Part 11 : Happy

156 34 3
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi, saatnya siswa-siswi pulang ke rumahnya masing-masing. Senyuman tidak lepas dari wajah Gina mengingat kejadian tadi. Sedari tadi ia gagal fokus, sungguh Fajar membuatnya tak berdaya hanya dengan hal sepele seperti ini.

"Gina, gimana udah dijumpai Fajar?" tanya Dewi kepo apakah rencananya berhasil membuat Fajar menemani sahabat tersebut.

"Sksksks! Gue meleyot anjir," jawab Gina dengan perasaan yang tidak karuan.

"Bagus deh, setidaknya lo gak jadi gila!" ucap Via ikut nimbrung.

"Gak udah banyak bacot deh! Gue pulang dulu udah di tunggu sksksks, Aaahhh!" Gina berlari dengan berteriak senang.

"Gila tuh anak, giliran udah sama Fajar lupa dia sama kita," decak Via pada Dewi yang terlihat biasa saja.

"Udalah biarin, entar kalo di jauhin sama Fajar balik lagi dia sama kita," jawab Dewi tertawa.

"Yok balik, gue laper." Via memegangi perutnya yang sudah terasa lapar.

***

"Senangnya dalam hati, Ey ... Ey!" nyanyi Gina menirukan suara uncle Muthu dalam kartun Upin-Ipin.

Ia masih dalam perjalanan menuju  parkiran, jalanya sangat santai di penuhi dengan senyuman, ucapan Fajar masih terngiang-ngiang dalam pikirannya. Ada apa gerangan Fajar mengajaknya pulang bareng? Oh ... Tidak-Tidak Gina menjadi sungguh geer Fajar mau menembaknya, sungguh itu tidak mungkin bukan?

"Ah! Gak mungkin gak mungkin, lo jangan geer Gina!" Gina merutuki dirinya sendiri karena berfikir yang tidak mungkin.

"Nah itu dia!" ucap Gina dalam hati melihat Fajar yang telah menunggunya di bawah pohon sambil bermain bola.

Yah, Anak SMP pulang lebih dulu beberapa menit dari pada Anak SMA. Ini membuat Fajar harus menunggu Gina, karna bosan ia pun meminjam bola di sekolah dan memainkannya di bawah pohon yang rindang.

Fajar belum sadar bahwa Gina telah sampai, Gina juga tidak memberitahu Fajar. Ia malah terpesona dengan adik kelasnya tersebut. Kringat Fajar mengalir dari plipis ke leher, membuatnya lebih terlihat ber-damage di mata Gina.

Ketika itu juga Gina menjadi senyum-senyum sendiri dengan hayalanya yang menjadi pacar Fajar. Tidak hanya itu Gina suga sampai membayangkan ia dan Fajar menikah, Ahh asiknya menghayal.

'Bugh!'

"Aduhh! Sakit bat anjir!"

Gina memegangi kepalanya yang dilempar bola, sakit? Lumayanlah bola sepak cukup keras. Tapi rasa sakit itu hilangs ketika saat Fajar berdiri di depannya, dan teryata Fajar lah yang melemparkan bola tersebut ke Gian.

"Lho Fajar? Kok disini, bukannya tadi di bawah pohon yah?"

"Kakak ngapain disini? 'Kan Fajar nyuruh Kakak nemuin Fajar bukan liatin Fajar," jawab Fajar cepat.

"Hehe, iya Gina lagi liat Kalimantan," jawab Gina malu-malu.

Fajar tidak ingin bertanya ataupun membalas pengungkapan Gina, ia malah menarik Gina pergi dari situ.

"Eeh, Fajar! Fajar gak nanya kenapa Gina bilang Kalimantan?"

"Gak!"

"Fajar tau artinya Kalimantan?"

"Gak!"

"Yaudah Gina kasih tau yah."

"Gak!"

Seketika Gina menjadi diam, Fajar kembali ke sifat awalnya, Gina berjanji tidak ingin banyak bertanya lagi karna Fajar akan menjawab "Gak!"

Wajah Fajar terlihat dingin, biasa saja tanpa ekspresi, tapi sejujurnya di dalam lubuk hatinya yang terdalam ia gemas dengan Kakak kelasnya tersebut. Dan sebenarnya ia tau arti Kalimantan tapi ia pura-pura tidak tau, agar Gina diam dan tidak bertanya-tanya lagi.

