SoonHoon : Love Story (2/3)

Start from the beginning
                                    

"Kenapa? Kau tidak terima dan merasa kecewa dengan sikapku? Seharusnya kau sadar sejak awal kalau aku tidak suka di dekati. Jadi jangan merasa di rugikan kalau aku tidak ingin memakan masakanmu barang sesuap. Pergi, jangan melakukannya lagi. Jika masih belum paham juga, dengarkan ini baik-baik.. aku tidak Sudi di dekati wanita yang tidak selevel denganku. Kau hanya gadis penjual tumisan di pasar. Aku putra dari keluarga terhormat dan hanya menerima gadis yang satu level. Kau paham sekarang?"

Soonyoung memaki diri. Ia sadar betul sudah berlaku kasar, hari itu ia baru saja mendapati operasinya gagal, pasiennya meninggal di tangannya. Makanya saat itu moodnya sedang kelewat buruk, kedatangan Jihoon hanya menambah bebannya saja. Ia begitu egois dan jahat memperlakukan Lee Jihoon dan sebenarnya ia ingin meminta maaf karena ucapannya. Hanya saja padatnya waktu dan ego menutupi rasa bersalah.

"M-maafkan aku..."

.

Wonwoo datang membawa banyak bingkisan. Bahkan beberapa pegawai rumah sakit lain yang akrab dengan Jihoon ikut datang menjenguk. Mereka menatap iba dan tak tega dengan kondisi Jihoon. Sangat menyedihkan.

"Jangan menatapku begitu dokter Jeon, aku masih bisa jalan setelah menjalani terapi heheh"

"Oh-- aku tidak-- baiklah. Maafkan aku ji. Kau harus segera sehat sayang. Jangan kelelahan, kalau kau butuh teman, kabari kami, kita pasti akan datang menemanimu"

Jihoon meringis, sudut bibirnya robek dan terasa begitu perih untuk tertawa.

"K-kwon Soonyoung-ssi, bagaimana kabarnya?"

Para penjenguk nampak kaget, lalu tertawa hambar. Ada rasa tercubit dan kesal karena Jihoon masih saja perhatian kepada si bebal Soonyoung.

"Dia sehat. Maafkan kami tidak bisa mengajaknya, dia cukup sibuk di rumah sakit ji"

"Tak apa dokter. Asal dia sehat saja aku sudah cukup senang"

"Ya, lain kali akan aku ajak dia kemari, supaya kau cepat sembuh, bagaimana??" Mingyu menggoda, bukankah hal yang membahagiakan seseorang akan lebih cepat menaikan imun?

"J-jangan. Tidak perlu membawanya kemari. Aku hanya ingin tahu kabarnya saja..."

"Ah--- begitu. Baiklah kita menurut padamu saja"

"Wonwoo-ssi. Boleh aku menitip sesuatu untuk di sampaikan ke Soonyoung?"

"Tentu, apa itu?"

Susah payah Jihoon menggapai kotak kecil di rak meja rias, ia menyerahkan bingkisan kecil mirip gantungan berbahan kain.

"Itu jimat kebugaran. Dulu aku membelinya saat pertukaran pelajar di Jepang. Aku salah membeli jimat, seharusnya beli yang warna pink untuk asmara, tetapi aku malah membeli yang putih untuk kesehatan"

Wonwoo menatap jimat kain ukiran kanji Jepang itu dengan wajah tertekuk, antara kesal dan iri dengan perhatian Jihoon.

"Sepertinya setelah sehat, aku tidak akan datang kembali ke rumah sakit. Tidak akan lagi mengirim sarapan, makan siang atau malam untuk Kwon Soonyoung. Sejujurnya aku sangat kuatir akan pola makannya buruk, tapi bagaimana lagi.. itu sudah bukan tugasku dan hak ku mengatur jadwal makannya. Jadi.. aku hanya bisa memberinya jimat kesehatan agar Kwon Soonyoung-ssi tetap terjaga"

Beberapa pegawai tertunduk lesu, tidak tega bertatap muka dengan Jihoon. Mereka paham, sepertinya hati gadis itu sudah tertolak dan menyerah akan perasaanya.

"Ji, kau sudah berjanji tidak akan menyerah kan?"

Menatap sekilas Jeon Wonwoo, Jihoon kembali merunduk karena ia malu sudah merasa kalah.

My IWhere stories live. Discover now