Saking tegang, takut, dan seriusnya membaca pemberitaan gadis hilang, dia sampai tak sadar kalau sebenarnya sudah ada seseorang yang berdiri di belakangnya. Orang menakutkan yang ingin dia bongkar kedoknya. Orang yang membuatnya pingsan tadi.

Pak Guntur.

"Saya baik sama kamu karena kamu ini istimewa, tapi kalau terus saja ikut campur- foto kamu nanti yang terpajang di sini, Permai." Dia berbisik seraya ikut melihat berita gadis hilang di majalah dinding.

DEG, detak jantung Mai seakan berhenti sesaat. Ia menahan napas. Kakinya terpaku di tempatnya berdiri.Suara lirih nan kiri pria itu membuat bulu tengkuknya meremang. Pundak pun ikut gemetar kala melihat wajah Pak Guntur terpantul di kaca papan majalah dinding.

Kuku jemari tangan kanan Pak Guntur perlahan memanjang dan meruncing layaknya binatang predator. Dia hendak mencengkram leher belakang Mai. Bau gadis muda memang sulit ditolak oleh instingnya saat ini.

Namun, belum sempat tangan itu menyentuh leher Mai, sebuah garpu perak melesat cepat dan menancap ke pergelangan tangannya. Pria itu pun langsung berteriak, "Ah!" seraya mundur dan mencengkram tangannya sendiri.

Kejadian itu cukup cepat hingga tak mampu dilihat oleh Mai. Dia menengok ke arah sang pelempar yang ternyata adalah Axel.

Axel masih membawa beberapa garpu serta pisau kue yang tipis dan kecil terbuat dari perak. Entah sejak kapan dia berada di situ, tapi kelihatannya dia sudah melihat seluruh kejadian barusan. Caranya memandang guru itu dipenuhi amarah.

"Jika Bapak menyentuhnya lagi, lemparan saya selanjutnya pasti kena di bola mata bapak," katanya dengan suara dingin.

"Axel!" Pak Guntur mencabut garpu dari pergelangan tangannya. Dia meringis kesakitan.

Hal itu menyebabkan darah mengalir keluar dan tetes demi tetes membasahi lantai lorong sekolah ini. Dia meremas luka itu sesaat untuk menyembuhkan diri. Perak memang kelemahannya karena dia adalah manusia serigala, tapi bukan berarti tusukan semacam itu bisa membunuh. Hanya saja, regenerasinya melambat.

Mai berlari ke arah Axel dengan pandangan masih tidak percaya. Dia makin ketakutan tatkala mulut Pak Guntur yang melebar, memperlihatkan deretan gigi yang berubah runcing. "Dia-"

Kejadian sebelum pingsan kembali teringat oleh Mai. Dia menelan ludah, dan tidak menyangka kalau guru olah raganya ini memang bisa berubah menjadi makhluk aneh. Mulut melebar dengan gigi runcing, pupil mata yang berubah mirip predator, ditambah lagi kuku tangan pun menjadi cakar.

"Berubah di siang hari, dia pasti sudah gila," gumam Axel sembari mengantongi beberapa benda perak di saku celananya. Kemudian, dia menoleh pada Mai, "menjauhlah sedikit."

Mai mundur sangat jauh.

Ketika Mai menjauh, insting pemburu Pak Guntur bereaksi. Dia seperti tidak ingin buruannya pergi. Jadinya, dia spontan berlari maju hendak mengambil gadis itu kembali. Ada sesuatu yang tidak beres dengan pria itu, dan Axel menyadarinya.

Memanfaatkan situasi yang sepi, Axel tidak main-main. Dia meninju wajah guru olah raga tersebut, lalu menendang perutnya sampai terlempar jauh dan menabrak tembok kelas. Saking kerasnya, tembok itu retak, lalu hancur berlubang.

"Jangan pernah menyentuh Mai-ku." Axel memperingatkan.

Pak Guntur membalasnya dengan mencengkram tangan kanan Axel, menahannya agar tidak menyerang. Dia hendak mematahkan leher Axel, tapi laki-laki itu berhasil mengelak- walau bahunya terkena cakaran.

Kemeja putih Axel dari bahu hingga depan pun robek. Dia menarik lengannya sampai terlepas dari cengkraman tangan Pak Guntur, kemudian meninju perut pria itu kembali sampai menjauh darinya.

Langit dan lantai bergetar karena pertarungan mereka. Debu-debu dari plafon terlihat berjatuhan.

Ketakutan dengan hal yang tidak masuk akal seperti ini, Mai berlari di sepanjang lorong menuju ke pintu keluar gedung sekolah. Terlalu takut, dia sampai tidak merasakan sakit pada bagian betis.

Dia melewati beberapa guru yang keluar dari ruangan mereka karena mendengar kegaduhan. Sedikitpun dia tidak berminat untuk menceritakan apa yang terjadi. Dia sempat menoleh ke belakang, para guru bergegas pergi ke sumber suara.

"Mereka bukan manusia!" gumamnya dengan tubuh yang masih gemetaran. Dia tidak bisa menghilangkan bayangan sekilas tentang pertarungan non-manusia barusan.

***

NOTE.

Semua ceritaku yang ada werewolf-nya itu berdasarkan mitologi & serial Supernatural ya, Kek takut perak, bentuknya ya mayan serem, dll. Mereka juga suka makan jantung manusia, cuma kalau pureblood biasanya bisa ngendaliin diri makan jantung binatang, ya tapi namanya juga predator.

Intinya ceritaku ini werewolf-nya berdasarkan mitologi + series supernatural, jadi mungkin ada versi penulis lain yang beda.

Nih modelannya werewolf di Supernatural.

Nih modelannya werewolf di Supernatural

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
KELABU (Werewolf Story) [END]Where stories live. Discover now