Azkara Abimana Aryasatya

375 16 0
                                    


Bima menatap lekat sang putra yang kini dalam keadaan tidur, dalam hati Bima hanya bisa berdoa kepada Tuhan agar putranya selalu bahagia

             Abimana Arastya Bimantara  seorang duda kaya raya, yang telah memiliki seorang putra yang sangat tampan bernama Askara Abimana Aryasatya, pemuda tampan yang tidak kalah dengan sang ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abimana Arastya Bimantara seorang duda kaya raya, yang telah memiliki seorang putra yang sangat tampan bernama Askara Abimana Aryasatya, pemuda tampan yang tidak kalah dengan sang ayah. Sejak meninggalnya sang istri, Bima belum menikah hingga kini karena dia takut tidak semua orang bisa menerima dirinya dan putra semata wayangnya yang telah dia perjuangkan hingga saat ini.

Askara adalah seorang anak yang memang sejak kecil telah memiliki penyakit jantung dari kecil, sehingga Bima sangat hati-hati dalam memilih jodoh untuk dirinya, mengingat sang putra memang harus mendapatkan perhatian yang sangat khusus. Askara Abimana Aryasatya, anak yang tumbuh tanpa dampingan seorang ibu, hingga membuat Bima sendiri yang harus membesarkan putranya dengan penuh kasih sayang, Askara akan selalu menggagalkan setiap hubungan Bima dengan perempuan manapun yang tidak disukai Azkara. Terkadang Bima sampai malu tapi mau bagaimana lagi, yang terpenting adalah kebahagiaan buat Azkara, putra semata wayangnya yang sangat manja dan juga selalu menuntut banyak hal.

"Selamat pagi putra ayah," ucap Bima.

"Ayah dari mana saja, kenapa tidak ada disamping ku?" tanya Azkara.
" Dek , kamu tahukan ayah sibuk, untuk memperjuangkan masa depan kamu nak" ucap Bima.

"Ayah terlalu sibuk, aku selalu sendiri ayah mereka semua menghina ku karena aku tidak punya ibu, Aku capek ayah," sahut Askara.

Melihat putranya kembali bersedih membuat Bima tidak tega, dia langsung memeluk putranya.

"Maafkan ayah nak, ayah janji akan selalu ada untuk kamu, ayah janji," ujar Bima.

"Ayah jangan pernah bohong sama aku lagi, ayah sudah janji aku butuh bukti itu ayah," ujar Askara.

Askara itu mudah sekali marah kepada ayahnya, namun anak itu juga selalu lupa dengan kejadian dimana dirinya selalu di buat kecewa oleh sang ayah. Bima kadang selalu merasa bersalah ketika sikapnya selalu membuat sang putra kecewa, apa lagi kehadiran Askara tidak diterima dengan baik oleh mertuanya. Dulu pernikahan Bima dan Xiena tidak direstui oleh ibunya. Karena Xiena berasal dari perempuan yang tidak berpendidikan, belum lagi mantan mertuanya juga selalu menyalahkan kematian Xiena karena Askara. Askara sulit mendapat tempat di hati nenek dan kakekya. Bima lebih mengutamakan kesehatan batin dan mental Askara dari pada harus berjumpa dengan keluarganya, yang berujung putranya harus berhadapan dengan maut, karena membesarkan Askara bukanlah sesuatu yang mudah, mengingat kondisi kesehatan Askara yang tidak stabil. Hal tersebut membuat Bima sangat berhati-hati dalam memilih jodoh, terutama bisa menerima kehadiran putranya.

"Ayah janji besok mau pergi jalan-jalan, sama aku" tagih Askara.

"Ayah gak berani mengambil resiko besar nak, kondisi kamu sedang tidak sehat, kamu ngertikan maksud ayah," ujar Bima.

Mendengar penuturan sang ayah memebuat Askara tidak terima dengan pernyataan itu.

"Ayah, kenapa," ujar Askara.

Bima langsung menyahut tubuh putranya yang akan libung menyentuh tanah, segera Bima membawa tubuh ringkih putranya untuk di bawa kerumah sakit. Hal inilah kadang yang membuat Bima sangat lelah, dia tidak ingin mengeluh dengan keadaannya, Bima harus kuat demi sang anak Mengingat Bima melakukan semuanya sendiri, termasuk menghadapi putranya yang mudah sekali tersulut emosi dan berakhir harus berada di IGD lagi.

