"Cek? Kenapa Lera harus cek ke dokter? Lera nggak sakit bunda"

Dewi menggeleng sembari tersenyum. "Bukan, bukan itu. Maksud bunda cek kedokter kandungan, liat kamu udah hamil apa belum"

Uhuk

Gimana?

"H-hamil?" ulang Lera.

Dewi mengangguk. "Iya, liat kamu udah isi apa belum. Emang kamu nggak ada ngerasa mual atau gimana gitu Ra?"

Gimana mau isi, gue ngelakuinnya aja belom -batin Lera.

"Eung itu- Lera nggak ada ngerasain itu bunda. Tapi bunda doain yang terbaik aja" ucap Lera.

Dewi tersenyum manis. "Bunda doain biar cepet-cepet isi, lagian skripsi kamu juga masih lama. Semester ini kamu nggak akan nyita banyak waktu juga kan?"

Jodohku Polgan [TAMAT]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