22. Tidak sesuai Warna

Start from the beginning
                                    

⭐⭐⭐

Alika menyusul Devin dengan mata yang sudah siap untuk menangis.
"Devin..." Cicit Alika pelan.

Devin duduk dengan tenang di meja belajarnya dengan membelakangi Alika. Dia mendengarkan panggilan pelan dari Alika, tapi sengaja mengabaikannya

"Devin jangan marah... Alika tadi marahnya bukan ke Devin, tapi ke penjual Apronnya. Devin jangan marahin Alika, yah?"

Alika berdiri di samping Devin, lalu  menarik lengan cowok itu.
"Jangan marahin Alika lagi, ya?"

Devin menghela nafasnya lau melirik ke arah Alika. "Gue nggak marah."

"Tapi Devin tadi ninggalin Alika."

"Gue gak suka sama cara lo kayak gitu."

Alika mengerucut bibirnya. Ia menumpukan wajahnya ke atas meja sambil menatap Devin, dengan posisi di samping Devin.
"Alika minta maaf, ya?"

"Hm."

Alika tersenyum lebar. Ia lega Devin tidak marah lagi. Bukan apa-apa, Alika di sini tinggal sendirian bersama Devin, kalau Devin marah dan mengacuhkan Alika, Alika bakal kesusahan.

"Lo kenapa bisa di sana?"

"Di ajak sama temen-temen."

"Lo bohong," ujar Devin. Wajahnya masih menatap Alika datar. "Lo bilang di rumah Lita."

"Alika nggak bohong kok, sumpah." Alika membela dirinya. "Tadi Alika awalnya emang di rumah Lita, tapi mereka ngajak ke mall, yaudah Alika ikut."

Alika sudah menjelaskan yang sebenarnya. Mau Devin percaya atau tidak terserah, tapi Alika akan tetap memaksa dan membujuk Devin supaya percaya padanya.

"Kenapa gak ngasih tau gue? Lo itu tanggung jawab gue bego. Kalau lo hilang, gue yang bakal repot. "

"Devin pergi juga nggak ngasih tau Alika."

Devin terdiam. Benar juga. Ia marah Alika yang pergi tanpa memberi tahu, namun bodohnya ia juga pergi tanpa memberi tahu Alika.

"Tapi nggak apa-apa... Alika nggak marah, Alika nggak bisa marah ke Devin. Devin udah makan siang belum?"

Alika bahkan tidak memarahi Devin. Dia malah dengan pedulinya bertanya apakah Devin sudah makan atau belum.

Bagaimana bisa Devin masih bisa marah dan bersikap dingin dan menatap Alika dengan wajah datar?

"Belum."

"Yaudah kita ke dapur aja. Biar Alika masakin Devin, yuk!" Alika menarik Devin sekuat tenaga untuk mengikutinya ke dapur. Ia tidak sabar menunjukkan pada Devin kalau ia sudah bisa memasak.

💬💬💬

Setelah meletakan masakannya dengan bangga dan perasaan senang, Alika duduk di depan Devin.

Alika lagi-lagi tersenyum lebar dan semakin lebar hingga menampilkan giginya yang masih bewarna hitam karena makan ayam kecap tadi.

"Enak 'kan masakan Alika?" tanya Alika. Nada suaranya terdengar bangga akan hasil usahanya tadi.

"Lumayan... Nggak gosong kayak waktu itu."

Alika menghiraukan ucapan Devin yang bisa membuatnya patah semangat. Dia tidak terlalu mendengarkan dan memikirkan ucapan atau pendapat seseorang yang bisa memupuskan harapan atau sekadar mematahkan semangatnya.

ALIKA & DEVIN ( TAMAT ) Where stories live. Discover now