Awalanya ia tidak yakin Gina bisa diem hanya karna ia menjawab "Gak!" di setiap pertanyaan yang dilontarkan Gina, tapi ajaib Gina menjadi diam seketika. Sedikit aneh biasanya Gina tidak seperti ini, biasanya juga Gina selalu nyinyir walaupun Fajar tidak memperdulikanya.

"Pokoknya gue harus diem biar Fajar gak terganggu, entar dia gak jadi anter gue pulang lagi!" ucap Gina pada diri sendiri.

Fajar menggeret Gina menuju mobil yang didalamnya terdapat supir, yah itu adalah supir pribadi Fajar. Karna seseorang siswa SMP belum diperbolehkan mengendarai mobil karna akan sangat berbahaya.

Fajar membukan Gina pintu di belakang, sungguh ini tidak aman untuk jantung Gina, tolong jangan buat Gina seperti ini. Dari pintu sebelah Fajar masuk ke dalam mobil tapi ia tidak duduk di depan, melainkan di belakang sebelah Gina. Ah, ini tidak mungkin Gina mengira Fajar akan duduk di depan di samping Pak supir nyatanya Fajar lebih memilih duduk dibelakang bersama Gina. Ooh beruntungnya ia.

"Jalan, Pak."

Keadaan yang canggung, pandangan Fajar hanya berfokus pada jalan di depan, sedangkan Gina bingung ingin melakukan apa, tidak biasa Gina begini.

"Kita kemana Den?" tanya Pak supir saat telah tiba di pertengahan jalan, karna sungguh tidak mungkin Fajar membawa anak prempuan ke rumah.

Fajar langsung memasangkan kedua headset ke telinga Gina, dengan lagu Sweet but Psycho lagunya diputar dengan suara yang cukup kuat, tapi tdak terlalu kuat karna akan sakit.

'Deg!'
Apa ini? Jantung Gina berdisco tiga kali lebih kencang dari pada yang tadi. Fajar memasangkan headset ke telinganya dengan sangat romantis menurutnya.

Setelah memasangkan headset tersebut Fajar berdiri membisikkan Pak supir untuk mengantarkannya ke sebuah cafe dengan alasan ia ingin berterima kasih dengan Gina karna sudah mengajarinya. Yah sedari tadi Fajar sudah memikirkan alasan ini agar Pak supir tidak mengadu pada Mamanya.

Tentu saja Gina tidak bisa mendengarkannya. Yah, ini adalah alasan Fajar memasangkan headset ke Gina agar Gina tidak tau bahwa Fajar mengajaknya ke sebuah cafe, karna Gina hanya tau Fajar mengantarkannya pulang saja.

Setelah itu Fajar kembali duduk, dan menatap Gina sekilas, ia lalu mendekst ke arah Gina dan mengambil salah satu headset lalu mendengarkannya bersama Gina.

"Kak lagunya enak gak?" tanya Fajar.

"Enak kok, Gina suka," jawab Gina dengan hati yang berdebar-debar.

"Ini lagu favorit Fajar lho," ucap Fajar lagi.

"Ooh yah?" tanya Gina gugup, bagaimana bisa Fajar jadi banyak bicara tidak seperti tadi. Ooh sungguh sifat Fajar tidak bisa ditebak begitu saja.

"Kak," panggil Fajar. Dan Gina langsung menoleh tanpa menjawab.

"Ck, Kakak kok diem aja sih? Kok kakak gak nyinyir lagi? Kakak gak suka Fajar ajak pulang bareng yah? Mobil Fajar jelekk yah? Atau Kakak balas dendam karna sering Fajar cuekin!?"

Seketika Gina tersenyum geli mendengar pertanyaan Fajar. Gina masih tidak percaya ini Fajar berbicara panjang lebar di depannya.

"Kak kenapa ketawa, gak ada yang lucu juga!" kesal Fajar.

"Fajar yang lucu," jawab Gina mencubit pipi Fajar.

"Eeh, ini kita kemana, Jar?" tanya Gina yang mulai sadar ini bukanlah jalan pulangnya.

"Makan dulu yuk Kak," ajak Fajar ketika mobil sudah terparkir di sebuah cafe.

Mas F Where stories live. Discover now