♛Part 5 KV - Siapa Stres?♛

74 37 170
                                    

Tidak ada yang tahu seberapa lama hidup ini akan tetap berjalan sebagaimana mestinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tidak ada yang tahu seberapa lama hidup ini akan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Terlebih lagi diriku yang mendapat gelar orang gila. Dengan penglihatan seadanya, aku mendapati sosok yang membuat jantung berdetak kencang melebihi kecepatan hantu Indonesia.

Perlahan-lahan langkah kaki itu mendekatiku, seraya memberikan naungan. Mataku seakan tidak bisa berkedip, dan aku cuma bisa menatap lekatnya dari jarak dekat. Selintas pikiranku melayang, apakah dia Ucok yang berubah menjadi wanita jadi-jadian? Jika benar, aku bersumpah tidak akan pernah menanam benih perasaan. Sebab tidak ada proses persalinan yang ada perbatangan.

"Mau gue anterin ke rumah sakit jiwa? Gue kasian sama lo, mana masih muda lagi."

Setengah mulutku terbuka sembari memandanginya tidak percaya. "Masih enggak ngomong? Oke, gue bantu bawa lo kembali ke sana."

Menduga tangan itu akan menyeretku ke tempat yang sama seramnya seperti liang lahad. Aku pun dengan sigap mengambil payungnya lalu melemparnya ke sembarang arah.  Memiliki perkiraan di mana akan ada amukan singa tanpa gender yang jelas, nyatanya dia malah melompat-lompat kesenangan bagaikan pocong habis naik kelas.

Lantas, apakah diriku ini pantas dikatai sebagai orang tidak waras? Dasar manusia zaman sekarang, pandai berucap. Tapi, tidak sadar bahwa dirinya masih saja melakukan kesalahan.

"Lo beneran gila, ya? Kenapa payungnya dibuang gitu? Baju gue basah kan jadinya." ocehan mulutnya sama sekali tidak kugubris. Bagiku sudah cukup seorang Ralvi selalu dikaruniai hadiah tak terduga berupa malapetaka.

"Bisa ngomong gak sih? Argh, ngeselin banget. Udah baik gue nolongin lo."

"Tau gini, gue biarin aja lo sendirian kayak orang str---"

Aku membekap mulut cabe rawitnya sambil berkata," cantik doang, omongan kayak orang gak berpendidikan."

Merasa tersinggung, dengan bengisnya dia menggigit kuat tanganku sampai menyisakan bekas. "Tampan doang, kelakukan kek hewan jalanan. Don't play-play bosque."

Demi neneknya Tapasya di serial Uttaran. Orang ini benar-benar membuat ketombe di rambutku terkena tegangan. Namun, entah kenapa semakin lama memperhatikan aksanya menciptakan dama asmara. Mana mungkin, kisah romansa berlatarkan di pemakaman. Sungguh kejadian yang patut diabadikan. Benar, bukan?

"Jalan-jalan ke Kalimantan. Jangan sampe pulang membawa mantan. Kalo gue ajak lo kenalan. Mau gak pas gue tembak, kita jadian?" teriakku melawan  rinai hujan yang membasahi tubuhku.

Ekspektasi yang aku bayangkan, berbanding terbalik dari kenyataan. Setelah payung kesayangannya itu diambil, dengan gampangnya dia mengacungkan jari tengah---ditolak mentah-mentah rasanya ajim banget.

Kebanyakan orang cintanya di tolak, maka dukun bertindak. Sayangnya itu tidak berlaku kepadaku. Lantaran aku bukanlah pengemis cinta, melainkan manusia yang kurang dosis kewarasan di dunia.

Kebelet Viral [SLOW UPDATE]Where stories live. Discover now