[1] BERBAGI SUAMI

96.3K 7.9K 1.1K
                                    

Ya Allah, aku ingin meminta ampunan-Mu.
•••
••

Mohon maaf sebelumnya, aku cuma mau bilang jangan menghakimi salah satu dari tokoh IKHLAS ya, mereka punya sisi sakit masing-masing, dan sudut pandang pembaca beda-beda, jadi jangan saling war. Oke!

•••

Adinda meremat jemari kanannya membentuk tinju, sedangkan tangan kirinya digenggam erat oleh lelaki yang berstatus suaminya. Adnan Pratama Hamid.

Hari ini datang juga, hari saat Adinda disuruh menghadap seluruh keluarga Adnan dan juga keluarganya sendiri.

"Adinda," panggilan mendayu dari depan membuyarkan lamunan Adinda. Ibunda dan Ayah mertuanya tengah duduk di depan dirinya dan Adnan.

"Sudah lebih dari tiga tahun Nak, kamu belum juga hamil," ucapnya. "Kami juga menginginkan seorang cucu, semakin hari umur kami semakin bertambah."

Lagi, ia meremas kuat sofa yang Adinda duduki. Dinda wanita tak sempurna, itulah yang dikatakan orang-orang kepadanya, lantaran Dinda belum hamil setelah tiga tahun menikah.

"Dinda," kali ini Dinda mengenali suara itu. Iya, Bundanya sendiri mulai bersuara. "Bujuk suamimu untuk menikah lagi Nak," pintanya.

Ya Allah, hati Dinda begitu sakit, seakan disayat dengan sembilu tajam ketika mendengar permintaan dari sang Bunda.

"Maafin Bunda Nak. Tapi wanita yang tidak memiliki anak, tak bisa disebut wanita sempurna. Jika kamu tak bisa memilikinya, biarkan suamimu memiliki anak dari wanita lain."

Rani terdiam. "Jangan menjadi egois Nak. Jangan menyakiti hati suami dan keluargamu!" titahnya diiringi dengan penegasan.

Benarkah Dinda wanita yang egois ketika dirinya tak bisa memberikan keturunan?

Bagaimana bisa mereka membenci kekurangan yang Tuhan takdirkan untuk dirinya.

Adinda mengangkat wajah dengan pelan, menatap Bundanya penuh kepiluan.

"Tolong Dinda Bunda. Dinda mencintai Mas Adnan. Dinda belum siap di madu," andai ia bisa mengatakan kalimat itu, apa akan membuat ia terbebas?

Dinda mengangkat garis bibirnya lalu tersenyum cukup getir.

"Akan Dinda bujuk Mas Adnan untuk menikah lagi Bunda," jawabnya.

"Tapi sebelum itu. Boleh Dinda sholat? Dinda ingin meminta ampun kepada Allah."

Mereka semua saling memandang, menatap mata wanita yang tengah duduk di hadapannya. Sesaat, diam mengusik ruangan bernuansa biru muda itu.

Air bening dari sudut mata Dinda terjatuh, Dinda tak menginginkan ia menjatuhkannya sekarang, ia hanya ingin menangis terisak di hadapan Ya Rabb-Nya. Namun, hati wanita itu terasa amat sakit.

"Boleh," balas Bundanya sambil mengangguk.

Dinda menyeka air matanya pelan. Melepas genggaman Adnan lalu menatap kedua mertuanya dengan senyuman.

"Maaf. Ayah, Bunda Dinda izin masuk ke kamar dulu."

•••

IKHLAS [END]Where stories live. Discover now