"Maafin ayah ya Askara, ayah bingung harus bagiamana?" ujar Bima.

Sang putra mendapatkan pertolongan dari para perawat, sementara Bima sedang duduk termenung dan berdoa demi kesembuhan sang putra. Menjadi seorang ayah sekaligus ibu tidaklah mudah untuk Bima, karena dia harus memiliki peran dari keduanya.

"Bagaimana kondisi anak saya dokter? " tanya Bima.

"Sejauh ini kondisi anak bapak dalam keadaan baik pak, hanya saja perlu kami peringatkan kembali, bahwa putra bapak tidak memeiliki kondisi imun yang bagus, jadi memang harus benar-benar di perhatikan, terutama emosi dan mental putra bapak," jelas sang dokter.

"Terimakasih atas penjelasaanya pak," ujar Bima.

Setelah menemui sang dokter Bimapun menemui Azkara untuk memantau kondisi kesehatannya.

"Anak ayah sudah bangun?" ujar Bima.

"Ayah," sahut Askara parau.

"Kuat ya nak, ada ayah di sini," ujar Bima.

Sementara di rumah sang ibu sibuk menghubungi Bima yang memang sudah tidak diangkat oleh Bima, kemudian Bima mengangkat telpon dari ibunya.

"Halo Bima kamu dimana ?" ucap Firda.

"Aku lagi rumah sakit bu, Askara drop tadi pagi," ujar Bima.

"Kamu bisa gak sih, gak usah ngurusin Askara lagi, dia sudah besar, ibu mau menjodohkan kamu dengan anak teman ibu," ujar Firda.

"Bu lain kali saja kita bahas, anak aku lagi sakit, ibu tolong pahami kondisi aku bu," ujar Bima.

"Bima ini sudah 15 tahun semenjak kepergian Xiena dan kamu juga belum menikah, sedangkan usia mu masih begitu muda, 37 tahun, jangan terlalu sibuk dengan Askara nanti dia juga bakal mati juga," sahut Firda ketus.

"Istighfar bu Askara adalah cucu ibu, jika ibu masih sangat membenci Xiena, itu adalah hak ibu, tapi tolongbu jangan katakana sumpah ibu, kepada putraku, hidupnya sudah sangat berat bu, aku tidak ingin dia semakin terluka jika neneknya saja selalu memberikan sumpah serapah kepada cucunya, aku tidak pernah memaksa ibu untuk menerima putraku Askara, tapi setidaknya ibu bisa lebih menjaga sikap ibu kepada putaku," sahut Bima ketus.

Bima kemudian menutup panggilan dari ibunya, sungguh dia sangat kecewa setiap kali berbicara dengan ibunya apa lagi selalu mengatakan jika Askara adalah anak yang tidak berguna sama sekali, ungkapan dari ibunya sangat menyakitui hati Bima.

"Ayah ada apa? Kenapa wajah ayah marah?" tanya Askara.

"Gak apa nak, kamu gak usah mikirin ayah, sekarang kamu harus fokus sama kesehatan kamu dulu ya, jangan mikir yang berat-berat dulu, nanti gak pulang-pulang loh nak," ujar Bima.

"Baik ayah, Askara tau, maaf ya ayah, Askara tidak sehat, askara sakit-sakitan, jadi menyita banyak waktu ayah untuk menemani Askara, maafkan Askara ayah," sahut Askara parau.

Bima mememluk Askara sangat erat, karena dia takut jika tuhan lebih cepat memanggil Askara, kehilangan Xiena membuat Bima takut kehilangan untuk yang kedua kalinya, termasuk kehiangan sang putra.

Hubungan pernikahan Bima dan Xiena memang sangat di tentang oleh orang tua Bima, karena Xiena, adalah gadis miskin yang memiliki penyakit dan itu sangat mencoreng keluarga Bimantara. Sedangkan penyakit Xiena kini menurun kepada Askara, hal tersebut semakin menambah kebencian dari keluarga Bima. Semenjak kelahiran Askara ayah dan ibunya belum pernah sekalipun menengok sang cucu, hanya sumpah serapah yang selalu di keluarkan oleh kedua orang tua Bima kepada Askara. Pada saat Askara masih kecil dulu, bima bermaksud mendekatkan Askara dan orang tuanya, namun apa yang terjadi, Askara kecil menjadi bahan bulian nenek dan kakeknya dihadapan saudara Bima.

Jodoh Untuk AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang