14. Dermaga dan rembulan.

239K 28.9K 4.3K
                                    

" sulit menempatkannya di sisi ku, karna dunia ku terlalu gelap untuknya." - Gionatan -

                         ️⚔️⚔️⚔️

Malam Minggu adalah malam bagi kebanyakan umat manusia beramai-ramai keluar rumah. Ada yang pacaran, cabe-cabean, dinner, atau nongkrong. Dengan begitu akan semakin banyak para pedagang kaki lima berjejeran di jalanan untuk memamerkan berbagai macam jajan-jajanan sehingga memanjakan lidah.

Sama halnya seperti pasutri muda itu dimana kini berjalan mengitari pantai yang dihiasi berbagai lampion melambung ke udara, kaki mereka melangkah semakin mendekat ke arah dermaga yang di huni oleh orang-orang lumayan banyak.

Sebenarnya Gio tidak mau keluar rumah, kalaupun dia mau, dia pasti lebih memilih nongkrong dengan teman-temannya saja daripada berjalan berdampingan seperti ini. Jika saja Rai tidak merengek seraya menangis meraung-raung sambil mengeluarkan jurus andalan
' ngidam', membuat Gio bersabar dan menurut saja.

Rai mengandeng lengan kekar suaminya dengan mata mengedar menatap seluruh penjuru pantai. Ia tersenyum manis merasakan terpaan dingin angin laut walaupun ia memakai hoodie tebal. Sementara Gio hanya menampilkan wajah datar dengan tangan menenteng sebuah kresek besar berisi jajanan istrinya.

Mereka berjalan memasuki dermaga, dimana sudah banyak para anak muda yang saling berpacaran dan nongkrong rame-rame.

Rai semakin merapatkan tubuh pada suaminya juga mengandeng posesif pada lelaki itu karena ia melihat banyak kaum hawa menatap ngiler suaminya dan kaum Adam yang berusaha menggoda dia.

Cewek-cewek centil disana berdehem kuat berusaha mencari perhatian Gio, bahkan ada yang berpura-pura tertawa kencang atau mengeluarkan ponsel untuk memotret laki-laki tampan itu.

" Sayang, duduk di sana yok." Ujar Rai menaikkan volume suara ketika ia tidak tahan melihat kecentilan kaum hawa tersebut.
Gio tentu sedikit terkejut, tapi ia hanya diam saja atau tidak membalas sama sekali.

Terdengar suara-suara sedikit riuh di kelompok perempuan itu.
" Pacarnya oiii.."

" Shit, buset. Udah punya pacar ternyata."

" Eh, tenang. Cuman pacar doang belum halal kok. Kita tungguin mereka putus."

" Yoiii.."

Sial, Rai semakin kepanasan mendengar ucapan-ucapan mereka semua apalagi di kalimat terakhir.
" Sayang, aku pusing lagi. Dede bayinya kayaknya masuk angin." Kata Rai seraya mengelus perutnya tepat menghentikan langkah ketika di hadapan perempuan-perempuan tersebut.

" Uhukk, uhukkk.."
Mereka semua tercengang bahkan ada yang menyemburkan minuman akibat tersedak mendengar ucapan Rai.

" Kalo gitu kita pulang." Ajak Gio menarik tangan Rai untuk berbalik.

Rai sontak menahan tangan suaminya lalu menggeleng pelan.
" Gak apa-apa kok. Cuman pusing biasa aja." Setelah mengatakan itu, ia menarik Gio untuk segera menjauh dari sana sambil terkikik geli melihat ekspresi para wanita tadi.

Mereka sampai di ujung dermaga lalu duduk berhadapan disana. Rai menyodorkan tangan meminta jajanan tadi.

" Apa sayang?" Tanya Gio pura-pura bingung alias menggoda.

Rai tentu blushing, ia menggigit bibir bawah malu lalu mengambil paksa jajanan tadi dari tangan Gio dan melahapnya masih ditemani rona merah di pipi sehingga pemuda itu tersenyum miring.

Rai menatap kebawah dermaga dimana terdapat air yang mungkin dalam, Ia sedikit bergidik takut sambil mewanti-wanti jika ada siren yang muncul nanti.

Gionatan ( SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang