Terbaik - Bagian 1

4 1 0
                                    

Matahari sudah mulai condong ke arah barat. Terlihat Adek sedang merebahkan badan di bangku yang ada di teras. Adek melipat kedua tangannya dan matanya terpejam, tanpa dia sadari seseorang sudah menyelimutinya.

Tidak lama kemudian, terdengar suara motor menabrak pagar. Adek membuka matanya dan menengok ke arah pagar dengan waspada, lalu terdengar suara Ardo berteriak. Ardo, "Dek, bukain! Aku bawa banyak barang." Adek menghela nafas lega, lalu menegakkan badannya. Adek terdiam melihat ke arah selimutnya sejenak sambil bergumam. Adek, "Tumben Angela baik banget?" Ardo kembali berteriak, "Dek... Buruan! Berat!" Adek segera melemparkan selimutnya ke bangku dan berlari ke arah pagar, lalu membuka pagar dengan lebar.

Adek terbelalak melihat beberapa tumpuk kardus yang ada di belakang motor Ardo. Adek, "Gilak! Lu habis belanja? Kok gag bawa mobil ajah?" Ardo, "Lu pikir mobil siapa yang bikin mobilku gag bisa keluar?" Ardo segera memasukkan motornya, dia terlihat sangat kesulitan berbelok karena banyak barang di bagian depan dan belakang motornya. Adek pun segera menutup pagar dan berlari untuk membantu Ardo. Adek, "Sorry. Soalnya kalau aku parkir di belakang mobil Angela, ntar dia bisa ngamuk lagi." Setelah turun dari motor, Ardo melepas helmnya sambil protes kepada Adek. Ardo, "Jadi mending aku yang ngamuk nih?" Adek mengangguk-angguk tanda setuju dengan wajah polos. Adek, "Masih bisa diatasi kalau lu yang ngamuk." Ardo hanya menggelengkan kepalanya, sambil meletakkan helmnya di meja teras.

Ardo menengok ke arah bangku teras. Ardo, "Beresin noh selimutmu. Nyonyaku lihat bisa berabe ntar." Adek, "Hehehe" Adek segera berjalan ke bangku lalu melipat selimutnya. Saat Adek sibuk melipat selimutnya, Ardo membuka jaketnya lalu memukulkan sesuatu ke kepala Adek sambil tersenyum. Adek, "Aduh..." Kemudian membulat melihat benda yang di pegang Ardo. Adek segera melemparkan selimutnya yang sudah terlipat rapi ke bangku, lalu tangan Adek bergerak hendak mengambilnya. Ardo pun sigap menarik tangannya untuk menggoda Adek. Ardo, "Bilang apa dulu?" Adek meringis Bahagia. Adek, "Makasih Do... Lu yang terbaik."

Ardo tersenyum dengan bangga lalu menyerahkan benda itu ke Adek. Adek, "Kok lu bisa dapet plat nomor kota Tenggara sih?" Mata Adek berbinar-binar memandang plat nomor yang ada di tangannya. Ardo, "Itu plat palsu. Hahahahaa" Wajah Adek berubah kesal. Adek, "Sialan... Gue kira legal." Ardo pun tertawa mendengar kepolosan Adek. Ardo, "Plat nomor lu udah viral, bahaya kalau orang sipil ikutan nguntit lu." Adek terduduk lemas di bangku teras. Adek, "Kayaknya kali ini gue mengonar lebih dari biasanya." Ardo, "Emang... Asli nekat banget kamu. Ntar kalau kamu di dor gimana?"

Tiba-tiba Risman muncul dari dalam rumah dan bersandardi daun pintu, kemudian berdehem. Risman, "Ehem..." Ardo dan Adek saling pandangkemudian melihat ke arah Risman. Keduanya menelan ludah dengan wajah takut.Risman hanya berdiri mematung mengawasi mereka. Ardo menunduk cengengesan danmenyapa Risman. Ardo, "Hehe... Mas..." Ardo segera menuju motornya kemudianmelepaskan tali rafia yang ada di motornya. Ardo, "Dek... Sini. Bantuin." Adek,"Oh... Okay." Adek yang tadinya terdiam, segera menghampiri Ardo dan membantunya.Risman mengambil selimut kemudian masuk lagi ke dalam rumah karena adzanmaghrib sudah berkumandang.

Dari Buronan Sampai Pelaminan ??Where stories live. Discover now