Ciuman

781 70 10
                                    

Pria Chinese yang New tanya kemarin sedang menari balet bersama pasangannya. Gadis cantik dengan rambut cokelat keriting mengembang. Pria itu dengan anggun dan lembut menari bersama pasangannya hingga menciptakan suasana haru dan romantis.

Balet dengan iringan musik legendaris Titanic. Mampu menyuratkan isi tarian balet mereka. Tepuk tangan meriah terdengar setelah pria Chinese itu melemparkan pasangannya dan menangkapnya kembali dengan sempurna.

New dan Tay menonton pentas seni dari balkon kelas. Rencana awal mereka latihan buyar karena serunya pentas seni yang berlangsung.

"Kita turun aja?" tanya Tay saat melihat wajah tak puas New.

"Gak jadi latihannya?" tanya New balik.

"Kamu kayaknya pengen nonton pentas seninya, deh," jawab Tay tak lupa senyum.

New memerah. Pria dengan pipi gembul itu membuat pusat bumi seakan berputar padanya. Tay suka saat New berbicara. Saat bibirnya bergerak makan. Saat bibir itu tersenyum. Tay suka New? Tay juga bingung. Ia tak pernah tau poin-poin dari jatuh cinta.

"Kalo Tay mau latihan, ayok aja," ucap New. Ia menatap Tay sebentar kemudian menunduk.

"Kamu manis, ya."

"Hah?" New menatap Tay. Warna merah ikut menjalar ke telinganya.

"Kamu New. Kalo kamu lagi malu kayak gini, manis banget. Imut," ucap Tay sambil mencubit gemas pipi New.

Jika New memiliki penyakit jantung. Mungkin ia sudah kejang-kejang lalu mati. Ucapan Tay seakan tak berdosa dan tepat menyentuh ulu hatinya. Tubuh New berdesir.

"Ayo, latihan." Tay membawa tangan New dan mendudukan mereka di meja dekat jendela.

"Kamu duduj aja atas meja. Sekalian latihan sambil nikmatin pentas seninya," ucap Tay.

New mau melompat dari jendela rasanya. Tay duduk di kursi dan ia di atas meja. Keduanya terlalu leluasa memandang wajah satu sama lain.

"Aku duduk di--"

"Udah di sini aja. Aku mau liat kamu nyanyi." Tay menahan pinggang New. Kalau darah bisa mendidih, mungkin darah New sudah mendidih karena malu.

"Oke," jawab New gugup.

"Jadi, bagian mana yang susah?" tanya Tay.

Tak sadar kah pria itu bahwa tangannya masih nangkring di pinggang New. Bernapas New. Kalian teman. Normal, dong? Gak normal!

New mulai merasa akal sehatnya perlahan menipis. Pria di hadapannya memang senang mencari cara untuk membuat New merasa malu setiap detik.

"Dibagian refrain aja, Tay," jawab New sambil memperlihatkan handphonenya.

"Mana?" New terpaksa sedikit miring agar Tay leluasa melihat layar ponselnya.

"What if we rewrite the stars?
Say you were made to be mine."

Tay menatap mata New dalam. Entah apa maksud pria itu melakukannya. New malu sekaligus senang? Perasaan konyol. Teman macam apa yang menatap temannya dengan tatapan mendamba.

"Bagian itu pada pengulangan kedua, kan?" tanya Tay.

"Iya, Tay. Ehem!" New melepaskan tangan Tay dari pinggangnya dan melompat turun dari meja.

Wajah pria itu terlihat sedih. New bingung. Apa maksud dan tujuan pria itu melakukannya. Tay menyukainya? Bodoh. Baru kenal sehari dan langsung suka? Jangan gila New. Nanti saja. Jangan sekarang.

"Tay, ayo nonton pentas seninya," ajak New.

"Ayo." Tay bangkit dari duduknya dan berjalan lebih dulu.

***

Pertunjukan drama Gunsmile segera dimulai. New duduk bersampingan dengan Tay dekat dengan panggung. Toptap bilang Tay rabun jauh. Ya, New nurut aja.

Drama Gunsmile mengangkat kisah bidadari dan pria yang mencuri selendang, namun karena tokoh pria lebih banyak. Alhasil, Mild menjadi gadis miskin jelek yang mencuri pakaian bidadara.

Lawakan demi lawakan yang diimprov oleh Sing, Off, dan Gunsmile sukses membuat semua penonton sakit perut. Bahkan, tawa Phi Singto semakin terdengar renyah dari atas panggung sana.

"Oh! Ahaha ... teri-ahaha ehem! Terima kasih atas drama terbaik yang saya lihat siang hari ini. Karena jam sudah menunjukkan waktu makan siang, sebaiknya kita beristirahat 30 menit untuk mengisi perut. Selamat makan!"

Semua maba bertepuk tangan ricuh. Semua bangkit menghindari tengah lapangan karena matahari tepat di atas kepala.

"Makan, yok!" ajak Gun.

"Males ke kantin. Penuh," rengek Krist.

"Ke tempat kita aja. Ruangan Seni Tari. Di sana adem," ajak Sing.

"Pesan makanan aja lagi, Gun," ucap Mild.

"Siapa bayar?" tanya Mike.

"Siapa yang kemarin terakhir nyampe?" tanya Jan.

"Sing," tunjuk New.

"Ah? Aku? Udah anak kos nraktir teman lagi," oceh Sing.

"Bohong! Mana ada anak kos tinggal di apartemen elit," singgung Bright.

"Ya udah, deh. Ngadem dulu." Mereka segera mengikuti langkah Toptap menuju ruang Seni Tari.

***

"Datang!" Sing meletakkan makanan yang mereka pesan. Ada pad thai, mandu, seember ayam KFC, dan dessert manis pesanan New.

"Manis terus New!" tegur Bright.

"Sakit gigi baru tau rasa lo," timpal Off.

"Makan pad thainya dulu, New," omel Jan.

New yang baru aja membuka tutup dessert box red velvet langsung cemberut.

"Gak di rumah gak di sini! Larang New makan dessert terus," gerutu New.

"Bukan larang, New. Namanya aja dessert, makanan penutup, jadi makan main course dulu baru dessertnya," ucap Tay sambil mengusap rambut New.

Bright yang sedang mengunyah sampai terhenti. Minuman di mulut Sing tumpah ruah karena menganga. Yang lain kaget, Toptap dan Gun saling berbalas kedipan mata.

"Iya, Tay. Tapikan, nyicip sedikit aja," bantah New.

"Nyicip satu kotak? Gak ada nyicip begitu. Makan dulu, ya? Tay beliin dessert box yang banyak nanti," bujuk Tay lembut.

"Sakit gula nanti tu anak," protes Mild.

"Satu box setiap dua hari?" tanya Tay pada New setelah mendengar protes Mild.

"Janji?" New memberikan jari kelingkingnya pada Tay.

"Janji!" jawab Tay sambil terkekeh. Ia mencium sayang dahi pria gembul di hadapannya.

Mulut Bright terbuka, pad thai yang sudah ia kunyah jatuh ke lantai. Gunsmile tersedak minumannya. Krist bahkan mampu beralih dari ayamnya karena Tay MENCIUM New.

***

Hayoloh! Mikir apa? Berharap TayNew ciuman di tempat yang lain?

Calm down, baby. Ini cerita bener bener alur lambat jadi sabar dan santai.

Enjoy my story.

Once Polca Always Polca💙

Our Memory | TayNew Story [✓]Where stories live. Discover now