12. Pulang.

233K 28.1K 1.4K
                                    

" jilat bibirmu sebelum mengatakan sesuatu kawan." - Gionatan -

                        ️⚔️⚔️⚔️

Dia menunduk menatap lantai seraya memegang erat-erat tali ranselnya, seolah-olah jika ia bertemu pandang dengan pemilik mata coklat itu maka kepalanya akan di penggal. Sudah hampir satu menit mereka saling diam sambil mengeluarkan aura masing-masing, satu ketakutan dan satu lagi kebengisan.

" Awas kalo Lo ikut." Peringat Gio, kemudian dia melangkah ingin keluar dari kamar! Namun tiba-tiba terhenti saat mendengar suara derap langkah kaki mengikut di belakangnya sehingga ia berbalik tanpa bisa menahan emosi.

" Lo bisa dibilangin?" Tanya Gio dengan suara menakutkan.

Rai menelan ludah kasar, ia mundur satu langkah saat Gio mendekat lalu..

Srekk

Kancing baju seragam milik wanita itu berserak ke lantai akibat sentakan Gio, Laki-laki tersebut tanpa banyak kata merobek baju istrinya.

" Gue gak segan-segan berbuat kasar sama Lo." Ujar Gio pelan lalu segera pergi dari kamar meninggalkan seorang istri muda yang kini menatap kabur kancing bajunya di lantai.

" DASAR PSIKOPAT...." pekik gadis tersebut histeris. Ia kini terduduk di lantai sambil menghentakkan kaki kesal.

Tok tok tok.

" Nyonya, ada apa? Ada yang bisa di bantu?"

" BIBI TOLONG BUNUH SI GIO KAMPRET ITU SEKARANG.."

Di balik pintu bik saron meringis mendengar perkataan majikannya tersebut, sungguh tidak masuk akal. Ia menekan gagang pintu dan sedikit terkejut melihat keadaan Rai yang merosot ke lantai dengan seragam atas terbuka menampilkan tank top hitam.

" Aduh, aduh, aduh... Kenapa atuh nyonya?" Bik saron berjongkok dan Rai langsung memeluk sambil menangis histeris.

" Rai cuman mau sekolah, tapi Gio malah gak izinin. Trus dia robek baju aku juga." Adu cewek itu.

" Kan semalam nyonya mimisan, trus tadi malam kan dokter datang buat periksa dan bilang kalo nyonya harus banyak istirahat dulu." Sahut bik saron.

Rai kini menatap tajam pembantu tersebut, ia menampilkan raut tidak suka sekarang.
" Bibi belain siapa? Gio atau Rai?"

" Bibi gak belain siapa_"

" GIO ATAU RAI?"

" iya, iya bibi belain Rai yang cantik ini." Jawab bik saron pasrah sehingga Rai tersenyum tipis lalu kembali memeluk wanita paruh baya itu.

" Nyonya jangan nangis lagi toh... Lebih baik nonton Tv atau santai-santai di rumah aja atuh.."

Rai berpikir sejenak, memilih untuk melakukan hal apa pada hari ini.
" Emm, aku mau ke rumah mamah sama papah aja hari ini."

Bik saron tersenyum lalu mengelus rambut perempuan tersebut lembut. Ia mengangguk setuju.
" Tapi di antar sama pak supir ya. Kalo sendirian nanti den Gio marah."

" Oke, tapi bilang sama Gio kalo aku nginap di rumah mamah nanti." Kata Rai.

Bik saron kembali mengangguk.
" Kalo gitu nyonya ganti baju, sarapan baru boleh pergi. Paham!"

" Hooh, tapi gak usah pake di kawal sama bodyguard segala ya. Cuman di antar sama supir aja."

" Iya atuh nyonya.."

                           ⚔️⚔️⚔️

Hufffttt.

Rai menghela nafas, ia menatap pintu besar di hadapannya saat ini. Matanya memanas, ia sangat merindukan tempat ini. Dimana tempat masa kecil dia juga tempat kedua orangtuanya. Rumah itu tidaklah bertingkat tapi amat sangat luas dimana mampu membuat orang tersesat. Ia tau sang ayah ( Arifin Prasetyo) yang bekerja sebagai TNI dengan lima bintang sebagai Pati atau perwira tinggi tidak begitu suka dengan kemewahan. Senyum bangga terukir di bibir Rai, oleh sebab itu juga ketika Arifin mengetahui kabar kehamilan putrinya di luar nikah menimbulkan kemarahan besar, sehingga dengan kejam ia tega menampar berkali-kali putrinya. Rai tidak pernah mengalahkan sang ayah, ia tau bahwa Arifin adalah sosok panutan juga sosok yang sangat di segani. Lantas dimana harga dirinya ketika nanti orang-orang tau bahwa putrinya adalah orang kotor yang sudah dinodai laki-laki lain.

Gionatan ( SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang