"aduh gusti, nggak bisa bayangin gimana terlukanya tuan jika tahu penghianatan istrinya" monolog Asep yang kini melangkah gontai menuruni tangga

"loh kok barangnya dibawa turun lagi,  Sep?" ujar Imah melihat tangan Asep masih menenteng paper bag yang katanya milik nyonya rumahnya ketinggalan di taxi tadi

"oh, anu, mm..nyonya Elana sepertinya ketiduran, nggak enak ganggu" Asep kelimpungan cari alasan, bukan apanya, ia masih belum yakin ingin membongkar rahasia besar Elana, meski dengan Imah sekalipun, ia belum memiliki bukti nyata membuatnya urung mengatakan apa yang baru saja diketahuinya

Asep merasa tak pantas mencampuri urusan rumah tangga tuannya, tapi ia juga tak bisa membiarkan kelakuan Elana. Ia masih bingung saat ini. Antara menjaga perasaan tuannya dengan menutup mulut atau berusaha mengumpulkan bukti untuk membongkar kelakuan nyonyanya dengan mempertaruhkan kesakitan jiwa tuannya.

Kehilangan calon bayi saja Alex begitu terpuruk, gimana jika mengetahui istri tercintanya malah bermain serong dibelakangnya? bisa sekarat tuannya itu. Pikir Asep

"yaudah sinikan, nanti saya berikan ke nyonya jika sudah turun untuk makan" Imah meraih paper bag itu

"baiklah, terimakasih bik, Asep keluar dulu" pamit Asep

Setelah Asep keluar, Imah sidikit mengintip barang di balik paperbag

"kali aja ada bukti perbuatannya" gumam Imah, bukan maksud kurang ajar tapi Imah memang sekepo itu jika di belakang tuan dan nyonya rumahnya

Salahkan saja Elana, berkat dirinya membuat peraturan memecat pembantu dan mempekerjakan Imah hanya part time membuat Imah bisa mengetahui belang nyonya cantiknya yang sudah ia jaga beberapa tahun ini.

Ya, bik Imah juga pernah sekali menangkap basah kelakuan Elana di belakang Alex.

Imah yang biasanya hanya bekerja sahari semalam di rumah Alex tapi kini mendapat waktu senggang sejak pekerjaannya hanya sebagai tukang masak membuat Imah mencari kerja serabutan di luar. Dan malam itu, saat Imah pulang kerja dari warung pinggir jalan, ia tak sengaja melihat nyonya mudanya baru saja keluar dari hotel bersama seorang pria, tapi Imah yakin itu bukan majikan laki-lakinya yang tengah bersama istrinya sebab tuannya kala itu sedang dinas ke luar kota. Apalagi bodi laki-laki itu jauh berbeda dengan postur milik Alex

Namun Imah yang hanya memiliki ponsel anti kamera tak bisa mengabadikannya dan menjadikannya sebuah bukti

"jadi ini sebabnya nyonya tak ingin banyak pekerja tinggal dirumah? Apa karna ia sudah tak sanggup menahan lagi perbuatannya?" tanya Imah tak habis pikir

"pantas saja, suami nikah dengan daun muda malah setuju-setuju aja, rupanya ia mau bermain aman" monolog Imah menatap mobil yang dinaiki nyonya dan pria yang tak sempat Imah liat mukanya melaju pada malam itu

======

bukannya fokus pada pemaparan sekertaris lawan bisnisnya, pikiran Alex malah tertuju pada rumahnya. ia tampak gelisah dilihat dari duduknya yang banyak gerak. bukan, bukan gelisah karna membuat istri sahnya merajuk karna permintaan wanita berusia 34 tahun itu masih belum Alex kabulkan, tapi kegelisahannya kali ini tertuju pada wanita muda yang tadi malam kembali ia sentuh setelah puasa selama 10 hari usai membiarkan wanita itu pulih sepenuhnya, istri mudanya, Maura

*si4l! Kenapa wanita itu menganggu konsentrasi ku sih* umpat Alex dalam hati

Meringis kala mengingat semalam ia kembali bermain sampai beberapa jam akibat dorongan nafsunya tak bisa surut jika berhadapan dengan Maura yang diam-diam mengambil alih sebagian fungsi otaknya. Meski permainan tidak lagi dengan cara Alex yang dominan kasar tapi rasa menggebu setiap ingin mencapai puncak permainan tetap membuat Alex lupa diri. Alex tak bisa memungkiri bahwa nyatanya bermain lembut dan penuh penghayatan atas pergulatan panas mereka tadi malam nyatanya jauh lebih nikmat dan membekas dari pada caranya selama ini yang hanya menuntut pelepasannya seorang diri

Derita Istri SiriWhere stories live. Discover now