Restu

596 53 0
                                    

Win mengetuk-ngetuk jarinya pada meja, ia kebosanan menunggu sepasang kekasih yang masih asyik berada di dalam kamar mereka.

"Ish! Pelan." Suara Kakaknya terdengar bersamaan dengan suara pukulan. Sepertinya ada masalah. Win menoleh melihat Kakaknya tengah dipapah oleh kekasihnya.

"Oho! Apa semalam sedahsyat itu? Mentang-mentang hujan deras kalian pikir aku tidak mendengarnya."

Pipi New memerah beserta telinganya. Wajah berhias senyum jenaka Win berhasil membuat New mati kutu.

"Kenapa? Iri aja kerjaanmu," ucap Tay.

"Ish P'Tay! Gak sama orang lain gak sama adik sendiri. Cemburunya yang normal dong!" omel Win.

"Sini P'New, gak usah malu. Win senang kalo Phi sudah bisa keluar dari trauma dan memberikan versi New yang baru pada P'Tay. P'Tay orang yang beruntung karena bisa menjadi orang pertama yang memasuki P'New."

"Kenapa kedengarannya ambigu?"

"Shut!" Win mencolok mulut Tay dengan jeruk. "Setidaknya sekarang Win sudah bisa percaya sepenuhnya pada P'Tay, tapi ...."

Tatapan dengan aura membunuh Win arahkan pada Tay. "Kalo sampai P'Tay ngebuat P'New nangis, siap-siap aja!"

Win membuat gerakan seperti menggorok leher. Tay meneguk ludah, ia harus menanam dalam otaknya bahwa yang berada didepannya bukan hanya adik ipar namun pemilik sabuk hitam Karate.

"Ayo makan!" Win menyerahkan piring yang sudah terisi nasi pada New dan Tay.

"Kalau memang Win takut Phi akan menyakiti New, bagaimana jika kita datang ke rumahku? Akan kuyakinkan kau dan Mae bahwa aku akan menjaga New sepenuh hatiku," ucap Tay. Wajah serius pria itu membuat senyum Win melebar.

100 % bahwa pria yang kini berstatus kekasih Kakaknya itu sangat serius dengan hubungan mereka. Win hampir menangis saat mengingat kekasihnya sendiri yang terkadang seperti blok es batu, tidak peka.

"Boleh! Tapi kita tunggu Mae, dia ada urusan dengan ibu-ibu komplek," sahut Win.

"Sejak kapan Mae ikut arisan?"

"Senam, Phi."

"Oh ...." New mengangguk dengan mulut berbentuk bundar.

*
*

Rumah berlantai dua dengan gerbang tinggi besar dipoles cat hitam menambah kegugupan New, seperti yang ia dengar dari Gun bahwa keluarga Tay sangat taat dalam beragama dan wajar jika nanti New akan diusir karena berani membuat Putra Vihokratana satu-satunya itu menikah dengan sesama pria.

Sebelum pintu terbuka Tay meraih tangan New. Senyum menenangkan kekasihnya itu tak mampu membuat New tenang, ia yakin akan ada hal yang buruk tentang ini.

"Tuan Tay," sapa ramah pelayan rumah. "Silahkan masuk."

Mereka berjalan melewati ruang tamu besar dengan lampu kristal di atasnya lalu terus berjalan hingga bertemu sepasang suami istri yang tengah asyik menonton televisi.

"Ayah, Ibu," panggil Tay.

Kedua orang itu menoleh. Wanita cantik berdiri dan memeluk Tay erat. New melepaskan genggaman tangan mereka dan bergerak menjauh untuk memberikan ruang pada ibu-anak itu.

"Ayo duduk. Silahkan Khun." Ibu Tay membawa mereka duduk.

"Setelah setahun tidak pulang ke rumah tiba-tiba datang dan membawa kekasihmu berserta keluarganya. Kau berhasil membuat Ibu terkena serangan jantung," omel Ibu Tay.

"Akhirnya kau ingat juga masih memiliki orang tua. Bagaimana kabarmu?" ucap Ayah Tay.

"Baik, Yah. Aku disini ingin memperkenalkan kekasihku beserta keluarganya. Ayah ini memang terdengar gila namun aku sangat jatuh cinta pada lelaki ini. New berhasil membuat hidupku lebih berwarna."

Our Memory | TayNew Story [✓]Where stories live. Discover now