[6] BUKAN DIA

55.6K 5.7K 345
                                    

Jika belum bisa menjadi lelaki sholeh, jadilah lelaki yang bertanggung jawab.
•••
••

Adnan tertegun hebat setelah pulang dari lamaran panjang yang ia lakukan bersama Bunda dan Ayahnya tadi siang. Tatapannya sangat kosong, bukan kebahagiaan yang Adnan dapat, tapi sebuah penyesalan.

"Ya Allah!" Adnan menepuk tengkuknya dengan tetesan air mata yang terjatuh kian banyak.

"Adnan," panggil Sari-Bundanya. "Kamu kenapa?" Sari menepuk punggung putranya yang duduk termenung di depan laptop.

"Adnan keliru Bunda," ia mengusap pelan air mata yang terjatuh, menatap dua wanita di dalam foto yang ia pegang.

"Adnan melihat wanita lain di sini," tunjuknya.

Sari terdiam, ia mengambil foto yang ia berikan kepada putranya kemarin, meminta Adnan menikahi Adinda salah satu dari wanita sholeha itu.

"Apa maksud kamu nak?"

"Adnan mengagumi wanita yang berdiri di sebelah Adinda Bunda," tuturnya.

Napas Sari berhembus dengan kasar, tak yakin dengan apa yang barusan ia dengar dari Adnan

"Kenapa Adnan gak pernah cerita, kenapa Adnan gak jujur sama Bunda?" tanya Sari semakin panik.

"Adnan bukan lelaki sholeh Bunda, tak pantas rasanya bersanding dengan wanita baik seperti Anisa."

"Adnan lupa. Kalau Adnan punya Allah." sambung Adnan dan itu terdengar sangat lirih.

"Sekarang, setelah lamaran Adnan diterima oleh Adinda, kenapa hati Adnan tak tenang?" tatapannya meneduh, ia seakan dirutukki penyesalan yang sudah terlambat.

Sari menutupi mulutnya, ia kaget sekaligus tak percaya Adnan menyukai Anisa selama ini, ia kira Adnan terlalu sibuk sehingga ia tak punya waktu banyak untuk mendekati wanita di luar sana.

"Nak!" Sari mengusap puncak kepala Adnan dengan halus. "Jika Adnan belum mampu menjadi lelaki sholeh. Jadilah lelaki yang bertanggung jawab!"

"Selesaikan apa yang kamu mulai. Nikahi Adinda yang tadi siang sudah kamu lamar!"

I K H L A S
•••


Adinda merebahkan tubuhnya di kasur, jam sepuluh malam ia baru sampai di rumah karena acara panjang yang terjadi di rumah mertuanya beberapa jam yang lalu.

Mencoba menutup mata, Dinda mencoba terlelap tapi sangat amat susah.

Ceklek

"Adinda," panggilan lembut dari Adnan membuat Dinda bangkit. "Udah tidur?" tanyanya. Ia mempercepat langkah hingga sampai di sisi kiri ranjang.

"Mas tidur di sini ya, temani kamu," ucap Adnan.

Dinda bergeming. "Anisa yang meminta Mas untuk ke sini?" tanya Dinda cukup yakin. Hal itu membuat Adnan membisu, ia tak bisa menjawab pertanyaan Dinda yang pada dasarnya itu benar. Anisa memang menyuruhnya untuk menemani Dinda di sana.

IKHLAS [END]Where stories live. Discover now