Balas Dendam

789 69 4
                                    

Angin malam tak mampu menggoyahkan semangat pria yang tengah melamun sambil menatap langit. Berkali-kali menghela napas, pria itu masih belum menemukan ujung pertanyaannya. Ponsel dengan merk terkenal tergenggam di tangannya. Ragu untuk menelpon kabar sang dambaan hati.

'Sawadee Phi Bai.'

"Sawadee krub Win. Bagaimana kabar kamu dan Mae?"

'Baik, Phi. Ayah kadang datang untuk ngajak makan malam.'

"Syukurlah."

'Ada masalah ya?"

Bright menatap wajah manis kekasihnya di layar pipih dan lebar ponsel. Kedua alis tebal kekasihnya bertaut seakan meminta penjelasan.

"Baik, Win. Tak perlu khawatir New baik-baik saja."

'Hm ... sudah kuduga, ada masalah sama Phi New?'

Bright membeku. Mulut lemasnya terlalu cepat berucap. "Dia tadi mimpi buruk, Win. New sampai teriak-teriak ketakutan. Aku juga jadi takut. Ada masalah apa sama masa lalunya? Seburuk itu?"

Kini gantian Win yang membeku. Kamera sempat berguncang dan pemuda manis itu terlihat dalam posisi duduk.

'Ini masa lalu yang buruk, Phi. Ini tentang ...'

*
*
*

Hingar bingar Club malam memabukkan setiap insan yang ikut terjun dalam alunan musik DJ. Lekukan tubuh seksi gadis maupun pria menggoda mata lapar para penjantan haus.

"Minum lagi, Off?"

Tangan Off mendorong botol wiski yang hampir tertuang ke dalam selokinya. "Aman, Bro. Udah tipsy nih," tolak Off.

"Masih cupu aja," ledek pria Chinese.

"Aku harus pulang dalam keadaan selamat," balas Off kesal.

"Jangan kelahi." Pria kekar melerai kedua sahabatnya. Tubuhnya berdiri dengan goyah, jelas pria itu mabuk.

"Akhirnya aku menemukannya! Cintaku!" cerocos pria itu.

"Maksudmu?"

"New! Pacarku! Pacarku yang waktu itu. Kau ingat Off? Kau ingatkan Krist? Kay saja mengingatnya dengan jelas." Pria itu menunjuk hidung Off dengan botol.

Mata Off terbelalak. Tenggorokannya tercekat. Dirinya seakan terlempar ke masa lalu. Dengan gemetar Off mengusap wajahnya kasar. Tak jauh berbeda, Krist pun membeku dengan wajah horor.

"Off," bisik Krist.

"Diam Krist! Biarkan aku berpikir." Off mencengkram kuat rambutnya.

"Itu New. Pemuda yang bersama Mond waktu itu ... New! Tuhan!" Isak tangis Krist langsung pecah. Ia menyembunyikan wajahnya di lengan Off.

"Aku bingung Krist," balas Off. Ia merangkul bahu Krist dan menenangkannya.

*
*
*

Tay masih melamun menatap layar handphonenya. Haruskah ia yang menelpon New lebih dulu? Mungkin pria manis itu sudah tidur. Tay menggeleng cepat dan melempar handphonenya.

Nada dering berbunyi. Tay bergegas merampas handphone tanpa melihat nama penelpon.

"New sayang."

'Jangan gila! Ini aku Gun. Punya mata tu diliat dulu siapa yang nelpon jangan asal jeplak aja!'

Tay menjauhkan handphonenya dari telinga. Kenapa suara pria satu ini cempreng luar biasa?

"Maaf, Gun. Ada apa?"

Our Memory | TayNew Story [✓]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें