Kawan atau Lawan - Bagian 1

5 2 0
                                    

Tiba-tiba terdengar suara seseorang menutup pintu mobil. Risman membuka matanya dan menengok ke arah kursi supir. Terlihat Adek duduk di sana sambil memperhatikannya. Risman mengangkat tangan kanannya. Risman, "Ngecas sebentar?" Adek menyambut tangan Risman dengan tangan kirinya, kemudian Risman tersenyum tipis. Risman mengalihkan pandangannya lalu memejamkan matanya lagi.

Adek, "Husein gag ngomong macam-macam kan?" Risman tidak langsung menjawab, terlihat bibirnya bergerak sedang berdoa. Adek menunggu jawaban sambil mengamatinya. Risman, "Dari tadi aku di mobil." Risman hanya menjawab singkat tanpa membuka matanya. Adek, "Kalau ada apa-apa tanya langsung ke aku ya? Anak itu kadang bikin orang salah mengerti." Risman hanya menganggukkan kepalanya.

Adek menyerah, Risman terlihat keras kepala tidak mau bercerita kepadanya. Adek menurunkan sandaran kursinya, lalu membaringkan badan. Risman menengok ke arah Adek. Risman, "Jangan tidur dengan rambut yang masih basah." Adek, "Gag ada hair dryer." Risman, "Aku keringkan." Adek, "Mager..." Risman menegakkan sandaran kursi. Adek menengok ke arah Risman. Adek merengek, "Kan mau ngecas dulu?" Risman, "Nanti rambutmu rusak, di sini gag ada salon." Adek menegakkan kursinya dengan malas. Adek, "Emangnya mobil, direparasi di salon?"

Risman terdiam sesaat mencoba mencerna perkataan Adek. Tidak lama dia menunduk dan tertawa. Risman, "Ya Allah..." Adek menggenggam tangan Risman, lalu Risman mengangkat wajahnya dengan senyuman. Mata Adek terlihat membulat melihat ke arahnya, Adek juga tersenyum. Adek, "Ngecas sukses!" Risman terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. Risman, "Ada-ada aja." Adek, "Hehe..." Risman, "Sini aku keringkan rambutmu." Adek segera membalikkan badannya membelakangi Risman.

Adek menaikkan kaca jendela pintunya. Risman, "Kok dinaikkan?" Adek, "Iya... Biar gag digosipin sama dua orang itu." Risman melirik ke arah kaca jendela, mata mereka tidak sengaja bertemu. Risman, "Alesan." Kemudian Risman tersenyum sambil terus mengeringkan rambut Adek. Adek, "Kamu serem kalau diam Mas." Risman, "Masa?" Adek mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum. Risman pun terkekeh. Adek tersenyum lebar lalu memainkan jarinya.

Risman, "Telunjuk kamu kenapa?" Adek, "Tadi ketusuk duri udang." Risman, "Udang?" Adek, "Iya... Pas mau mandi tadi, aku sama Fauzan berburu di sungai." Risman, "Oooh." Adek memperhatikan reaksi Risman, lalu dia menggaruk alisnya. Risman kembali menjadi dingin, senyuman di wajahnya sudah menghilang. Adek terus memperhatikannya dalam diam.

Risman, "Udah selesai. Setidaknya gag sebasah tadi." Adek, "Makasih Mas..." Adek membalikkan badannya lagi ke arah Risman. Adek, "Makan yuk... Laper." Risman, "Kamu duluan. Aku masih mau istirahat sebentar lagi." Adek menatap Risman dengan wajah kecewa. Risman, "Kenapa?" Adek menggeleng, "Aku gag paham."

Risman mencoba mencarialasan agar Adek paham. Risman, "Aku barusan minum obat, masih ngantuk." Adek,"Oh, oke... Nanti pas aku balik ke mobil. Aku bawain makannya." Risman tersenyumtipis, "Oke." Kemudian Adek membuka pintu mobil dan berlari ke arah api unggun.Risman hanya mengawasinya dari dalam mobil.

Terlihat Adek lupa meletakkanhanduknya di mobil, handuk itu masih menggantung di bahunya. Fauzan mengambilnya, lalu menjemurnya di bak mobilnya. Terdengar gelak tawa mereka dan suara Adek yang tak hentinya mengoceh. Risman menghela nafas kesal, lalu menurunkan sandaran mobilnya dan menaikkanselimutnya.

Dari Buronan Sampai Pelaminan ??Where stories live. Discover now