10. jadwal

235K 30K 2.3K
                                    

" jika kau bisa berusaha kenapa harus menyerah?" - Raisya -

                           ⚔️⚔️⚔️

" Bang, kok mata pelajaran kita bisa sama? Bukannya hari ini cuman kelas gue doang yang olahraga?" Tanya Pipit pada abangnya yang sudah siap dengan baju olahraga khas SMA Angkasa.

Galang meregangkan badan lalu menatap adiknya yang hanya sebatas lengannya saja.
" Mana gue tau, kelas gue juga tiba-tiba ganti jadwal pelajaran."

" Apa jangan-jangan ini ulah si Gio kali ya! biar dia bisa ngawasin si Rai."
Ujar Pipit.

" Bukan Gio, tapi bapaknya. Kalo si Gio mah mana peduli sama si Rai.." celutuk Franklin yang baru datang.

Pipit mengangguk mengerti, sudah pasti hal tersebut benar lantaran Tuan Aryo adalah pemilik sekolah ini.

" Pipit...." Rai berlari kecil lalu merangkul lengan gadis itu sambil berjalan menuju lapangan.

" Kok jadwal kita bisa barengan sama kelas kak Gio sih?" Tanya Rai.

" Gak tau, di rombak kali jadwalnya."

Prittttttttt...

Suara peluit pak Frans terdengar di penjuru lapangan sehingga semua murid-murid berkumpul membentuk dua kelompok yakni kelas XI dan XII. Beberapa adik kelas terkikik centil ketika mengetahui satu jadwal dengan Abang-abang kelas penghuni wajah dewa.

" SEMUA BARIS, KITA BAKALAN LAKUIN PEMANASAN DULU." perintah pak Frans.

Semua berbaris rapi sesuai kelas masing-masing agar segera bebas dari terik matahari, mereka sudah mulai kepanasan walaupun saat ini masih mata pelajaran pertama.

" Yang bernama Raisya angkat tangan." Ujar pak Frans setelah barisan sudah rapi.

Rai menaikkan alis pertanda bingung.
" Saya pak." Ia mengangkat tangan membuat perhatian berpusat padanya.

" Kamu keluar dari barisan, duduk di koridor dulu. Nanti siap pemanasan bapak bakalan panggil." Perintah pak Frans.

" Lah, cuman Rai aja pak? Saya gak ikut?" Ceplos Franklin.

" Silahkan, tapi jangan harap bakalan dapat nilai." Jawab pak Frans membuat Franklin mendengus.

Rai berjalan keluar dari barisan masih di temani raut bingung, dia duduk di koridor dan kini menatap barisan tersebut yang sudah mulai melakukan pemanasan.

Ia tau, ini semua pasti karena permintaan Aryo. Ia teringat sebab sekolah ini adalah milik ayah mertuanya, Rai mendengus menatap malas siswa-siswi yang kini melakukan lari keliling lapangan. Ia juga ingin seperti mereka, mengomel merasakan kepanasan, berkeringat, juga ngos-ngosan. Tapi apa daya, ia hanya bisa menonton miris melihat semua itu.

Mereka semua berlari mengelilingi lapangan sehingga pasti akan berpapasan dengan Rai, perempuan itu sesekali membalas sapaan teman-temannya ketika melintas di depannya.

" Semangat Rai.." teriak Galang ketika melintas membuat Rai terkekeh pelan, ia hanya duduk manis saja di katain semangat.

Rai menelan ludah payah ketika ada satu sosok yang berhasil menghipnotis, cowok itu berlari ditemani keringat serta wajah datar. Pandangan dia hanya lurus ke depan atau sama sekali tidak menoleh pada Rai ketika baru saja melintas.

" Suami gue itu." Ujar Rai dengan bangga dalam hati.

Ia mengamati lelaki tersebut yang sangat serius berlari, tatapan elang dia beughh...

Setelah tiga kali putaran, semua kembali ke barisan seperti semula, Mereka masing-masing masih ngos-ngosan seraya duduk.

" RAI, KEMARI." panggil pak Frans.

Gionatan ( SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang