♛Part 4 KV - Air Terjun♛

73 41 219
                                    

Mana ada seorang anak rela melihat orang tuanya bersama orang lain, apalagi telah berjanji akan setia sehidup semati

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mana ada seorang anak rela melihat orang tuanya bersama orang lain, apalagi telah berjanji akan setia sehidup semati. Lantas apakah darah dagingnya sendiri tidak berhak mengatakan sebuah pendapat demi kebahagiaan yang harmonis? Seandainya mereka tahu, semua anak di seluruh dunia ini menginginkan ibu dan ayahnya selalu bersama tanpa ada kata pamit untuk selamanya.

Sehabis musik berhenti, pria paruh baya itu pun bangkit seraya melangkahkan kakinya menghampiri diriku yang sudah siap menerima hukuman keras dari telapak tangannya. Dengan menggabungkan kekuatan hero di film Avengers, aku pun menahan sensasi panas dan nyeri sampai para pengunjung di sana berteriak keras. Tetapi, itu tidak berlaku buat buaya buntung yang sekarang mengibaskan rambutnya sebagai tanda kemenangan.

Mendengar deru napasnya yang masih kurang stabil, aku pun memegang kedua tangan itu sambil membendung derasnya air terjun di pelupuk mata. "Papah kenapa? Papah, jangan marah lagi ya sama Ralvi. Ralvi lakuin ini biar Mamah gak sedih di alam sana."

Hati siapa yang tidak akan terluka, jika dipaksa menyimpan kabar duka selama tiga tahun terakhir bahwa ibu tercinta meninggal dunia. Aku sebagai anak tunggal di keluarga pun sangat terguncang mengapa harus dirahasiakan. Setiap kali aku mencari kebenaran, ayah hanya mendekap erat sembari menepuk bahuku agar tetap tabah. Namun, lihatlah sekarang. Dia yang selalu aku jadikan panutan berubah menjadi siluman.

"Ralvi! Papah, tidak akan marah atau menampar kamu. Kalau sikapmu itu tidak keterlaluan!" jelasnya tegas sambil menghempas tanganku kasar.

Aku menatap langit-langit tempat itu, membiarkan kesedihan menerpa. "Papah, ingatkan kamu sekali lagi. Jangan pernah melarang Papah, dekat sama wanita atau men ...."

Byur! Mataku membulat sempurna ketika Ucok menumpahkan minuman soda berwarna merah di depan muka wanita serigala berbulu domba. Entah mengapa, di mataku Ucok bukanlah jantan, melainkan betina yang bisa menggemparkan dunia. Seketika itu pula semua orang bertepuk tangan. Sebagai ungkapan apresiasi atas keberaniannya memberikan pelajaran kepada wanita yang terlalu gatal melebihi penyakit kurap, kudis dan kutil.

"Mas Alvin!" Suaranya melengking seperti kuntilanak pengikis kekayaan duda beranak satu. Ayahku pun bergegas menghampirinya. Dan terjadilah romansa, di mana sang pria mengenakan jas hitamnya ke tubuh wanita yang di cintai. Sungguh basi sekali adegan itu bukan?

"Mas, bajuku basah! Kok anak kamu temennya kayak brandal sih? Pantes saja anak kamu berani banget melawan orang tua!" Aku bertukar pandangan dengan Ucok, jadi rencana dia mengadu agar diberi kasihan? Ya Tuhan, ada saja manusia yang bertingkah layaknya arwah gentayangan.

Ayahku pun kembali ingin membuka suara. Tetapi, Ucok cepat-cepat menyelanya sebab sudah habis batas kesabaran. "Saya memang orang asing di keluarga Om. Tapi, asal Om tahu. Saya gak sudi sahabat saya dibentak, disakiti secara batin atau fisik. Terlebih lagi sahabat saya itu anak Om."

"Ralvi kita pergi dari sini, ya. Udah cukup sandiwara lo ceria di depan semua orang. Padahal hidup lo penuh dengan beban," tandas Ucok menyuruhku keluar mengikuti ucapannya.

Kebelet Viral [SLOW UPDATE]Where stories live. Discover now