29. Eksekusi #2: Tentang Masa Lalu

30 6 0
                                    

Happy Reading Fellas!

~♥~

D U A P U L U H S E M B I L A N

"She want fight for you, it means she loves you,"

~♥~

Sementara Felisha dan yang lain masih berdebat panjang dengan Ashilla, anggota The Roacherz yang tersisa sedamg termenung di markas menahan rasa penasaran. Kira-kira apa yang terjadi antara Felisha dan Ashilla? Apa yang dilakukan Felisha untuk membalas perbuatan Ashilla? Kenapa mereka tidak boleh ikut menyaksikan eksekusi Ashilla? Kenapa Gerald ikut disekap? Terlalu banyak pertanyaan yang mereka simpan sembari menanti hasil eksekusi hari ini. Teka-teki permasalahan Ashilla dan Felisha, kemudian tentang Gerald yang sepertinya disimpan rapat oleh Felisha.

Begitupun bagi Alvaro yang sangat mencemaskan sang adik yang memiliki masalah pada mentalnya. Felisha sangat sensitif jika sudah membawa nama sang ibu. Sebab gadis itulah yang paling terguncang menghadapi kematian mamanya. Felisha yang paling merasa bersalah akan kecelakaan 2 tahun lalu. 

"Sialan. Gue penasaran setengah mati," celetuk Hafizh di tengah keheningan ruang tengah markas The Roacherz itu. Semua menoleh ke arah Hafizh kecuali Alvaro. Laki-laki itu sibuk dengan ponselnya berusaha membuat panggilan ke nomor adiknya.

Alvaro berdecak sebal, "Gak ada yang angkat telpon gue,"
Sang leader sudah berusaha menghubungi antek-anteknya yang ada di Bandung saat ini. Namun sama sekali tidak ada respon yang positif. Seolah mereka sengaja bersembunyi dari Alvaro.

"Nggak perlu terlalu khawatir. Ada ardha di sana," sahut David berusaha menenangkan Alvaro. Ia percaya Ardha bisa menjaga Felisha dengan sangat baik. Dia adalah seorang Ardha yang sedang menjadi pelindung bagi Felishanya.

"Kayaknya emang lebih baik kita kasih waktu buat Felisha. Kita bisa bantu dia pelan-pelan," sambung Vale yang sependapat dengan David. Vale berpikir bahwa Felisha punya alasan sendiri mengapa dari semua orang, bahkan Alvaro dan Valerie hanya Ardha yang diminta menemaninya. Melihat apa yang disembunyikan Felisha dari kemarin.

Nesya mengangguk dan mengelus pelan paha Alvaro, "Vale bener, Al. Pelan-pelan aja,"peringatnya lembut. 

Semua terdiam setelah itu. Sibuk dengan pikirannya masing-masing. Tidak ada yang salah. Membiarkan Felisha menyelesaikan masalah ini sendiri adalah kesempatan yamg bagus. Dan lagi ada Ardha di sisinya. Mereka tak perlu khawatir akan apa pun yang terjadi pada Felisha. Jelas Ardha akan jadi yang terdepan melindungi Felisha.

***

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya terdengar suara mobil yang memasuki gerbang rumah besar ini. Yang ada di dalam ruang tengah pun menghela napas lega. Menanti kelima agen mereka untuk masuk dan membawa kabar yang mereka nanti sedari tadi.

Pintu terbuka lebar menampilkan para laki-laki yang datang dengan wajah yang tak bisa dibaca. Wajah-wajah itu membuat orang-orang yang duduk di salam menjadi tegang. Menanti si pendek berambut panjang muncul dari balik pintu dengan perasaan tak nyaman. Fabian dan Alvaro kompak mengernyit ketika laki-laki terakhir yang masuk menutup pintu. Mereka berempat pulang bersama, lalu Felisha?

Fabian berseru heran menanyakan keberadaan kekasihnya, "Loh, Asha mana?"

Keempat laki-laki itu tak menanggapi. Ardha dengan wajah dingin andalannya langsung terduduk di sofa dan menutup matanya. Wajahnya gusar dan hela napasnya terdengar berat. Di sebelahnya Galih ikut duduk dan melipat tangannya di depan dada dengan tatapan tajam dibalik kacamata hitamnya.

Game Over: THE WOLFGANGTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon