42. Promnight.

181K 23.1K 2.3K
                                    

" pada akhirnya, kisah cerita kita ini akan dibumbui dengan kekecewaan."
- Raisya -

⚔️⚔️⚔️

Brak.

Lelaki tampan itu keluar dari kamar mandi dengan menutup pintu kuat-kuat membuat seorang wanita hamil yang sedang asik menonton televisi di atas kasur itu menoleh sejenak lalu kembali ke aktivitasnya.

Gio memasuki walk in closed dan kembali menutup pintu dengan kencang, wajahnya sangatlah dingin seperti menahan luapan emosi. Ia juga tidak tau apa yang membuatnya emosi, atau mungkin ia tidak peka pada perasaannya. Ceritanya begini, sehabis pulang sekolah tadi, ia sedikit menebak-nebak kejutan apa yang akan didapat saat sampai di apartemen. Namun naas, ketika baru membuka pintu kamar, Rai malah tertidur nyenyak di atas kasur. Gio melihat seluruh ruangan kamar untuk memastikan akan ada tulisan
' happy graduation.' tapi tidak ditemukan sama sekali. Ia juga membuka laci nakas bahkan lemari untuk kembali menemukan kado yang akan Rai berikan kepadanya, tapi juga tak ada.
Dan ketika Rai terbangun tadi, ia malah meminta di pijit kakinya sebab mulai bengkak. Jadi karena terlalu kesal, Gio menolak sama sekali.

Gio sekarang menatap pantulan dirinya dari cermin besar di depannya. Jas hitam the executive melekat indah di tubuh tegapnya, ditemani dengan jam tangan mahal juga gaya rambutnya yang undercut akan mampu menjerat semua kaum hawa nanti. Terakhir, ia menyemprotkan parfum khasnya yang beraroma segar kemudian keluar dari sana.

Brak.

Kembali ia menutup pintu dengan kasar.

" Pelan-pelan, aku terkejut lho." Omel Rai cemberut namun tak dihiraukan oleh laki-laki yang kini membuka sekilas handphonenya.

Rai terpana melihat dewa berwujud manusia di depannya itu, mimpi apa dia bisa mendapatkan lelaki tampan seperti ini? Wanita itu berusaha untuk turun dari atas kasur lalu mendekat ke arah suaminya.

Rai memeluk pinggang suaminya dari depan dengan posesif sehingga Gio sedikit terkejut.

" Lepas, gue mau keluar." Perintah Gio dingin.

Rai melepaskan pelukannya lalu menatap mata lelaki itu.
" Sakit..."

Suara lirih itu membuat Gio terdiam sejenak, ingin bodo amat tapi sepertinya tidak bisa.

" Yang mana?" Tanya Gio sinis.

Tiba-tiba ia terkejut pelan ketika Rai menunjuk payudaranya sendiri.
" Di sini. Nyeri banget.."

" Ck, itu biasa buat ibu hamil bego. Lo bodoh banget ya, bunting tapi gak tau apa-apa tentang kehamilan." Balas Gio seraya memutar bola mata jengkel.

Kehamilan Rai memang sudah menjalani bukan ke lima, dan itu adalah hal wajar jika ia mengalami tanda-tanda nya seperti salah satunya payudara terasa nyeri sebab akan segera menyusui.

Gio memasukkan handphone kedalam kantong jasnya beserta mengambil kunci mobil lalu keluar dari kamar di ikuti Rai dari belakang.

" Kakak mau promnight ya?" Tanya Rai sambil melirik jam dinding yang menunjukkan pukul setengah tujuh.

Tidak mendapat jawaban tetapi Rai masih santai, ia sudah biasa di acuhkan oleh suami kulkasnya itu.

" Cepat pulang ya! Jangan mabuk-mabukan juga." Pesan Rai dan kembali di acuhkan.

" Kalo nanti kakak mabuk trus hamilin anak gadis lagi kan ribet. Aku gak mau dimadu soalnya."

" Cerewet amat sih Lo kayak babi. Ngapain juga ikutin gue segala? Mending Lo masuk kamar trus molor lagi." Ujar Gio ketus, ia menatap tajam mata istrinya tapi malah dibalas dengan senyuman lebar dan menampilkan gigi rapinya.

Rai memeluk lengan suaminya dan menyembunyikan wajah di sana.
" Kakak pasti kesal karna aku gak ngerayain kelulusan kakak kan? Jadi gini, tadi pagi pas kakak berangkat ke sekolah, aku pengen buat kue sama masak untuk ngerayain kelulusan kamu. Tapi tiba-tiba kepala aku pusing, trus aku mual-mual juga. Makanya aku istirahat aja."

" Bodoh. Mau Lo ngerayain atau nggak juga gak bakalan ada untungnya sama gue." Timpal Gio. Ia melepaskan pelukan istrinya lalu pergi dari sana meninggalkan apartemen.

⚔️⚔️⚔️

Tatapan lapar kaum hawa selalu melekat pada sosok yang baru masuk itu. Lelaki dengan tubuh tegap dibalut jas yang kini sedang berjalan santai memasuki bangunan gedung mewah itu. Parfum khasnya menjadi candu bagi kamu hawa di sana, rahang tegasnya membuat ciwi-ciwi ingin mengelus.

" Wess, datang juga Lo. Kirain di tahan bini." Ceplos Franklin yang sedang duduk di kursi bundar yang sudah di persiapkan bersama teman-temannya yang lain.

Gio mendudukkan diri di kursi tersebut dengan jus jeruk yang sudah tersaji di depannya.

" Kasep pisan Lo Gi. Gak sia-sia gue besarin Lo." Ujar Anton menatap penampilan bosnya dari ujung ke ujung.

" Acaranya belum mulai?" Tanya Gio dibalas gelengan serentak teman-temannya.

" Acaranya mulai jam delapan bangke."

Gio melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul setengah delapan malam.

" Tapi kok gue udah ngantuk ya?" Tanya Galang dan mendapat geplakan dari Anton.

" Anak mamih nih guys, yang dibilang ' bang, bobo. Udah jam delapan.'" ejek Anton.

Galang memang selalu dianggap anak-anak oleh kedua orangtuanya walaupun ia anak pertama dan Pipit adalah anak terakhir atau bungsu. Mereka hanya dua bersaudara saja.

" Jadi kan disini gak ada minuman keras, gimana kalo nanti kita ke club'?" Tanya Delon.

" Gak ah, malas." Tolak Galang.

" Kuy lah. Acara ini kan sampai jam sepuluh, kalo udah selesai nanti kita langsung ke club' aja. Sambil rayain kelulusan cuy.." ujar Anton.

" Nah bener, kalo ngadain pesta gak bakalan lengkap tanpa alkohol." Tambah Franklin.

Revion melirik Gio, " Lo bisa Gi?"

" Bisa." Jawab Gio mantap, ia merasa kurang bermakna tanpa adanya alkohol.

" Ya udah lah. Gas." Putus Galang pasrah.

" Gitu dong. Siapa tau besok gue udah di seret ke Irlandia, gak bisa ketemu sama Lo semua lagi." Kata Anton.

" Cie yang ke Irlandia. Gue kemarin ngomong sama ortu gue, dan mereka bilang terserah gue aja. Yang penting gue bisa nyaman kuliah. Uluhhhh, so sweet kan ortu gue?" Tanya Delon bangga.

" Ck, lebih so sweet ortu gue kali. Kemarin gue nolak buat kuliah, trus Lo tau mereka lakuin apa? Mereka malah ngenalin anak gadis sama gue untuk gue nikahin bangsat. Udah itu semuanya bening parah." Sahut Galang heboh.

" Pasti pink?"

" Ya iyalah."

" Emangnya kalo nanti Lo nikah, trus ngasih makan istri pake apa?" Tanya Revion.

Galang menunjuk Gio, " kayak si Gio noh. Udah nikah tapi masih dibiayai bokap. Gak acik Lo."

" Eh, si Gio juga nanti bakalan jadi penerus perusahaan bokap nya ya. Emang bokap Lo punya perusahaan?" Tanya Franklin terlebih dahulu menoyor kepala lelaki itu.

" Punya lah, perusahaan togel namanya." Jawab Galang.

" Pantesan otak Lo kayak nomor togel, payah di tebak."

" Bukan cuman itu doang, perusahaan ganja juga ada."

" Dan pantesan juga muka Lo kayak ganja bang."

" Emang kenapa?"

" Bahaya namun aku kecanduan."

" EAKKKK..."

⚔️⚔️⚔️



Part selanjutnya akan menjadi awal konflik dan membuat emosi para pembaca.

Spam lanjut ➡️

Btw semalam gak up karna hari kemerdekaan, jadi author sibuk nonton TV liat perayaannya 😄

Gionatan ( SUDAH TERBIT )Where stories live. Discover now