part 18

759 149 39
                                    

Update lagi deh, diriku ini lagi baik. Padahal kemarin udah up.

Selamat membaca!!

.
.
.
.

Hari ini merupakan hari pertama tahun ajaran baru. Siswa-siswi tampak bersemangat dan antusias setelah sekian lama tidak berjumpa.

Diantara siswa-siswi yang sudah memakai seragam putih abu-abu itu juga terdapat peserta didik baru yang masih menggunakan seragam SMP nya selama masa orientasi.

Jangan berimajinasi para peserta didik baru itu mengenakan atribut yang aneh. Tidak. Semua tampak normal.

Tidak ada topi yang terbuat dari bola, papan nama dari kardus, kalung dari terong, ataupun gelang dari bawang putih. Itu semua tidak ada.

"Kepada para peserta didik baru, diharapkan segera berkumpul di lapangan utama!" teriakan menggelar itu berasal dari seorang perempuan anggota OSIS. Entah kelas berapa dan siapa namanya, itu tidaklah penting. Dia tidak mendapatkan peran dicerita ini.

Mendengar teriakan tersebut para peserta didik berbondong-bondong menuju tempat yang dimaksud. Lapangan utama SMA Lesmana hari itu dipenuhi oleh ratusan manusia berseragam putih biru.

Saat semua sudah berkumpul, sang ketua OSIS naik menuju podium. Tidak, ketua OSIS itu tidaklah tampan sampai membuat para gadis berteriak histeris. Masih kalah jauh jika dibandingkan dengan sang karakter utama.

Laki-laki yang menjabat sebagai ketua OSIS itu mulai memberi arahan. Kalau setelah ini mereka akan mengadakan game berkelompok. Yang mendapatkan respon antusias dari mereka.

Diantara para peserta didik baru yang tampak antusias itu, ada seorang laki-laki yang hanya diam dengan kepala menunduk. Dia seorang diri, tidak memiliki teman sama sekali.

Para anggota OSIS itu mulai menginstruksi untuk segera bergabung membuat kelompok berisikan lima orang.

Disitulah laki-laki yang sedari tadi diam itu mulai gelisah. Ia takut. Ia takut tidak mendapatkan kelompok, secara ia tidak mengenal seorangpun disini.

Ia memberanikan diri untuk mendekat pada kelompok terdekat.

"Permisi, a-aku boleh gabung?" tanyanya penuh harap.

Mereka yang diajak bicara hanya diam sambil saling pandang satu sama lain. Hingga seorang salah satu dari mereka angkat bicara.

"Sorry, tapi kita udah pas"

Mendengar penolakan tersebut, ia hanya mengangguk kaku. Jujur, ia tak tau harus bagaimana lagi. Tadi saja untuk memulai pembicaraan ia sudah mengumpulkan seluruh tekad dan nyalinya yang ciut. Dan kini, nyali tersebut sudah lenyap tak tersisa.

Hingga sebuah tepukan di bahunya disusul sebuah suara membuatnya menoleh.

"Lo gabung sama gue aja, gue belum ada kelompok"

Laki-laki itu nyaris saja berteriak terkejut melihat sosok yang baru saja menepuk dan mengajaknya berbicara itu. Perempuan dengan penampilan aneh, dengan rambut yang nyaris menutupi seluruh wajahnya.

Laki-laki itu tampak ragu dengan ajakan perempuan aneh tersebut.

"E-emang nggak apa-apa, a-aku ikut kelompok kamu?" tanyanya hati-hati, meski tak dapat menutupi nada penuh harapnya.

Perempuan itu hanya mengangguk sebagai jawaban sebelum akhirnya menarik pergelangan tangan laki-laki tersebut yang hanya diam, ia terkejut.

Mereka berdua mulai berkeliling mencari siapa yang belum kebagian kelompok. Hingga mata perempuan itu menangkap suatu objek yang dikenalinya.

Si Aneh Dan SebelahnyaWhere stories live. Discover now